Sekuel Need A Bride
🍂🍂
.
Menikah dengan kakak angkatnya sendiri, tentu tidak pernah ada dalam bayangan seorang Quuenara Angelistya, biasa dipanggil dengan sapaan Ara. Gadis yang masih duduk di bangku sekolah tersebut terpaksa menerima takdirnya yang tiba-tiba saja sudah menikah dengan kakak angkatnya sendiri.
Sementara itu, pria yang tiba-tiba saja dipaksa menikahi adik angkatnya sendiri, jelas memberontak. Akan tetapi orang tuanya memegang rahasia besar Ryu, yang jelas tidak ingin terbongkar. Sehingga Ryuga Antonio Rayyansyah, putra tunggal dari pebisnis terkemuka tersebut tidak bisa berkutik selain menerima pernikahan tersebut.
Akankah rumah tangga mereka berjalan lancar? Sementara Ara sendiri tidak tahu suaminya siapa dan seperti apa. Di tambah lagi Ryu dan Ara tidak pernah bertemu selama sepuluh tahun terakhir. Sebab, Ryu memilih tinggal bersama tantenya yang ada di Kanada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMKA. Semakin Penasaran
Bab. 15
"Masih sekolah, enggak pernah pacaran sama sekali, belum balas kebaikan Mama Papa, eh ... tiba-tiba aja main dinikahkan? Nah, jengkel nggak tuh?" ujar Ara bukan sedang meminta pendapat. Melainkan gadis itu tengah meluapkan kekesalan yang beberapa minggu ini dia pendam.
"Iya juga, sih," sahut Tami yang dari awal memang merasa kasihan pada sepupunya ini.
"Nah, kan! Kak Tami aja ngerasa kayak gitu. Apa lagi aku? Belum lagi ya, Kak. Aku nggak tau nikahnya sama siapa. Bahkan namanya saja Mama nggak mau kasih tau lengkap. Cuma katanya sih namanya Toni, gitu loh. Kan bisa Kak Tami bayangin tuh, namanya aja begitu. Pasti dia udah udah tua. Bujang lapuk lah ya kalau kata tante Sila. Kan ya nggak banget Kak, kalau aku nikahnya sama pria tua. Kakak tau sendiri, aku cantik," ucap Ara sembari memperlihatkan wajahnya. "Aku juga seksi aduhai, kan? Liat," lanjut Ara seraya meliukkan tubuhnya lagi.
Bahkan sampai membusungkan dadanya ke depan. Semakin terlihat ... ah, pokoknya membuat dua pria yang duduk di depan berusaha keras mengusir pikiran kotor mereka. Sampai-sampai Ryu menggeplak kepala Hiro dari samping, di saat Ryu melihat Hiro menggigit bibirnya sendiri sembari menggeleng samar.
"Bersihkan otak, lo!" ingat Ryu menatap penuh peringatan.
Hiro meringis. "Kalem Bro ... kalem ..." sahutnya lalu mendekat ke arah Ryu. "Masih sekolah, jangan ngulang sejarah lama para orang tua kita." ingat Hiro kemudian. Pria itu tertawa di saat menangkap wajah Ryu yang terlihat sedang menahan kesal saat ini.
Sementara Ara menghentikan sejenak ceritanya, melihat kelakuan dua pria asing di depan mereka. Lalu menghiraukan mereka dan kembali melanjutkan ceritanya ke Tami.
"Nggak banget kan, Kak? Makanya, nanti kalau udah ketemu, aku mau minta cerai aja sama dia. Lagian aku masih ada sesuatu yang pingin banget aku lakuin," Lanjut Ara.
Ekspresi gadis itu berubah dalam sekejap mata di saat mengatakan hal tersebut. Membuat Tami langsung memeluknya. Karena Tami tahu betul apa yang ingin Ara lakukan.
"Ntar gue yang bantu," ujar Tami begitu mantap. Membuat Ara tersenyum ke arah Tami.
Ucapan Tami sungguh membuat Ryu menahan kesal. Bisa-bisanya wanita itu malah akan membatu Ara untuk menggugat dirinya. Lagi pula, kenapa juga gadis ingusan itu malah memiliki rencana yang seperti itu. Benar-benar di luar dugaan Ryu. Padahal dalam pernikahan ini, dirinyalah yang dirugikan. Menikah dengan gadis ingusan, di tambah lagi sikapnya yang sangat absurd. Bukan tipe Ryu sama sekali. Karena Ryu lebih suka dengan tipe wanita yang anggun. Seperti tante Zuma.
"Udah udah, jangan bahas yang kayak begituan. Ini kita jadinya mau kemana?" potong Hiro.
Tidak tahan lagi mendengar rencana Ara yang jelas-jelas tidak akan berjalan dengan lancar. Sebab, pria dari keluarga Rayyansyah tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah menjadi milik mereka. Dan belum pernah dirinya mendengar cerita kalau di keluarga besar mereka ada yang pernah melakukan perceraian.
Sementara itu Ryu menahan rasa geram entah karena apa. Menyesal atau jengkel karena rencana Ara barusan. Ryu tidak bisa memastikan.
"Ke cafenya Om Ji aja, Kak. Udah lama aku nggak kesana," jawab Tami.
"Beneran, Ra?" tanya Hiro pada Ara. Memastikan kepada gadis itu terlebih dulu.
Ara cemberut. "Bisa nggak ke tempat lain aja. Males aku kalau di sana," pinta Ara tidak mood sama sekali. "Kalau nggak bisa ya, mending aku pulang aja, Kak. Selesaiin pekerjaanku di rumah." lanjut Ara.
"Emangnya dia masih ngejar lo?" Hiro ingat, jika ada salah satu pelangaan cafe Biru yang sangat terobsesi pada Ara.
Tentu saja pertanyaan Hiro menarik perhatian pria di sebelahnya. Menajamkan pendengaran demi bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Ara.
"Tanya aja sama Kak Tami, dia kayak apa kalau aku pas kesana. Padahal juga pernah sama Mama juga. Tapi masih nekad banget," sahut Ara. "Gara-gara juga kan, Ara jadi nggak boleh nongkrong sendirian dan kemana mana musti dikawal sama Mama. Kalau nggak gitu ya Kak Hiro."
"Tenang, ada gue. Biar gue hajar ntar kalau dia berani nyentuh lo. Soalnya gue juga ada kerjaan di sana sebentar. Om Ji kan nitipin cafe itu ke Mimi, sedangkan Mimi malah asik pacaran mulu sama Daddy. Lo tau sendiri kelakuan mereka." keluh Hiro, di mana pekerjaannya bertambah banyak saja karena ulah para orang paruh baya itu.
"Kenapa? Mereka mau bikinin Kak Twins adik, ya?" tebak Ara asal jeplak saja.
"Pingin banget gue jitak, tapi ada pawangnya," gumam Hiro yang hanya bisa mengepalkan tangannya.
"Hah? Pawang? Siapa, Kak?" cecar Ara yang ternyata mendengar gunakan Hiro.
"Lo sendiri mau kemana, Bro?" tanya Hiro pada Ryu, mengalihkan perhatian Ara agar tidak bertanya lebih lanjut.
Sebab Hiro tidak tahu harus mencari alasan selogis apa, agar ia tidak mengatakan hal sebenarnya dan malah mendapat masalah dari kakak sepupunya yang malah terlihat tenang sedari tadi.
Padahal tidak tahu saja Hiro, jika Ryu menahan rasa geramnya dari awal mereka bertemu dan memperbanyak stok sabar untuk ke depan mulai sekarang.