Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadia Menang
"Kau jangan coba-coba menabur permusuhan di antara kami, Paman. Lagipula bagaimana mungkin aku bisa menjadi bagian dari keluarga itu? Keluarga Bos Xadewa terlalu rapat. Kalau pun aku benar-benar putra ayahnya, mereka sudah menyingkirkanku sejak lama."
Si paman menarik napas berat. "Kamu ini keras kepala sekali. Kalau bukti yang kamu mau, besok ikut aku. Kita temui ibumu. Tapi ini rahasia besar, karena posisinya sangat berbahaya. Itulah kenapa dia tidak bisa merawatmu dari bayi. Lebih aman kalian terpisah."
Nufus terdiam. Tatapannya kosong menekuri botol bir yang teronggok di atas meja.
"Lalu kenapa baru sekarang kau kenalkan aku pada dia?" tanya Nufus
"Karena waktunya baru sekarang. Aku tidak asal bicara. Semua ini sudah lama kupersiapkan. Informasi kukumpulkan, strategi kususun, semua demi hari ini. Nufus, sudah saatnya kau menuntut hakmu. Kau berhak atas keluarga yang utuh, dan atas keadilan sebagai seorang anak. Sudah saatnya kamu muncul ke permukaan."
Ia mendekat sedikit. "Xadewa bukan orang baik bagimu. Kau sendiri yang merasakan. Dia suruh kau menceraikan istri yang dia nikahkan atas kepentingannya sendiri. Dan mirisnya wanita yang kau ceraikan itu malah diambil olehnya. Kau hanya mainannya, Fus."
Nufus menghabiskan minumnya dengan cepat, gelas demi gelas dia tenggak. Tangannya bergetar sebelum akhirnya dihentikan paksa oleh sang paman.
Xadewa sesungguhnya sengaja membiarkan pria yang dipanggil paman itu didekati Nufus. Ia ingin membongkar kebenaran tentang asal-usul Nufus. Namun ia tidak menduga pria itu justru menanam benih permusuhan di antara mereka.
Akhirnya Nufus membanting gelas. "Paman, pergilah. Aku mau istirahat!"
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi besok jadi kan mau melihat bukti yang kau kira perkataan ku adalah omong kosong?"
Nufus menoleh kepadanya. Dia diam tidak bersuara, tapi tatapan matanya menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Paman pun tersenyum tipis sebelum melangkah pergi.
...****...
Alih-alih disebut mess untuk pekerja, tempat tinggal yang disediakan Xadewa sebenarnya lebih mirip rumah pribadi yang besar. Kalau ditanya berkali-kali itu rumah dia atau bukan, Xadewa selalu ngotot bilang itu cuma mess, tempat singgah karyawan yang kebetulan tidak punya hunian.
Padahal jelas sekali terlihat bohongnya. Soalnya di rumah itu cuma ada satu penghuni, yaitu Nadia sendiri. Tidak ada orang lain disana. Tapi Nadia tidak peduli. Yang penting dia dapat tempat tinggal nyaman, jauh dari pertanyaan-pertanyaan orangtuanya dan juga dari segala kepura-puraan. Di rumah itu dia bisa bersikap apa adanya, jadi dirinya sendiri. Lagipula Xadewa sudah tahu siapa dia sebenarnya. Jadi Nadia tidak merasa perlu jaga sikap di depannya.
Tadi Xadewa sempat pamit pulang ke rumahnya. Bahkan sempat sok-sokan bilang ke Nadia supaya jangan ganggu-ganggu dia lagi. Tapi baru dua puluh menit sejak pamitan, eh laki-laki itu yang malah datang lagi ngetok-ngetok pintu rumah yang ditinggali Nadia.
Tok. tok. tok.
"Siapa?" tanya Nadia dari dalam.
"Gua."
"Gua siapa?"
"Aku," begitu jawab Xadewa. Nadia sampai terkikik mendengarnya.
"Aku?"
"Iya. Bukain pintunya."
"Sekarang?"
Tidak ada jawaban dari Xadewa. Yang terdengar justru suara kunci pintu diputar. Xadewa ternyata sudah membukanya sendiri. Dia muncul dengan sarung yang diselempangkan di bahu dan menenteng senter macam bokir yang lagi nge-ronda. Begitu masuk, dia menutup dan mengunci pintu lagi. Entah kenapa, padahal bawa kunci sendiri tapi masih minta dibukakan pintu.
Terserah dia saja.
