Rate. 21+ 🔥
Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.
Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.
Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.
Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan Dira
Baru beberapa suap Darren menikmati masakan Dira, pak Riswan datang menghampiri Darren dan menepuk bahu Darren.
"Maaf nih kang, mobil yang berwarna merah itu akan di ambil sore ini. Apa akang bisa menyelesaikan secepatnya?" tanya pak Riswan penuh harap.
"Akan saya usahakan pak," jawab Darren.
"Tolong di usahakan selesai tepat waktu," pinta pak Riswan, Darren hanya mengangguk, setelah itu pak Riswan pergi ke ruangannya.
Darren meletakkan makanannya dan meraih air minum hingga habis setengah botol.
"Maaf, gue nggak bisa menghabiskan masakan elo. Gue harus secepatnya mengerjakan mobil itu sebelum sore," ucap Darren sedikit tak enak hati karena baru beberapa suap Darren menikmati masakan Dira dan sekarang dirinya harus bekerja lagi.
Dira diam sesaat.
"Gini deh, kamu tetap kerja dan aku menyuapi kamu sambil bekerja, bagaimana?"
"Ide yang bagus. Tapi elo yakin mau menyuapi gue?"
"Iya, kenapa nggak," jawab Dira mantap.
Darren pun tersenyum dan tangannya terulur ke kepala Dira, kemudian mengacak rambut Dira gemas.
"Iiihh... rambutku jadi berantakan nih," gerutu Dira sembari membenarkan tatanan rambutnya yang di beranatakin oleh Darren.
Darren hanya tersenyum mendengar gerutuan Dira.
"Ayo, temani gue bekerja."
Darren bangun dari duduknya dan Dira meraih makanannya Darren di kursi dan membawanya.
Darren memulai pekerjaannya dengan Dira yang menyuapi Darren penuh kesabaran. Hati Darren benar-benar menghangat dengan apa yang di lakukan Dira terhadapnya.
Apa yang di lakukan oleh Dira, membuat para lelaki di buat iri. Bahkan sampai ada yang baper melihat keduanya, apalagi saat Dira mengelap bibir Darren saat ada nasi yang menempel di bibir Darren dan Dira juga memegangi botol minum saat Darren tengah meminumnya karena kedua tangan Darren kotor.
"Terima kasih ya, sudah bersedia menyuapi gue," ucap Darren.
"Iya, nggak masalah kok. Apa yang aku lakukan salah satu kewajibanku sebagai seorang istri."
Darren pun tersenyum menanggapi perkataan Dira.
Dira langsung menyusun kembali rantangnya dan bangkit dari kursi kecil.
"Aku langsung pulang ya, dan habis itu aku mau nengok nek Iroh."
"Iya, hati-hati di jalan. Gue harap elo nggak lupa jalan pulang," tukas Darren sembari mengambil kunci pas.
"Ya, kali aku bocah! Masa pulang ke rumah saja lupa jalan," ketus Dira.
'Siapa tau lupa, sebab arah pulang elo itu ya ke gue."
Dira hanya memutarkan bola matanya, mendengar gombalan receh Darren. Dira memilih segera pergi dari pada mendengar perkataan Darren yang bakal terus berlanjut jika dirinya terus menanggapi perkataan Darren yang suka aneh-aneh.
"Aku pamit pulang dulu, dan semangat bekerjanya."
"Iya...."
Dira melangkah meninggalkan Darren yang sedang bergelung dengan peralatan bengkel.
***
Di tengah jalan, Dira bertemu dengan Andi. Dira bersikap cuek dan seolah tidak melihatnya. Meskipun Dira sudah berusaha menghindar, tapi Andi langsung menarik tangan Dira.
"Dira, aku aku tahu kenapa kamu meninggalkanku. Ibu ku mengancam kamu, agar kamu mau meninggalkan aku kan?"
Dira hanya diam dan memilih untuk melanjutkan langkahnya, tapi Andi lagi-lagi mencegahnya.
"Dira, tolong jawab dengan jujur."
"Sudahlah kak, lagian itu nggak penting. Lebih baik kakak urus kehidupan kakak."
"Dira, jujur sampai sekarang aku masih sangat mencintai kamu," ungkap Andi jujur.
"Kak, lebih baik lupakan aku dan lagian aku sudah menikah dan kakak juga sudah memiliki tunangan."
"Tapi aku tidak mencintai Siska, yang aku cintai hanyalah kamu. Ayo, kita kembali merajut cinta kita lagi, dan aku juga tau kalau kamu juga masih mencintai aku."
"Maaf kak, aku nggak bisa. Aku nggak mau melakukan hal bodoh yang seperti kakak mau!." Ujar Dira kesal.
"Ra...."
"Stop! aku bukan wanita seperti yang kakak harapkan. Permisi."
Dira segera meninggalkan Andi yang kini diam terpaku karena apa yang di inginkannya di tolak oleh Dira.
"Aarrggh...." teriak Andi menjambak rambutnya.
"Pokoknya aku harus mendapatkan Dira lagi, bagaimana pun caranya."
