Setelah Kakak kembarnya menikah dan mempunyai anak. Kaira seperti di kejar deadline untuk segera menikah. Rasanya ia jengah padahal umur masih belum tua.
Namun siapa sangka, saat dia pasrah lamaran datang tiba-tiba. Tetapi yang menjadi masalah, dia di lamar oleh Regantara.
"Kenapa harus dia?"
"Memangnya kenapa?"
"Astaghfirullah kak...mana mungkin aku menerima pria yang jelas-jelas menyamakan wajahku dengan boneka babi!"
cuzz squele "Menikah Janda"
Dan jangan lupa follow igku weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Selesai sholat magrib Regan merapikan kamar dan semua barang-barangnya yang sempat ia bawa kesana. Malam ini terpaksa harus check out karena sang istri meninggalkannya. Payah sekali memang dirinya, tak peka dan tak mengerti apa yang di mau istrinya.
Padahal dirinya tak ada niat untuk menyakiti apa lagi membandingkan Kaira dengan wanita manapun, hanya saja ia tak ingin Kaira berpikir buruk dengan dirinya dan sekretarisnya yang hanya ada hubungan pekerjaan.
Regan meraih kunci mobil serta tas jinjing yang berisi barang miliknya dan Kaira yang masih tertinggal. Rencana ia akan mencari kerumah mertuanya dan meminta maaf. Mengalah akan lebih baik dan nyatanya memang ia salah. Berharap Kaira tak memperpanjang dan mau berdamai.
Bagaimana bisa baru mau dua malam, mereguk nikmat dunia saja belum tetapi istri sudah kabur. Sungguh melas Regantara dan kini apa kata keluarga jika mereka tau Kiara merajuk. Regan menghela nafas berat, tidak pernah pacaran dan tidak pernah bermain hati dengan wanita mungkin itu yang membuatnya tidak peka dan kini ia yang susah.
Regan melangkah pergi, sebelumnya sempat menatap sekilas kamar mewah yang ia pesan untuk memadu kasih tetapi berakhir begitu saja. Ia pun segera membuka pintu dan pergi setelah menyiapkan hati untuk menjawab pertanyaan nanti di rumah.
Namun baru membuat pintu kamar, tasnya seketika terlepas saat melihat wanita yang tadi pergi sudah kembali. Bahkan tanpa di bujuk kini wanita itu tersenyum dan memeluk.
"Kai...."
"Maaf..."
Regan tersenyum dan memeluknya dengan erat, membawa istrinya masuk tanpa merenggangkan kemudian menutup pintu agar tak ada yang tau.
"Kamu dari mana Kai, baru saja aku ingin mencari mu, tapi aku bersyukur Allah mengabulkan doaku dan membuat langkahmu kembali pada ku."
Kaira hanya menganggukkan kepala, salah jika ia meneruskan perjalanan. Maka dari itu ia meminta Pak sopir untuk memutar taksi dan mengantarkannya ke lokasi semula. Biarkan Pak sopir itu menganggapnya labil dari pada harus mendapatkan dosa karena pergi tanpa ridho suami karena masalah yang sepele.
Dan kini keduanya masih saling memeluk dan meminta maaf, Regan pun tak berbesar kepala setelah melihat Kaira kembali. Malah harus lebih berhati-hati berucap pada sang istri.
Setelah berbaikan kini keduanya menikmati makan malam bersama. Kaira makan lahap dengan perhatian Regan yang terkadang membuat Kaira menunduk malu.
"Makannya kayak anaknya Naira, belepotan gini Kai!" ucapnya lembut dengan mengusap bekas saos di bibir Kaira.
Kaira segera mengambil tisu untuk mengusapnya, menahan tangan Regan untuk ia bersihkan juga.
"Mau ngapain?"
"Mau bersihin tangan kamu, ini kotor loh Re. Lagian kan ada tisu!" ucap Kaira namun beberapa detik kemudian dia tercengang melihat Regan yang menarik tangannya dan memasukkan jemari yang kotor ke dalam mulut.
"Re!" Kaira meringis menatap Regan dan menghela nafas panjang mendapati sikap suaminya yang kadang di luar dugaan.
"Ini nggak kotor Kai, justru sangat nikmat. Apa lagi kalo aku bersihkan langsung pakai mulut aku. Jadi nggak perlu tisu lagi," ucapnya santai kemudian melanjutkan makan dengan menyematkan senyum sebelumnya.
Kaira hanya menggelengkan kepala kemudian kembali menikmati makanannya. Tak ada lagi pembicara namun cukup hangat dengan sikap keduanya yang damai.
Malam ini keduanya memutuskan untuk bermalam semalam lagi di sana. Tak ada protes dari Kaira, ia pun mengiyakan dan segera berganti pakaian setelah tadi sempat membeli piyama couple.