"Bang Dewa, ada apa lagi ke sini? Tadi kan sudah pamit, bilang juga jangan ganggu-ganggu," tegur Nadia.
"Ada yang ketinggalan. Lu belum nepatin janji satu lagi. Katanya mau ajak gua lihat proyek besar lu. Gua orangnya nggak sabaran. Gua mau lihat sekarang pokoknya."
Nadia menghela nafas panjang, "Sudah saya duga. Padahal saya baru mau mulai nih, tuh laptopnya aja baru di nyalahin dan baru mau saya setting. Tahu banget projek besar mau dimulai eh abang nongol."
Xadewa melirik ke arah laptop lalu beralih menatap Nadia tanpa bicara apa-apa. Tatapannya bikin Nadia susah fokus, ngetik pun jadi lambat. Nadia mau protes tapi percuma, karena Xadewa akan secara sengaja bertindak yang bertolak belakang.
Sekarang malah lebih parah, dia menaikkan sarung sampai ke kepala, membungkus dirinya sambil duduk memeluk lutut. Tatapannya bergantian antara Nadia dan laptop. Nadia berasa diperhatikan maling.
"Ehem." Nadia sengaja berdehem untuk mengusir canggung. Tapi Xadewa sama sekali tidak ada canggung-canggungnya. Malah dia bangkit dan mengambilkan Nadia segelas air.
Habis itu, Xadewa kembali duduk anteng di dekat Nadia. Keberadaan laki-laki itu sempat bikin Nadia salah fokus lagi. Tapi kali ini Nadia berusaha mengabaikannya. Ia memilih menunduk serius menatap layar laptop sambil membelakangi Xadewa.
Anehnya, Xadewa tidak protes. Justru dia mencondongkan badan sedikit untuk melihat apa yang dikerjakan Nadia dari celah sempit di leher Nadia yang terbuka.
Dan ternyata, Nadia sedang membuka permainan DewaSlotus.
Xadewa mengerutkan kening. Dia makin penasaran. Tapi dia tidak banyak bertanya. Xadewa hanya diam memperhatikan setiap gerakan Nadia. Wanita itu tampak santai saja memasukkan deposit kecil. Lalu mulai memutar permainan.
Tapi Nadia bukan pemain amatir. Jemarinya lincah memilih slot dengan RTP tinggi. Dia atur pola betting dengan sabar, memanfaatkan fitur spin turbo dan manual untuk menghindari pola deteksi sistem. Sesekali dia menaikkan bet dengan cara tidak terduga.
Xadewa menahan napas ketika Nadia perlahan menaikkan modalnya jadi puluhan juta. Dia menahan decakan kagum waktu Nadia cold-blooded banget menahan spin saat scatter belum muncul. Nadia tidak pernah panik. Dia malah sesekali meneguk air pemberian Xadewa dengan wajah super kalem.
Kemudian Boom! scatter tiga kali. Masuk free-spin. Nadia memanfaatkan mode buy dengan perhitungan gila-gilaan. Saat layar menampilkan deretan simbol dewa, nilai kemenangan meledak.
MAXWIN.
Saldo Nadia melonjak fantastis. Angka di layar menunjukkan lebih dari satu miliar rupiah.
Xadewa sampai menelan ludah.
Dia kira Nadia bakal kalap. Tapi tidak.
Nadia berhenti. Dia langsung withdraw, menutup permainan dengan santai, lalu meregangkan punggungnya seakan baru saja habis kerja di kantor.
Sepanjang waktu itu Xadewa diam, tapi otaknya merekam semuanya.
Jago juga ni cewek.
Dalam hati dia mengakui kehebatan Nadia. Tapi sekaligus dia simpan semua trik Nadia di kepalanya. Dia berniat menggunakannya untuk meningkatkan regulasi sistem. Supaya lain kali tidak ada pemain, termasuk Nadia, yang bisa lagi menang sampai segila itu. Tidak apa-apa sekarang dia kebobolan, besok-besok dia yang akan menang banyak lagi, meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.
"Uhuuy, akhirnya bisa bayar hutang juga ke Bang Dewa. Besok minta tolong anterin saya lagi ya, Bang. Mengitari penjuru kota."
"Mau ngapain?"
"Besok abang juga tahu."
.
.
Bersambung.
apa dia ingin melindungi dewa atau hanya alibi ingin menguasai harta,??? /Doubt//Doubt//Shame/
Lu dapet kekayaan, tapi bakal nemu banyak bahaya moral.