Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak akan Melepasnya
Semakin Leon mengenal Anna, pikirannya juga terus tertuju padanya. Dalam satu hari setiap lengah dari pekerjaan wajah gadis itu langsung muncul di ingatannya. Leon mengetuk penanya di atas meja sambil memejamkan matanya. Ia sedang membayangkan wajah istrinya tersebut.
"Dia sedang apa sekarang?" gumamnya. Pria itu begitu penasaran, kemudian menghubungi pengawal yang dia tugaskan mengikuti Anna diam-diam. Kejadian tempo hari membuat Anna was-was. Leon yakin Mariam pasti masih mengincar Anna. Ia tidak mau Anna terluka. Leon bisa saja mengingatkan Mariam agar tidak menyakiti Anna. Tapi ia masih menghargai wanita itu sebagai ibu dari Laura, wanita yang dia cintai.
"Hem..." Leon mendengarkan laporan dari pengawal itu. "Apa?" ekspresi Leon berubah menjadi muram. "Kirimkan lokasinya sekarang juga. Dan tetap awasi mereka." pria itu langsung bergegas pergi.
Sementara di panti asuhan Bakti Raja, Anna dan David sedang membagikan es krim pada anak-anak panti. "Jangan berebutan anak-anak. Semuanya pasti kebagian." seru Anna sambil memberikan es krim pada anak-anak.
David juga demikian, dia cukup kewalahan melayani anak-anak tersebut. Namun melihat Anna tertawa bahagia, semua kerepotan ini bukan apa-apa baginya.
"Wah, mereka sangat bersemangat hari ini." ucap David setelah selesai membagikan es krim dan anak-anak panti sedang asyik dengan dunianya sendiri sambil menikmati es krim gratis di hari yang cukup panas.
Kini David dan Anna duduk di sebuah kursi panjang tepat di bawah pohon besar. Keduanya juga sedang menikmati es krim tersebut.
"Terima kasih Kak David sudah repot-repot mengirim truk es krim. Anak-anak itu pasti sudah lama belum makan es krim."
Hari ini adalah jadwal kunjungan Anna di panti asuhan tersebut untuk memeriksa apakah dana yang diberikan disalurkan dengan baik. Itu sebagai bentuk pertanggungjawaban yang akan dilaporkan ke komunitas amal. Dan saat itu, kebetulan sekali ia bertemu David di sana.
"Jadi Kak David pernah tinggal di sini?" tanya Anna. Kehadiran David di panti ini tentu menimbulkan pertanyaan bagi Anna.
David mengangguk pelan "Ketika umurku masih lima tahun, aku pernah diculik oleh rival bisnis ayahku. Mereka ingin menggertak ayah karena sebuah perselisihan dan menyembunyikanku di panti ini selama satu tahun. Satu tahun tinggal di sini tentu meninggalkan banyak kenangan. Aku melihat anak-anak yang merindukan orang tua dan bahkan ingin merasakan memiliki keluarga. Setelah aku ditemukan dan kembali ke rumah, aku selalu mengunjungi tempat ini setiap ada waktu."
Anna mengangguk paham, "Aku juga merasakan hal yang sama. Meski punya ayah dan ibu, tapi aku tidak pernah merasakan kasih sayangnya. Semua terasa hampa tanpa kehadiran ayah dan ibu."
David memahami perasaan gadis itu. Hal itulah yang membuat David simpati pada Anna. Sejak pertama kali mengenal Anna di usia remaja, ia sudah melihat betapa Anna menderita tinggal di rumah itu. Tetapi ketika di sekolah, Anna selalu terlihat ceria. Hal itu membuat David penasaran dan selalu memperhatikannya. Dan perhatiannya itu malah menimbulkan rasa sayang pada Anna.
"Anna..." David kini menatap Anna lekat yang dibalas oleh gadis itu. "Jika suatu saat kau bercerai dari Leon, maukah kau pergi bersamaku?" tanya pria itu dengan hati-hati.
Anna mencerna pertanyaan itu, "Jangan kembali ke rumah ayahmu, kau akan menderita di sana."
Anna tersenyum tulus, "Aku juga tidak berniat kembali ke sana Kak. Dan jauh sebelum hari ini aku sudah punya tempat yang akan aku kunjungi. Mungkin aku akan tinggal lebih lama di sana."
