NovelToon NovelToon
Jawara Dua Wajah

Jawara Dua Wajah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Gangster / Idola sekolah
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aanirji R.

Bima Pratama bukan sekadar anak SMK biasa.
Di sekolah, namanya jadi legenda. Satu lawan banyak? Gaspol. Tawuran antar sekolah? Dia yang mimpin. Udah banyak sekolah di wilayahnya yang “jatuh” di tangannya. Semua orang kenal dia sebagai Jawara.

Tapi di rumah… dia bukan siapa-siapa. Buat orang tuanya, Bima cuma anak cowok yang masih suka disuruh ke warung, dan buat adiknya, Nayla, dia cuma kakak yang kadang ngeselin. Gak ada yang tahu sisi gelapnya di jalan.

Hidup Bima berjalan di dua dunia: keras dan penuh darah di luar, hangat dan penuh tawa di dalam rumah.
Sampai akhirnya, dua dunia itu mulai saling mendekat… dan rahasia yang selama ini ia simpan terancam terbongkar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aanirji R., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Final Jawara Vs Monster

Arena udah kayak mau meledak. Dua kemenangan beruntun SMK Bima Sakti bikin anak-anak Garuda mulai resah. Beberapa dari mereka bisik-bisik nggak percaya. Sorakan dari sekolah lain yang nonton pun pecah:

“Woy, Bima Sakti gila bener!”

“Dua-duanya tumbang, bro! Garuda apaan nih?”

“Duel terakhir nih, pasti seru!”

Bagas berdiri kaku, rahangnya mengeras. Dia nyaris nggak percaya dua eksekutifnya udah jatuh semua. Matanya melirik ke Doni, eksekutif terkuat Garuda, kartu as terakhir.

“Doni…” suara Bagas berat, tapi ada keraguan tipis yang bocor.

“Lu yakin?”

Doni menoleh, wajahnya tenang tapi tatapannya tajam kayak pisau.

“Gue pernah numbangin Bima di sekolahnya sendiri. Kalo ketuanya aja bisa gue jatuhin, anak buahnya apalagi?”

Suasana langsung riuh. Kalimat itu kayak bensin dilempar ke api. Anak-anak Garuda teriak makin keras, sementara kubu Bima Sakti langsung ngerespon dengan sorakan balasan.

Doni maju dengan langkah santai, tapi auranya bikin orang mundur. Begitu dia udah berdiri di tengah, Dodi ikut melangkah. Nggak banyak ekspresi, tapi semua tau: duel ini beda.

Dodi dan Doni saling tatap. Doni senyum miring, ngeremehin jelas-jelas.

“Lu pikir bisa tahan gue? Ketua lu aja jatoh, bro.”

Dodi cuma balas dengan mata dingin.

“Kalo gitu, coba jatuhin gue juga.”

***

Bel mulai.

Doni langsung ngegas, gerakannya buas, cepet, kayak hewan liar dilepasin. Tinju pertamanya bikin Dodi harus mundur setengah langkah. Pukulan lanjutan datang kayak badai, bikin arena panas banget. Penonton teriak-teriak tiap kali tinju Doni nyaris kena.

“WOII! Gila cepet banget!!”

“Eksekutif Garuda emang beda kelas!”

Dodi sempet kepepet, beberapa kali kena pukul telak di badan. Nafasnya berat, langkahnya goyah, tapi matanya masih fokus. Dia diem-diem udah ngukur tempo Doni.

Bima di kerumunan nyipit mata, dalam hati ngomong:

“Jangan buru-buru, Di. Dia tipe yang kebakar emosinya sendiri…”

***

Beberapa ronde kecil lewat, Doni makin brutal. Overconfidence keliatan jelas. Dia ngerasa Dodi udah goyah.

“Udah cukup segini?!” teriak Doni sambil ngehantam ke arah kepala.

Tapi kali ini Dodi gerak beda. Dia ngelangkah setengah ke samping, ngehindar tipis, terus langsung ngebales dengan counter lurus ke rahang. Bughh! Kepala Doni kejedot ke belakang.

Sorakan pecah.

“WOOOOOIIIIII!!”

