Rania kira dia sudah menikah dengan lelaki yang tepat. Bahkan diusia pernikahan yang hampir tujuh tahunpun sang suami memperlakukannya dengan mesra.
Tapi, setelah Riana kembarannya masuk ditengah tengah kehidupan mereka, barulah Rania mengetahui ternyata sang suami adalah kekasih dari Riana.
Rania berusaha mempertahankan rumah tangganya dengan berpura pura tidak mengetahui hubungan sang suami dan kembarannya. Riana sendiri akan terus berjuang merebut kembali kekasihnya.
Bagaimana perjuangan Rania mempertahankan rumah tangganya?
Saksikan kisahnya dalam serial novel terbaru Author yang berjudul (Suamiku direbut kembaranku)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Retakan kecil
"Bik, mas Dimas sama Riana belum pulang ya?"
"Belum nyonya." Sahutnya dari dapur. Aminah menata makan malam untuk majikannya sebelum dia pulang.
"Bibik sudah mau pulang, kan?" Rania menghampiri Aminah.
"Iya nyonya."
"Apa rumah bibik jauh?"
"Tidak nyonya. Paling hanya dua puluh menit perjalanan naik angkot."
"Memangnya masih ada angkot malam malam begini, bik?" Rania mulai mengambil nasi. Dia merasa lapar begitu tiba di rumah tadi. Tapi, dia harus mandi dan sholat magrib dulu sewaktu tiba di rumah.
"Masih Nyonya. Jadwal malam angkotnya dari sini ke tempat saya sampai jam sembilan malam kok, nyonya."
Rania mengangguk paham. Lalu, dia mengeruk saku celana kulotnya.
"Ini ongkos untuk bibik." Memberikan selembar uang lima puluh ribu.
"Tidak usah nyonya. Saya sudah di kasih tuan Dimas kok untuk ongkos naik angkotnya."
"Ambil saja bik. Gunakan untuk naik taxi. Jadi, paginya bibik bisa tetap naik angkot, pulangnya malam naik taxi."
"Tidak usah nyonya. Lagian gaji saya per bulan juga sudah banyak kok dari tuan Dimas."
"Bibik tinggal sama siapa di rumah?"
"Sendiran nyonya."
"Keluarga? Anak, suami gitu?"
"Suami saya sudah meninggal lima tahun yang lalu. Dan anak anak saya sudah punya keluarga masing masing." Jelasnya.
"Kalau begitu, kenapa bibik nggak tinggal di sini saja?"
"Jadi kan bibik nggak usah pulang pergi lagi." Lanjut Rania.
"Memangnya boleh Nyonya?"
"Boleh dong, bik. Aku malah merasa senang kalau bibik mau tinggal di sini."
"Terimakasih nyonya. Saya akan langsung membawa baju baju saya besok pagi."
"Nah kalau begitu, bibik ambil uang ini untuk ongkos pulang naik taxi. Dan ini tambah lagi untuk naik taxi besok."
"Tidak usah ditambah nyonya. Ongkosnya cukup kok segitu." Menunjuk uang lima puluh ribu yang tadi ditolaknya.
"Ambil juga ini, bik. Untuk ongkos taxi besok pagi. Bibik kan bawa barang, setidaknya tas besar kan?"
"Iya nyonya."
"Kalau naik angkot apa nggak repot? Ambil aja bik, untuk ongkos taxi besok."
"Terimakasih banyak nyonya."
"Aku juga berterimakasih karena bibik mau tinggal disini untuk membantu saya meringankan pekerjaan rumah." Rania sangat menyukai Aminah. Karena sekilas Aminah seperti ibunya. Jadi, Rania akan merasa di rumahnya ada ibu yang menunggunya saat pulang kerja.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, nyonya."
"Iya bik. Sampai ketemu besok." Rania mengantar Aminah hingga dia naik ke taxi.
Setelah Aminah pulang, Rania kembali ke meja makan. Dia akan menyantap makan malam terlebih dahulu sebelum membaca novel yang diperintahkan untuk dibacanya segera.
Handphonenya bergetar, ada panggilan dari suaminya.
"Halo, mas!"
"Rumah sakit? Siapa yang sakit, mas sakit?" Khawatir.
"Rumi?"
"Ya Allah kasihan. Kapan Rumi sakitnya mas?"
"Ya sudah, kalau gitu aku makan malam duluan ya mas."
"Iya mas. Love you too."
Rania mengakhiri pembicaraan singkatnya dengan Dimas yang izin akan pulang terlambat karena harus ke rumah sakit untuk menjenguk anak pak Radit.
Memang benar Dimas ikut menjenguk Rumi di rumah sakit, tapi itu sudah berlalu beberapa jam yang lalu. Kini dia sedang di hotel bersama Riana. Mereka baru saja selesai makan malam romantis di resto hotel itu.
