NovelToon NovelToon
Kontrak Cinta Di Bangku SMA

Kontrak Cinta Di Bangku SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

Alya, siswi SMA berusia 17 tahun dari keluarga miskin, tak pernah menyangka niat baik menolong pria tak dikenal justru membuatnya dituduh berzina oleh warga. Pria itu ternyata kepala sekolahnya sendiri. Reihan, 30 tahun, tampan dan terpandang. Untuk menyelamatkan reputasi, mereka dipaksa menikah dalam kontrak.
Kini, Alya menjalani hidup ganda: murid biasa di siang hari, istri kepala sekolah di balik pintu rumah.
Tapi mungkinkah cinta lahir dari pernikahan yang tak pernah diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15

Pagi itu menyapa tanpa kehangatan.

Alya membuka matanya dengan perasaan seperti terhempas dari mimpi buruk. Kepalanya terasa berat, seolah ditindih beban yang tak kasatmata. Bekas tangis semalam masih nyata. di kelopak mata yang sembab, di dada yang sesak, di tenggorokan yang terasa kering.

Ia duduk perlahan, menatap sekeliling. Masih di kamar itu. Kamar Reihan. Bau parfum maskulin yang familiar menyeruak samar, mencampur dengan aroma lembap dari udara yang tertutup sejak malam. Tapi Reihan tak ada di sana. Entah kemana pria itu. Alya pun tidak peduli.

Hening.

Lalu tiba-tiba, suara dering ponsel membuyarkan keheningan. Alya mengerjap kan mata, merogoh tas di sudut ranjang, dan mengeluarkan ponsel dari dalamnya. Di layar terpampang satu nama yang seketika membuat hatinya menciut.

“Ibu.”

Ia ragu sejenak. Tapi akhirnya menekan tombol hijau.

“Assalamualaikum, Bu...” ucapnya pelan, suaranya serak seperti habis terbakar malam.

“Waalaikumsalam, nduk,” jawab suara lembut dari seberang, suara yang selalu menenangkan

“Maaf... kemarin Alya nggak pulang,” lirih Alya, menggigit bibirnya.

“Pak Reihan bawa Alya kembali ke apartemennya.”

“Ibu sudah tahu,” jawab sang Ibu, tenang, terlalu tenang.

Alya terdiam. Keningnya berkerut.

 “Sudah tahu?”

“Iya. Nak Reihan semalam datang ke rumah. Katanya... dia ingin kamu kembali tinggal bersamanya. Dia minta izin pada kami.”

Alya menahan napas. Jantungnya berdetak tak menentu.

“Tapi aku nggak mau, Bu. Aku mau pulang... ke rumah.”

“Kamu itu gimana sih, Alya?” Nada ibunya mulai berubah.

“Reihan itu suamimu. Kamu bukan gadis kecil lagi. Kamu istri orang.”

Alya menahan air mata yang hendak jatuh. “Tapi aku nggak bahagia, Bu... aku capek.”

“Ibu nggak menelepon untuk mendengar keluhanmu,” potong sang Ibu dingin.

 “Ibu dan Bapak mau pamit. Kami akan pulang kampung. Tante mu memutuskan kerja ke luar negeri, jadi nenekmu nggak ada yang menemani. Kami harus merawat beliau.”

“Kalau begitu... Alya ikut,” ucap Alya buru-buru, seperti memohon harapan terakhir.

Namun suara ibunya justru terdengar makin tajam.

 “Alya... jangan egois. Kamu sudah bersuami. Jadi istri itu harus ikut suaminya. Jangan mempermalukan orang tuamu.”

Deg.

Ucapan itu seperti tombak yang menancap di dadanya. Tak berdarah, tapi perihnya menjerit dalam diam.

“Ibu matikan, ya. Bapak sudah siap. Hati-hati di sana,” ujar sang Ibu, lalu tanpa menunggu balasan, sambungan pun terputus.

Alya menurunkan ponselnya perlahan. Hening kembali menyergap kamar itu, tapi kali ini disertai ledakan yang hanya bisa dirasakan dari dalam.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan nya dengan kasar. Air matanya menggenang lagi, tapi tak ada waktu untuk menangis. Kepalanya sakit. Badannya lengket. Sejak kemarin sore ia belum mandi bahkan seragam sekolah nya masih ia kenakan.

Ia berdiri, ingin ke kamarnya sendiri untuk berganti pakaian. tapi saat tangannya memutar kenop pintu...

Terkunci. Lagi.

“Reihan...” desisnya lirih, hampir tanpa suara. kemarahan sudah memuncak hingga ke ubun-ubun.

Apa pria itu benar-benar menganggapnya boneka? Dikurung. Disimpan. Dipaksa tetap tinggal.

