Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Galau
Sejak tiba diruangannya, Khalisa tidak bisa konsentrasi seperti biasanya. Ada rasa yang membuatnya tidak nyaman. Ada rasa yang mengganggu hati dan pikirannya. Pernyataan cinta Narendra yang mengganggu kinerja Khalisa. Khalisa galau dibuatnya.
"No." gumam Khalisa sambil menggelengkan kepalanya.
"Pasti maksud mas Rendra bukan itu." ucap Khalisa lagi mencoba menepis dugaan bahwa ucapan cinta Narendra hanya ucapan cinta seorang kakak pada adiknya. Bukan ucapan cinta seorang pria pada wanita.
"Tapi...." Khalisa memegang bibirnya. Lagi-lagi dia menepis bahwa itu hanya sebuah kesalahan.
"Ada apa?" tanya Rio mengejutkan Khalisa.
"Enggak ada apa-apa kok Bang." jawab Khalisa sambil kembali berusaha fokus pada pekerjaannya.
Usaha Khalisa tidak sia-sia. Dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Sayang konsentrasi Khalisa kembali terpecah begitu satu panggilan masuk dari Rita. Khalisa merasa dejavu. terakhir kali Rita menghubunginya memberi kabar bahwa dia membawa ayah Arsyad ke rumah sakit. Kali ini apa lagi? Itulah yang Khalisa pikirkan.
"Iya Mbak Rita, ada apa? Apa ada masalah dengan resto?" tanya Khalisa.
"Restoran baik-baik saja. Saya hanya mau kasih tahu, ada mbak Vio datang. Dia tidak sendiri tapi dengan seorang pria." ucap Rita memberitahu.
Khalisa menarik napas panjang. Khalisa sangat yakin, pria yang bersama Viola itu Devan. Dan Khalisa tidak ingin tahu tentang mereka. Untuk apa Devan menunggunya di teras, bahkan sampai menginap disana. Tapi kenyataanya dia masih jalan bersama Viola. Hal ini memicu Khalisa untuk segera bicara dengan Devan.
"Bukan masalah kan, Mbak? Kak Vio punya hak untuk datang kapan saja ke resto milik ayah." balas Khalisa, "Termasuk dia mau bawa siapa ke tempat itu." lanjut Khalisa dalam hati.
"Mbak Rita maaf, Ica sedang kerja. Nanti kita bicara lagi." ucap Khalisa yang tidak mau lagi mendengar tentang Viola dan Devan saat ini.
"Tapi Mbak Ica...."
Tut... tut... Khalisa sudah menutup panggilannya terlebih dulu sebelum Rita memberitahu keberadaan Sonia yang terlihat baru memasuki restoran.
Khalisa mengusap wajahnya dengan kasar. Mengapa sulit sekali dia untuk konsentrasi bekerja. Sejak pagi hingga menjelang siang, baru satu pekerjaannya selesai.
"Kamu kenapa Ca? Kalau tidak bisa mengerjakannya biar Abang bantu." ucap Rio lagi.
"Enggak apa-apa Bang. Terima kasih tawaran bantuannya." jawab Khalisa.
Dengan sekuat tenaga, Khalisa berusaha untuk menyelesaikan salah satu pekerjaanya yang dia dapat hari ini. Namun belum juga selesai, dia sudah diajak makan siang oleh Bunga dan Ratih. Baru saja Khalisa akan mengiyakan ajakan dari kedua seniornya. Satu pesan masuk dari Abian.
Abian, 'Ca, Saya di depan kantor kamu. Mau makan siang bareng?'
Khalisa tidak langsung membalas. Tidak mungkin kan dia terlalu menunjukkan bahwa dia sangat senang dengan tawaran Abian
Khalisa, 'Boleh Pak.'
Balas Khalisa setelah menunggu beberapa saat.
"Kak Bunga, Kak Ratih, maaf ada teman Ica ngajak makan siang bareng." ucap Khalisa memberi tahu keduanya.
"Teman apa teman?" goda Ratih karena melihat wajah Khalisa yang sumringah.
"Teman Kak." jawab Khalisa.
Disinilah Khalisa sekarang berada, bersama Abian di sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari Wiranata Group. Suasana cafe yang kekinian cukup membuat Khalisa nyaman dan sedikit melupakan pikiran yang sejak pagi menganggunya.
***
"Apa yang kalian lakukan disini?"
Suara bariton itu mengejutkan Sonia dan Viola. Mereka tidak mengira, orang yang sangat mereka takuti tiba-tiba ada di tempat ini. Terutama Sonia, dia takut ketahuan pergi dengan laki-laki lain.
"Bukan apa-apa Paman. Kami hanya bicara sebagai saudara." jawab Viola.
"Bukan Sonia yang harusnya kamu ajak bicara, tapi Paman." balas paman Kamal.
"Masih ada yang harus Vio selesaikan sebelum menjelaskan semuanya pada Paman. Tapi berhubung Paman ada disini, Vio akan mengenalkan seseorang pada Paman." ucap Viola sambil melirik Sonia yang tampak ketakutan.
"Siapa? Devan?" balas paman Kamal. Viola terkekeh.
"Untuk apa aku memperkenalkan Devan pada Paman. Kalian pasti sudah sangat mengenal dia." jawab Viola.
"Apa sebenarnya yang ingin kamu buktikan Vio? Mengapa kamu berubah seperti ini? Kamu tidak kasihan pada Ica? Kamu juga tidak kasihan pada ayah kamu? Almarhum harus mempertanggung jawabkan apa yang kamu lakukan Viola. Karena kamu anak perempuan." tanya paman Kamal yang cukup menohok untuk Viola dan Sonia.