"Kamu sama Rania sama sama orang asing dan masih baru mengenal Rumi. Tapi, hebatnya Rumi sangat nyaman saat digendong oleh kamu atau Rania." Oceh Dimas yang masih kagum menyaksikan kejadian di rumah sakit tadi.
Saat tiba di rumah sakit, Riana langsung meminta izin untuk menggendong Rumi yang tertidur pulas. Biasanya Rumi akan langsung bangun bahkan jika itu adalah Radit ayahnya sendiri.
"Mungkin karena aku punya hati yang hangat dan penuh kasih sayang." Ujar Riana menyombongkan diri.
"Benarkah begitu?"
"Mungkin."
Dimas menghampiri kekasihnya yang duduk nyaman di atas tempat tidur.
"Dim, kapan kamu akan menceraikan Rania?"
"Tunggu sebentar lagi ya sayang."
"Apa kamu benaran sudah jatuh hati pada Rania?"
"Tidak sayang. Aku pastikan tidak."
"Lalu kenapa kamu tidak mau menceraikanya, Dim? Kamu tahu, aku bosan terus terusan seperti ini. Aku mau bebas dari hubungan yang seperti ini, Dim." Riana tampak sangat frustasi.
"Beri aku waktu hingga bulan depan, sayang. Beri aku sedikit waktu untuk bisa membicarakan ini pada Rania."
"Aku punya rencana untuk mengakui bahwa aku berselingkuh dan tidak mencintai dia lagi. Setelah Rania merasa tersakiti, dia pasti akan melepaskan aku dan kamu harus selalu ada disisinya saat itu."
"Apa maksudmu, Dim? Kamu pikir Rania akan membiarkan aku disisinya setelah kamu mengakui berselingkuh denganku?"
"Aku tidak akan mengakui selingkuhanku kamu, sayang. Tapi aku akan membayar wanita lain untuk itu."
"Jadi kamu mau merahasiakan hubungan kita selamanya dari Rania. Aku bosan, Dim."
"Aku mau kamu menceraikan Rania supaya kita bisa bebas dari hubungan sembunyi sembunyi seperti ini."
"Iya sayang. Aku juga sama."
"Maksudku, aku akan menyewa wanita lain sebagi selingkuhan aku. Nah setelah Rania dan aku bercerai, selama satu bulan aku akan terus beracting dengan wanita sewaan itu. Setelah satu bulan, aku akan putus dengannya dan tampak frustasi."
"Saat saat seperti itu, kamu dekatin aku dan kita buat seakan kita bersatu karena takdir."
Riana tersenyum senang. Dia merasa ide Dimas bagus juga. Jadi, dia tidak perlu susah payah menjelaskan apapun pada Rania dan tidak perlu bertengkar dengan saudara kembarnya itu.
"Aku suka ide kamu, Dim."
Dimas membelai wajah dan rambut Riana. Sementara tangan lainnya mulai berkeliaran menyentuh bagian lainnya dari tubuh Riana. Dimas bahkan hendak menci um kekasihnya itu. Tapi sebelum itu terjadi, Riana memalingkan wajahnya.
"Kenapa sayang?"
"Aku capek, Dim. Sebaiknya kita pulang sekarang." Bangkit dari tempat tidur.
"Ok, lagi pula Rania juga pasti menungguku."
"Apa kamu kesal padaku?"
"Tidak. Aku hanya mengatakan Rania menungguku di rumah." Dimas melangkah melewati Riana begitu saja.
Ini kali pertama Dimas bersikap seperti itu padanya. Hal itu membuat hati Riana terasa sakit.
"Dim, apa kamu menjadikan aku seperti ja la ng bagimu, yang bisa kamu ti d ur i saat kamu ber ga irah?"
Riana meraih lengan Dimas dan membuat Dimas berbalik arah untuk menatapnya.
"Kamu ngomong apa sih." Menghempaskan tangan Riana kasar.
"Dim, Dimas…" Teriak Riana yang tidak digubris sama sekali oleh Dimas.
"Ok fine. Awas saja kamu, Dim. Berani sekali kamu mempermainkan aku."
"Akan aku pastikan kamu kehilangan aku dan Rania. Ingat itu, Dimas. Aku tidak sudi dikhianati seperti ini."
Dengan penuh rasa kebencian dan dendam yang membara, Riana keluar dari hotel itu. Begitu tiba di lobi, dia melihat mobil Dimas melaju begitu saja melewatinya.
"Bre ng se…eeeekkkk…" Teriaknya tertahan. Tangannya menggepal erat menahan segala kemarahan, kebencian dan dendam yang membara.
Hubungan yang terlihat baik baik saja beberapa saat lalu, mendadak berubah menjadi kebencian. Itulah cinta, akan menjadi duri yang menancap kuat di hati seseorang, hingga ketika duri itu dicabut, hati akan mengeluarkan darah kental dan menyisakan lubang yang sangat dalam di hati penikmat cinta itu sendiri.
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
seru Thor ceritanya