Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.
Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.
Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.
Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."
Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.
Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.
Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Banyangan di balik kontrak
Langit mulai kelabu ketika suara bel depan berbunyi. Lisa tengah duduk di sofa ruang keluarga, mencoba membaca novel yang sejak pagi tak kunjung selesai satu bab pun. Tapi kali ini, ada firasat aneh di dadanya.
Mbak Rina masuk beberapa detik kemudian sambil membawa amplop cokelat.
“Bu Lisa, ada kiriman dari kurir. Tanpa nama,” ujarnya sambil menyerahkan amplop itu.
Lisa menerima amplop itu dengan hati-hati. Tak ada stempel, tak ada alamat pengirim. Hanya tulisan tangan kecil di sudut kanan: "Untuk Lisa."
Ia membuka perlahan. Begitu melihat isi dalamnya, darah Lisa langsung mengalir deras ke wajahnya. Tangannya gemetar.
Foto-foto.
Wajahnya. Masa lalunya.
Foto saat ia diseret keluar rumah oleh ibunya. Foto ketika ia duduk di trotoar, kotor, luka di pelipis. Foto saat ia berlari di malam hari, kabur dari ayah tiri yang hendak menyentuhnya. Bahkan ada yang diambil dari sudut jauh, saat ia berbaring di depan warung tutup, seperti gembel.
Lalu, secarik kertas.
"Jika kau tidak pergi, aibmu akan tersebar di media."
Lisa menjatuhkan amplop itu. Napasnya tersengal. Ia berdiri, memejamkan mata, berusaha menenangkan diri.
Siapa yang memfoto semua ini? Dari mana mereka dapat ini semua?
Otaknya berputar cepat. Angelina? Keyra? Atau seseorang dari masa lalunya?
Ia memandangi dirinya di cermin lemari. Bayangannya pucat. Ketakutan. Tapi dalam kepalanya, lebih banyak pertanyaan:
Haruskah aku bilang ke Javier?
Tapi... pernikahan mereka kontrak. Tak ada yang boleh tahu. Apalagi Javier yang selalu menjaga reputasi. Jika foto-foto ini muncul di media, bukan hanya Lisa yang hancur, tapi juga Javier.
Kesepakatan mereka di awal adalah jelas, Lisa menjadi istri kontrak demi menyelamatkan dirinya dari kejaran para berandalan, dan Javier menjaga harta warisan supaya tidak jatuh pada adik tirinya Adam.
Lisa mengusap wajahnya. Tapi sebelum ia bisa mengambil keputusan, suara ketukan di pintu membuatnya terlonjak.
“Lisa?”
Javier.
Dengan cepat Lisa menyembunyikan amplop dan isinya di bawah bantal sofa. Ia membuka pintu kamar dengan senyum dipaksakan.
“Hey...”
Javier berdiri di sana, masih mengenakan kemeja kerja yang belum sempat dilepas sepenuhnya. Rambutnya sedikit berantakan, wajahnya tampak lelah tapi matanya langsung menyipit melihat ekspresi Lisa.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya.
Lisa tersenyum cepat, terlalu cepat. “A- Aku... hanya lelah. Mungkin kurang tidur.”
Javier menatapnya, lama. Tatapannya dalam, seperti berusaha menembus lapisan-lapisan yang Lisa sembunyikan.
“Lisa, aku tidak bodoh.”
Lisa menghindari pandangan itu, menunduk. “Aku hanya... banyak pikiran.”
“Kau gemetar,” ujar Javier, melangkah masuk tanpa diminta. Ia mendekat, menyentuh lengan Lisa perlahan.
“Ada yang terjadi?”
Lisa menahan napas. Sekian detik ia ingin menceritakan semuanya—tentang surat, foto, dan ketakutannya. Tapi lidahnya kelu. Ada tembok besar yang bernama kontrak, berdiri kokoh di antara mereka.
“Aku hanya butuh istirahat,” ujarnya singkat.
Javier tak memaksa. Tapi jelas kekecewaan melintas di matanya. “Baik. Tapi jika kau butuh bicara... aku di sini.”
Lisa mengangguk pelan.
Javier menatapnya sekali lagi sebelum akhirnya keluar. Begitu pintu tertutup, Lisa menghempas napas keras. Ia duduk, mengusap wajahnya. Rahasia itu masih tersembunyi untuk sekarang.
Keesokan harinya
Javier berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya. Rumah jadi sepi. Lisa mencoba mengalihkan pikiran dengan menyiram tanaman, membaca, bahkan mencoba membuat kue. Tapi semuanya tak bertahan lama. Ia merasa diawasi, diburu... oleh sesuatu yang tak terlihat.