Alya menatap pintu itu lama, seperti memikirkan seribu cara untuk membukanya paksa. Tapi tubuhnya lebih dulu menyerah. Ia butuh mandi.

Ia pun membuka lemari pakaian Reihan. Jemarinya menyisir pakaian-pakaian pria itu yang tergantung rapi. Setelah memilih sebentar, ia mengambil kaos hitam polos dan celana pendek abu-abu yang agak longgar. Tak ada pilihan lain. Pintu terkunci, dan semua barang miliknya ada di luar kamar.

Dengan langkah lelah, ia berjalan ke kamar mandi. Membuka kran, membiarkan air dingin mengguyur tubuhnya. Setiap tetes seperti membersihkan sisa-sisa luka semalam, meski tak benar-benar menyembuhkan.

Usai mandi, ia mengenakan pakaian milik Reihan. Kaos itu kebesaran, menggantung di bahunya. Tapi setidaknya ia merasa sedikit lebih ‘bersih’.

...

Beberapa waktu telah berlalu. Alya kini duduk termenung di sofa yang ada di dalam kamar itu, menatap layar ponselnya kosong. Jarinya menggulir pelan media sosial, berusaha mencari hiburan di antara potongan hidup orang lain. Tapi hati yang gundah tetap tak bisa dialihkan hanya dengan scroll dan senyuman palsu dari layar.

Seharusnya saat ini ia duduk di bangku sekolah, belajar seperti biasa, namun ia terkurung di apartemen pria yang lebih banyak membuatnya pening daripada bahagia.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka.

Rehan masuk dengan langkah ringan. Matanya langsung tertuju pada Alya, dan seketika sebuah senyum mengembang di wajahnya saat melihat gadis itu mengenakan kaos hitam miliknya yang jelas-jelas kebesaran. Kaos itu menjuntai di tubuh mungil Alya, membuatnya terlihat seperti mengenakan gaun tidur.

“Pagi,” sapa Rehan sambil menunduk sedikit, lalu mengecup kening Alya dengan lembut dan cukup lama.

Tubuh Alya menegang seketika. Ia tidak siap. Jantungnya berdegup begitu cepat, wajahnya terasa panas, dan ia yakin pipinya saat itu semerah tomat matang.

Kenapa deg-degan sih? Gak penting banget! batinnya protes.

“Ayo kita sarapan,” ajak Rehan, menggenggam tangannya dengan santai.

Alya ingin menolak, ingin bilang . tidak. dengan tegas, tapi ia terlalu malas berdebat di pagi hari. Ia membiarkan Rehan menuntunnya ke meja makan. Rehan menarikkan kursi untuknya, menyuruhnya duduk, lalu mengambilkan piring, menaruh nasi, lauk, dan sayur, semuanya dengan gerakan pelan dan penuh perhatian, mirip ayah muda yang sedang menyuapi anak TK.

Kemudian ia duduk di seberang Alya. Tak ada percakapan. Hanya suara sendok bertemu piring. Rehan makan dengan tenang, sesekali melirik Alya yang masih belum menyentuh makanannya.

Hingga akhirnya, suara Alya terdengar.

“Aku mau pulang.”

Reihan mengunyah pelan. “Pulang ke mana?”

“Ke rumah.”

 “Jadi kamu nggak mau tinggal di apartemen ini?” jawab Reihan santai. Masih terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Alya mengangguk pelan. “Iya. Aku mau pulang.”

Mendengar itu, Rehan tanpa banyak bicara langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

Alya memiringkan kepala, curiga.

“Carikan saya rumah. Saya ingin rumah itu siap sore ini juga,” ucap Rehan singkat.

Suara di seberang terdengar panik. “Tapi tuan... Jika nyonya besar tahu, tuan sedang mencari rumah baru. beliau pasti akan sangat marah.." ucap seseorang yang merupakan asisten pribadi keluarga Reihan.

Nyonya besar yang di maksud adalah ibu dari Reihan. Nyonya Lidya, sangat menentang keras keputusan sang putra untuk tinggal terpisah dengan mereka. Pasalnya Reihan merupakan Putra tunggal dari pasangan Sutrisno dan Lidya. Juga merupakan pewaris tunggal dari perusahaan yang dipimpin oleh sang ayah.

“jangan sampai tahu.” ucap Reihan tak ingin ada penolakan. Sebelum akhirnya memutuskan panggilan telepon.

“Nanti sore kita pindah,” kata Reihan enteng sambil meneguk air dari gelas kaca yang ada di hadapannya.

Alya mengerutkan kening.

 “Siapa yang mau pindah?”

“Kan tadi kamu yang bilang kalau nggak mau tinggal di apartemen, jadi aku sudah beli rumah baru untuk kita.” ucap Reihan dengan entengnya.