Doni kaget. Dia buru-buru nyerang lagi, tapi makin kebakar. Gerakannya makin kebuka. Dodi mulai mainin tempo, ngebaca arah pukulan, terus balikin serangan dengan counter tipis-tipis tapi sakit.

Arena makin panas. Penonton teriak campur aduk. SMK lain makin kegirangan nonton duel “raja lawan raja”.

***

Akhirnya, momen krusial datang. Doni all-out, ngelepas pukulan berat dengan seluruh tenaganya. Dodi udah baca pola itu dari awal. Dia ngedipin mata sepersekian detik, lalu ngerunduk dan nyelip ke samping, ngelepasin satu uppercut pendek tapi tepat sasaran.

Bugh! Rahang Doni naik. Tubuhnya limbung, hampir jatuh.

Sorakan meledak.

Doni masih berdiri, napas ngos-ngosan, tapi matanya kosong sesaat. Dia coba ngehantam lagi, tapi Dodi udah nunggu. Satu pukulan telak terakhir bikin Doni jatuh berlutut.

Hening sepersekian detik. Lalu referee teriak:

“Doni… kalah!!”

Arena pecah total. SMK Bima Sakti sorakannya sampe nutupin suara lain.

“DODI! DODI! DODI!!”

Dodi sendiri berdiri dengan napas berat, bahunya penuh memar, bibirnya pecah, tapi dia tetep tegak. Doni jatuh tipis, kalah bukan karena lemah, tapi karena ketenangan lawan yang bisa ngebaca dia sampai habis.

Di pinggir, Bima senyum tipis.

“Bagus, Di. Lu buktiin sendiri…”

Bagas yang tadi percaya diri, sekarang wajahnya pucat. Tiga eksekutif Garuda tumbang semua.

***

Langit makin berat sore itu, mendung pekat menggantung seperti nahan hujan. Lapangan terbengkalai yang jadi arena, sekarang udah kayak kuali mendidih. Sorak-sorai pecah dari segala arah, terutama setelah duel ketiga selesai.

SMK Garuda baru aja dibikin kaget—eksekutif andalan mereka rontok berturut-turut. Andre bikin Bayu KO singkat, Raka bikin Arman megap-megap, dan Dodi berhasil nutup duel ketiga dengan ngalahin Doni walau tipis. Skor telak: 3–0.

Penonton dari SMK lain makin panas. Dari sisi tribun reyot, suara anak-anak SMK Rajawali meledak:

“Woi, gila! Bima Sakti nyapu bersih, anjir!”

“Garuda katanya gede nama doang tuh, wkwk!”

Sementara dari barisan SMK Jaya Nusa, ada yang sengaja teriak buat provokasi:

“Eh jangan seneng dulu, masih ada Bagas! Itu orang bukan manusia, bro, monster!”

“Yaa, eksekutifnya kalah sih, tapi Bagas? Nggak bakal sama ceritanya.”

Sorakan campur aduk, antara kagum, panik, sama ngeledek. Suasananya udah kayak final bola antar sekolah, tapi taruhannya jauh lebih gila.

Di sisi SMK Garuda, beberapa anak kelihatan gemeter. Bagas masih berdiri tegak di depan barisan, ekspresinya nyoba datar. Tapi dari gerakan tangannya yang ngepal terlalu kenceng, jelas dia lagi berusaha nenangin diri.

“...nggak masalah,” gumamnya pelan, hampir kayak ngomong ke dirinya sendiri. “Mereka kalah karena mereka lemah. Mereka bukan aku. Aku beda. Bima bukan apa-apa dibanding aku.”

Napasnya berat, mata Bagas nyapu kerumunan. Dia bisa ngerasain tatapan semua orang ke arahnya. Beban sekaligus dorongan.

SMK lain pada nunggu. Ada yang udah yakin Garuda bakal jatuh, ada juga yang pasang taruhan kalau Bagas bakal jadi pembalik keadaan.

Dan di tengah riuh itu, suasana jadi kayak ditahan-tahan. Semua orang tahu—pertarungan sesungguhnya bentar lagi dimulai.

1
Cadel_1
Lanjut thor🔥🔥
Cadel_1
Apa ni apa ni apa ni
Amel
lnjuttt
Amel
Suka banget sama cerita aksi sekolah sekolah gini
Aanirji R.: siap kak😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!