Dan rasa itu terbukti benar, saat Mbak Rina datang tergesa.
“Bu... tamu. Nona Keyra datang.”
Lisa menoleh tajam. “Keyra?”
“Iya. Dia... tidak bilang mau janjian. Langsung masuk saja.”
Lisa menghela napas dalam. Ia merapikan rambutnya sebisanya, lalu berjalan ke ruang tamu. Dan di sanalah dia—Keyra. Duduk manis di sofa, mengenakan gaun hitam elegan, lipstick merah darah dan senyum seperti belati.
“Lisa,” sapanya. “Maaf datang tanpa undangan. Tapi kupikir kita butuh bicara.”
Lisa berdiri beberapa langkah darinya. “Kalau ini tentang Javier, kau bisa langsung pergi.”
Keyra tertawa kecil. “Sangat defensif. Tapi tidak perlu seperti itu. Aku cuma penasaran. Apa rasanya jadi istri kontrak?”
Lisa membeku. Sekejap. Tapi ia segera menyamarkan ekspresinya. “Kau bicara apa?”
“Oh, ayolah, Lisa.” Keyra berdiri, berjalan mengitari Lisa seperti singa mengelilingi mangsanya. “Kau pikir aku tidak tahu? Aku mengenal Javier lebih dari siapapun. Aku tahu dia terlalu pintar untuk jatuh cinta pada perempuan biasa sepertimu.”
Lisa menegakkan bahu. “Kalau begitu, kenapa kau masih repot-repot datang ke sini?”
Keyra menyipitkan mata. “Karena aku tahu kau bukan sekadar ‘kontrak biasa’. Javier mulai berbeda. Lebih lembut. Itu berarti berbahaya. Aku harus memastikan bahwa kau tahu tempatmu.” tegas Keyra menatap tajam pada Lisa.
Lisa tetap diam. Tatapannya tenang. Tapi di dalam dadanya, degup jantung seperti genderang perang.
“Dengar baik-baik, Lisa,” suara Keyra merendah tapi penuh bisa. “Javier milikku. Dan akan selalu menjadi milikku. Tak peduli seberapa keras kau berusaha—dia akan kembali padaku. Kau hanya... jeda. Pengalih.”
Lisa tersenyum dingin. “Lalu kenapa kau begitu terobsesi, Keyra? terobsesi pada kakak mu sendiri. Ini bukan seperti wanita yang mencintai laki-laki tapi hanya sekedar obsesi semata."
Keyra terpaku sejenak.
Lisa melanjutkan. “Javier itu saudara tirimu. Dan dari caramu bicara, itu tidak terdengar seperti cinta seorang adik. Tapi obsesi. Apakah aku benar?" sinis Lisa.
Keyra mengatup rahangnya. “Jangan mulai menghakimi hubungan kami. Kau tidak tahu apa-apa.”
“Yang aku tahu, keluarga seharusnya saling menghormati. Tapi kau malah menginginkan sesuatu yang seharusnya tidak kau miliki.” ucap Lisa masih bersikap tenang. Namun tidak dengan Keyra, emosi nya sudah tidak terkendali, ia marah pada wanita yang ia anggap rendah.
Keyra menghembuskan napas keras. “Aku tidak akan berdebat soal moral dengan gadis rendahan seperti kamu. Tapi satu hal pasti aku bisa membuatmu menghilang.”
Lisa mendekat. “Kau bukan yang pertama mengancamku, Keyra. Dan mungkin bukan yang terakhir. Tapi jika kau pikir aku akan lari karena gertakan, kau salah besar.”
Keyra memicingkan mata. “Kau lebih keras kepala dari yang kuduga.”
“Karena aku pernah lebih hancur dari ini. Jadi kalau kau pikir ancaman akan menakutiku, silakan coba lagi.”
Beberapa detik, hanya keheningan yang menggantung di antara mereka. Lalu Keyra tersenyum tipis.
“Lihat saja, Lisa. Dunia ini kecil. Dan masa lalu selalu punya cara kembali.”
Lisa menatapnya lurus. “Kalau begitu, semoga kau siap saat masa lalu Javier datang menuntut balas.”
Keyra menegang, tapi cepat-cepat menyembunyikannya. Ia berbalik, mengambil tasnya, lalu melangkah pergi dengan kepala tegak.
Begitu pintu tertutup, Lisa jatuh duduk.
Tangannya gemetar.
Tapi hatinya teguh.
Ia tahu, perang sudah dimulai. Dan sekarang, bukan hanya tentang menyelamatkan reputasinya. Tapi tentang bertahan hidup... di tengah keluarga yang penuh rahasia dan ambisi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...