"Aku hanya inginkan yang terbaik untuk Khalisa, Paman." jawab Viola.
"Dengan cara merebut tunangan adik kamu?"
"Vio tidak merebut Devan. Tapi Devan yang tidak pantas untuk Khalisa." sahut Viola membela diri.
Paman Kamal menoleh pada Sonia, setelah dia merasa cukup bicara dengan Viola. Kemarin dia sudah mendatangi Viola dan Diana. Hasilnya sama. Viola belum ingin menjelaskan apa-apa
"Apa yang kamu lakukan disini? Kemana kamu semalam? Kenapa tidak pulang?" tanya paman Kamal pada putrinya.
"Sonia menginap bersamaku, Paman." sahut Viola membantu Sonia.
Sonia menatap Viola. Dia akan berterima kasih nanti, atas bantuan Viola. Tapi Sonia tetap harus hati-hati, kakak sepupunya itu licik. Bisa saja, bantuannya saat ini menuntut balasan kedepannya. Viola tidak pernah membantu dengan tulus.
Paman Kamal menatap Sonia. Rasanya dia tidak percaya putrinya itu menginap bersama Viola. Paman Kamal akan lebih percaya jika Sonia beralasan menginap bersama Khalisa dan Narendra.
"Ayo Paman aku ingin mengenalkan seseorang pada Paman." ucap Viola mengalihkan perhatian paman Kamal yang curiga pada Sonia.
"Siapa?" tanya paman Kamal.
"Dia pria yang Vio pilih sebagai pendamping Vio. Paman sekarang wali Vio. Jadi Vio akan kenalkan pria itu pada Paman." ucap Viola menjelaskan.
Viola mengandeng tangan paman Kamal. Sementara Sonia berjalan di belakang keduanya sambil berpikir. Apa yang akan dia lakukan. Sonia tidak ingin rencananya gagal. Tinggal satu langkah lagi. Yaitu bicara dengan Khalisa dan meminta adiknya itu menerima permintaanya tanpa memberi tahu Narendra.
***
Jika sudah berbincang dengan Abian, maka Khalisa bisa lupa waktu. Apa lagi jika yang dibahas adalah topik yang keduanya menguasai. Sayang, Khalisa harus segera kembali ke Wiranata Group.
Sekarang, Khalisa dan Abian dalam perjalanan pulang ke Wiranata Group. Belum juga sampai di tempat tujuan, Abian menepikan kendaraannya. Tadinya Abian ingin bicara saat mereka di cafe. Namun suasana cafe yang cukup ramai, membuat Abian menundanya. Sekaranglah waktu yang tepat menurut Abian untuk mengungkapkan perasaannya.
"Kenapa berhenti Pak?" tanya Khalisa. Abian menghela napas, Khalisa masih saja memanggilnya dengan panggilan Pak. Susah sekali merubah kebiasaan gadis itu.
"Khalisa, saya menyukai kamu sejak pertama kali kita bertemu. Bisakah, hubungan kita bukan lagi dosen dan murid?" ucap Abian.
Khalisa tersenyum, tanpa suara. Dia belum bisa membalas perasaan Abian saat ini walau Khalisa juga memiliki rasa pada pria itu. Dia harus menyelesaikan hubungannya dengan Devan. Dia juga ingin memastikan perasaan Narendra. Agar Khalisa bisa menentukan sikap dan membuat keputusan.
"Ca?" panggil Abian lagi. Tanganya terulur ingin meraih jemari Khalisa. Namun gadis itu menariknya dengan cepat.
"Maaf, saya belum bisa jawab sekarang." balas Khalisa.
"Tidak apa-apa kalau kamu belum bisa jawab sekarang." ucap Abian lagi sambil kembali melajukan kendaraannya. Kecewa, tapi Abian harus lebih sabar lagi.
Tiba di depan Wiranata Group, sudah ada Kevin yang diperintahkan Narendra untuk menjaga Khalisa, menunggu gadis itu. Dia memperhatikan gerak gerik Khalisa di dalam mobil Abian.
"Dia siapa?" tanya Abian yang sadar diperhatikan oleh Kevin.
"Dia pak Kevin." jawab Khalisa tanpa ingin menjelaskan, "Terima kasih makan siangnya Pak." ucap Khalisa lagi. Abian mengangguk.
"Saya tunggu traktiran gaji pertama kamu, Ca." balas Abian.
Khalisa terkekeh lalu turun dari mobil Abian. Kevin yang sudah menunggu langsung saja menghampiri gadis cantik itu dan menyapa.
"Ca. Habis makan siang? Sama siapa?" tanya Kevin sambil melirik Abian yang masih memperhatikan Khalisa.
"Eh, Abang Kevin." balas Khalisa, "Dia dosen Ica. Abang jangan kepo gitu." balas Khalisa sambil menegur Kevin yang melirik Abian.
Kevin terkekeh, "Ayo masuk!" ajak Kevin sambil memberikan lengannya untuk di rangkul Khalisa. Kevin memanfaatkan kedekatannya dengan Khalisa untuk membuat Abian cemburu.
"Demi pak bos." batin Kevin.
Namanya Khalisa, dia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain. Dia menyambut baik tawaran Kevin. Lagi pula bukan kali ini saja Kevin memberikan lengannya untuk di rangkul.
Lagi, Abian menghela napas. Kali ini dia membuangnya lebih kasar. Terlalu sulit mendapatkan Khalisa. Banyak pria yang menyukainya. "Siapa pria itu?" pikir Abian.
...◇◇◇...