Alya mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening.

“Pak Rehan,” ucap Alya pelan tapi penuh tekanan,

“yang saya maksud... saya ingin pulang ke rumah orang tua saya.”

Rehan tampak mencerna, lalu bertanya lagi, “Oh... jadi kamu mau kita tinggal di rumah orang tuamu?”

Emosi Alya seketika memuncak. Ia ingin teriak. Atau lempar sendok. Tapi ia hanya berkata tegas,

“Tidak ada. Kita. Hanya saya.”

Rehan menatapnya sejenak, lalu kembali mengunyah.

“Tapi aku suamimu. Kenapa aku nggak boleh tinggal bareng istriku?”

Alya merasa darahnya naik ke ubun-ubun.

“Suami istri kan harus nya tinggal bersama,” tambah Reihan dengan santainya, seperti sedang mengucapkan selamat pagi.

“Ughhh!” Alya mengacak-acak rambutnya sendiri, frustrasi.

“Ngomong sama Bapak tuh kayak naik rollercoaster! Muter mulu, gak nyambung!”

Ia meletakkan sendoknya dengan suara cukup keras, lalu bangkit berdiri dan pergi dengan hentakan kaki.

Reihan hanya bisa diam menatap gadis itu pergi. Bibirnya terangkat sedikit. Entah kenapa, ia merasa... geli?

Alya menuju pintu kamar miliknya dan mencoba membukanya, namun tak bisa.

Terkunci.

Ia menghela napas panjang, lalu berputar cepat, menatap Rehan dengan mata menyala.

“Di mana kuncinya?!” tanya Alya dengan suara meninggi.

Reihan dengan santainya menjawab, “Sudah aku buang.”

“APA?!”

“Aku bosan tidur sendirian, jadi mulai sekarang kita tidur sekamar.”

“Aku gak mau!” bentak Alya.

“Yaudah, kalau nggak mau, tidur aja di kamar mandi,” jawab Rehan datar sambil menyendok nasi lagi, santai seolah tak baru saja melempar bom emosi.

Alya menatap pria itu dengan wajah campur aduk antara syok, jengkel, dan ingin menghilang dari muka bumi. Tapi mau tak mau, ia pun berbalik dan berjalan menuju kamar Rehan, menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

Begitu sampai di depan kamar, ia membuka pintunya dengan keras dan...

 BRAKKK! membantingnya lebih keras lagi.

Rehan hanya bisa memandangi tingkah Alya dari meja makan, lalu tertawa kecil. Dalam hati, ia berbisik,

" Menggemaskan."

1
partini
ehhh laki laki ga tegas cuma di ancam di tarik dah loyo melempem,,jangan mempermainkan hubungan itu ga bagus NGAB
Maret x Kakashi
Semangat updatenya , menarik ceritanya 👍
Mamah dini
kayaknya c Reihan agak sakit jiwa deeehhh, tadinya benci Alya e..,.h sekarang jth cinta, TPI.... wajar kali ya , sebab TDI nya menghina duluan sekarang kayak bucin
Mamah dini
aduh yg LGI ke bakar cemburu , sudah mulai jatuh cinta pak Reihan , Alya cantik kan , GK mungkin seorang kepala sekolah sebegitu cemburu nya kalau isrtinya GK menggemaskan
Mamah dini
itu pak Reihan mengakuinya , TPI kenapa bilang Alya jelek berjerawat hitam LGI mungkin selera bp ada di diri Alya ya pak makanya jgn menghina duluan tuh makan omongan sendiri.
Mamah dini
ooh ternyata kepala sekolah Alya telah jatuh cinta kali,, katanya GK selepel ko bisa sekacau itu atau..... ke tagihan ya mau lagi dgn muridmu eh istrimu he he GK salah ni....
Mamah dini
sekolah apa coba , liat murid yg di kerjain gitu masa gurunya GK respon,, ah bener2 sekolah GK punya etika, kalau begitu pindah aja Alya , maksain sekolah di situ juga bikin hatimu GK tenang selalu di pandang rendah ayo Al pindah aja
Mamah dini
katanya GK cinta TPI gampang banget ada desiran aneh nya , gimana sih pa
Mamah dini
kenapa Alya GK pulang aja biar hari itu MH bolos dulu, ya pantes temen2mu bilang ,, TPI benerkan apa yg mereka bilang , ko kmu maksa aja ke kelas walaupun kmu orang miskin katanya kan harus punya harga diri juga al , mampir thor
yumi chan
thor bt aja aliya pergi jauh thor..biarlh aliya mndpt kbbasn...seandsiya slita hlim..pertkn alira di saat dia sukes dn punyk ank2 kmbr..dn bt wnita yg di jdhkn sm reyhan gk bisa hml thor hhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!