"Dimana?" David merasa kecewa namun tetap bersikap biasa.
"Rahasia. Aku tidak ingin satu orang pun tahu kemana aku pergi. Aku ingin hidup tenang di sana dengan kehidupanku yang baru."
"Baiklah kalau memang itu keputusanmu. Tapi kau harus ingat Anna, kapan pun kau butuh bantuan datanglah padaku. Aku akan selalu ada untukmu." ucap David.
Ucapan David membuat hati Anna menjadi hangat. Dia bersyukur masih ada yang mempedulikannya.
"Kak, sepertinya urusanku di sini sudah selesai. Bagaimana dengan Kakak?"
"Aku juga. Ayo, aku akan mengantarmu pulang."
"Apakah tidak merepotkan?"
"Mana mungkin. Ayo."
Keduanya berjalan menuju parkiran. Ketika mereka sampai di sana, Leon sudah ada di sana, bersandar di mobil dengan mata tajam menyorot David.
"Leon, kenapa kau ada di sini?" tanya Anna.
"David, aku ingin bicara denganmu." Leon mengabaikan pertanyaan Anna. Suaranya terdengar tidak bersahabat.
"Ada apa?" David membuka pembicaraan. Kini keduanya berada di bawah pohon besar tempat Anna dan David duduk sebelumnya, sementara Anna menunggu di tempat parkir.
"Anna masih istriku David. Kenapa kau begitu lancang mendekatinya." cecar Leon. Tangannya sejak tadi sudah panas ingin memukul pria itu.
"Aku tahu, tapi sebentar lagi kalian akan bercerai bukan? Aku bukan orang yang mudah menyerah Leon. Ketika aku mencintai seseorang, aku akan berjuang. Meski harus melawanmu, sahabatku."
"Aku tidak akan menceraikannya."
Kalimat itu berhasil membuat David terpancing. "Apa maksudmu brengsek. Bukankah kau hanya menginginkan Laura?!"
"Itu semua bukan urusanmu. Intinya aku tidak akan menceraikannya, Anna akan tetap bersamaku sampai kapan pun."
Satu pukulan keras menghantam wajah Leon. "Sialan kau Leon. Kau terlalu serah. Tentukan pilihanmu, jangan menyakiti gadis tak bersalah itu."
Leon tidak melawan, ia sadar diri akan kebingungannya saat ini. Laura dan Anna, ia belum bisa memilih. Tetapi untuk saat ini, ia tidak ingin Anna pergi dari sisinya.
"Terserah apa katamu. Tapi aku tidak akan melepaskan Anna." Leon pergi meninggalkan David yang masih emosi.
"Sialan kau Leon." umpat David.
Leon menghampiri Laura yang menunggunya di parkiran.
"Astaga, wajahmu kenapa?" Anna panik melihat sudut bibir Leon yang memar dan mengeluarkan darah. Pukulan David sepertinya penuh dendam.
"Masuk ke mobil!" perintahnya. Lagi-lagi Leon mengabaikannya. Pria itu masuk ke mobil diikuti oleh Anna. Ia menancap gas meninggalkan panti. Wajah Leon terlihat muram membuat Anna takut bertanya. Pria itu mengemudikan mobil dengan cepat. Hatinya masih panas setelah perdebatannya dengan sahabatnya.
"Pelan-pelan Leon. Aku takut." rengek Anna.
Mendengar suara Anna, Leon melembutkan hatinya. Ia akhirnya menghentikan mobil di pinggir jalan yang sepi.
Keduanya masih diam selama beberapa detik. Sampai akhirnya Anna yang penasaran bertanya.
"Ada apa Leon? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa wajahmu..."
Sebelum Anna mencecarnya dengan pertanyaan, Leon membungkam mulut gadis itu dengan mulutnya. Anna terkesiap ketika merasakan bibir kenyal Leon melahap bibirnya. Anna melawan tetapi tangan Leon menangkap tangannya yang lemah.
Anna bisa melihat Leon memejamkan matanya. Sedangkan lidah pria itu memaksa masuk ke dalam mulutnya. Anna merasakan rasa asin dari darah yang keluar dari sudut bibit pria itu.
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️