"Sudah mau tidur, hhmm?" tanya Regan dengan mengusap lembut kepala Kaira yang masih berbalut hijab.
"Kenapa?" tanya Kaira memberanikan diri menatap Regan yang kini berbaring menghadapnya. Masih ada rasa canggung, jantung pun belum seaman dulu namun sedikit lebih nyaman.
"Nggak pengen di buka hijabnya?" tanya Regan lagi, Kaira membuang muka namun segera di tahan oleh Regan, " kamu halal untukku..."
Keduanya saling menatap, Kaira sebenarnya belum siap karena belum pernah ia membuka hijab selama sudah dewasa dan baligh di depan lawan jenis sekalipun pada Ayah dan Adiknya. Tapi malam ini suaminya meminta untuk melepaskan hijabnya.
Pipi Kaira merona dengan wajah ragu, namun menjadi kewajiban di saat suami sudah bertitah.
"Kamu aja yang buka!" Kaira menggigit bibir bawahnya masih menatap Regan yang mulai mengembangkan senyum setelah lampu hijau dari Kaira di berikan.
Perlahan Kaira bangun dari tidurnya diikuti oleh Regan. Pria itu sudah siap membuka hijab yang telah lama menutupi mahkota sang istri. Dirinya juga sejak kecil belum pernah melihat rambut Kaira dan rasanya kini ia adem panas sendiri membayangkan rambut milik istrinya.
"Sudah siap?" Regan ingin memastikan, sebenarnya tak ingin memaksa tetapi begitu penasaran. Kemudian membuka hijabnya setelah bergumam meminta keridhoan dari Allah.
"MasyaAllah istri aku cantik sekali..." puji Regan dengan senyum yang mengembang. Ia bersyukur memiliki Kaira, bukan hanya akhlaknya tetapi paras dan apa yang ia punya semua indah. Hampir-hampir Regan tak tahan ingin meminta jatah malam ini juga. Jika tidak ingat ucapannya kemarin. Akan menunggu sampai Kaira siap dan untuk saat ini lebih ingin mengenal lagi karena memang mereka yang sudah lama tak ada komunikasi. Bukan hanya pengenalan saja tapi juga pendekatan.
Karena anak gadis ini betul-betul malu dan canggung, hingga tak mudah untuk di dekati apa lagi untuk di ajak lebih. Pastinya memikirkan perasaan lebih utama meskipun syariatnya melarang menunda dan menolak jika suami sudah meminta. Beruntung Regan yang super pengertian walaupun sedikit meresahkan dan tak sabaran. Ngegas terus meski masih tipis-tipis.
Wajah Kaira merona lalu menundukkan kepala, kini Regan telah melihatnya tanpa hijab. Rambut panjangnya tergerai indah setelah dua hari tertutup rapat. Setelahnya mungkin agak bebas jika hanya berdua saja.
"Aku bersyukur memilikimu sayang, kamu cantik luar dalam." Regan mengecup kening Kaira begitu dalam, keduanya saling memejamkan mata merasakan cinta yang masih samar. Tapi mereka meyakini jodoh pilihan Tuhan tak akan pernah salah.
"Eemmm.....sudah kan, aku mau tidur ya. Mendadak ngantuk, mata aku juga berat, boleh kan?" tanya Kaira ragu. Jantungnya semakin tak menentu, tidur adalah cara kabur terbaik untuknya saat ini. Semoga Allah senantiasa memaafkan dan Regan pun mengerti agar ia tak di laknat sampai pagi.
Regan mengulum senyum, ia tau ini hanya alasan Kaira dan membebaskannya untuk tidur duluan. "Boleh, tapi hijabnya nggak udah di pakai ya. Dan......malam ini mungkin aku mengizinkanmu tapi untuk malam selanjutnya aku tidak janji akan mampu menahan dan membiarkanmu menghindar. Karena aku pria normal dan istriku sangatlah menggoda."
Kiara terhenyak mendengar jawaban dari Regan dan tak menunggu lama ia segera menarik selimutnya sampai batas dada dan berusaha memejamkan mata di sela tubuhnya yang meremang karena tiba-tiba Regan mengecup tengkuknya.
Produksi kalii
..
Di kasih monongan ketika menginjak 10 thn usia perkawinan
Dan ternyata stlh punya anak Baru sy sadar knp Mgkn Tuhan ngasih lama krn faktor istri adik saya.. Yg mgk secara kesiapan mental blm siap di kasih momongan mgk secara umur Iya tp mental blm krn msh Sak karepe dhewe..
Tapi kok kyk bego Dari peran istri gimana
Haruse ga boleh menolak apapun jatah suami
Mlh bahkan sunahnya menawarkan diri, Kan Dah hatam ilmunya seorang guru pula..
Klo kesannya menghindari Dr kewajiban gitu kok kyk org ga pernah punya ilmu