Bagaimana rasanya jika kamu tiba-tiba terbangun dengan wajah dan tubuh yang asing, juga keadaan yang sudah sepenuhnya berubah? Eliora, seorang ketua gengster berbahaya di California, tiba-tiba terjebak di dalam tubuh seorang wanita lemah bernama Tiara yang sudah memiliki suami dan juga anak.
Dia merasa kasihan ketika mengetahui bahwa selama ini Tiara diperlakukan semena-mena oleh suami dan mertuanya, hingga membuat Elora bertekad untuk mendapatkan keadilan bagi Tiara dan anakknya.
Perjalanannya semakin berwarna saat dirinya dipertemukan kembali dengan Charly, agen rahasia yang beberapa kali menjadikannya target operasi.
Mampukah Eliora membantu Tiara dan anaknya untuk mendapatkan keadilan? Bagaimanakah dengan masa lalu yang dia tinggalkan, apakah dia masih hidup atau sudah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon warnyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.15 Binar yang hilang
Dery sampai di rumah setelah waktu menunjukkan hampir pukul empat pagi, berjalan pelan sambil sesekali berpegangan dengan barang di dekatnya agar tubuhnya tidak ambruk.
Melangkah menaiki anak tangga, hingga akhirnya mencapai lantai dua lalu membuka pintu kamar. Dia tersenyum mendapati wanita yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang.
Wanita itu tampak menurunkan ponsel di tangannya kemudian menoleh pada sang suami sambil tersenyum tipis.
"Bagaimana, apakah kamu bersenang-senang, Mas?" tanya Niken lembut.
"Tentu saja aku senang, sayang. Wanita pilihanmu memang selalu bisa membuatku puas," jawab Dery sambil melanjutkan langkahnya menghampiri istri kue duanya.
Dia kemudian duduk dengan tangan terbuka seakan hendak memberi pelukan pada Niken, tetapi wanita itu lebih dulu mengangkat kedua tangannya di samping telinga.
"Ups, bersihkan tubuhmu dulu, aku tidak mau menyentuh bekas wanita lain di tubuhmu. Dan lagi, eumh, bau alkohol." ujar Niken sambil mengibaskan salah satu tangannya di depan hidung, berlagak seperti sedang menahan bau tidak sedap.
Dery terkekeh ringan sambil menjauhkan tubuhnya dan beranjak berdiri kembali.
"Iya-iya, aku akan tidur di kamar samping," jawabnya sambil melangkah mundur kemudian berbalik dan ke luar dari kamar utama begitu saja.
Niken tersenyum miring melihat pintu mulai tertutup kemudian rapat begitu saja. Dia kemudian merebahkan diri dan menutup mata tanpa sang suami di sampingnya.
.
Pagi hari datang bersama rintik gerimis kecil yang turun bagaikan embun. Membasahi daun kecil di taman, tetapi tidak sampai terjatuh dari atap rumah. Kabut halus pun terlihat, bersama hawa dingin yang masih terasa.
Di dalam kamarnya, Liora tampak bersiap dengan celana training berwarna abu muda dan hoodie berwarna putih tulang menjadi pilihan pakaian yang dia pakai saat ini. Rambut dikuncir kuda dia tutup dengan kupluk hoodie yang sengaja dia naikan hingga menutupi kepala hingga bagian sisi wajahnya.
Sepatu lari berwarna putih dengan akses abu-abu muda di bagian luar terlihat mempercantik tampilan Liora pada pagi hari ini. Wajahnya dibiarkan polos, dengan sedikit lip serum agar bibirnya tidak kering. Liora melihat kembali tampilannya di cermin yang terpasang pada pintu lemari kamarnya, memastikan tidak ada yang kurang untuknya memulai pagi.
"Sempurna," ujarnya dengan senyum puas, kemudian berjalan ke luar dari kamar.
Langkahnya terhenti ketika dia melihat Dery tengah berdiri di depan kamarnya dengan tangan di masukan ke kantong celana, bau alkohol terasa masih menyengat hidung, walau itu hanya terasa ketika laki-laki itu menghembuskan napas.
"Ish!" Liora mendesah kesal sambil membuang muka. Ternyata Dery juga seorang pemabuk hebat, hingga bekasnya bisa masih tercium sampai pagi.
Dery tersenyum sambil menghembuskan napas kasar hingga terdengar suara dengusan yang begitu jelas. Laki-laki itu tampak memperhatikan Liora dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Pemulihanmu ternyata cukup cepat, kamu tampak bugar sekarang," ujarnya dengan seringai menjijikan di wajahnya yang sayangnya terlihat sedikit tampan.
"Ya ... aku rasa juga begitu," jawab Liora sambil membuka tangannya seolah sedang memperlihatkan tubuhnya yang sudah sehat kembali.
Dia kemudian mulai melangkahkan kakinya kembali, tetapi Dery lebih dulu menghentikan langkahnya.
"Mau ke mana kamu dengan pakaian seperti itu?" tanya Dery sambil menggenggam pergelangan tangan Liora.
Liora menatap tangannya yang digenggam Dery, perlahan dia mengalihkan pandangannya pada wajah Dery. Sejenak keduanya tampak saling beradu pandang.
"Apa, Mas tidak lihat? Aku ingin berolahraga," jawabnya sambil memperlihatkan baju yang sekarang dia pakai.
Liora kemudian melihat ke arah luar dari jendela yang terletak tidak jauh darinya. Dia kemudian menghembuskan napas sambil tersenyum, wajahnya sedikit mendongak dengan mata berbinar.
"Cuacanya bagus untuk berolahraga, kan? Sejuk, hingga mataharinya tidak akan membuat kulitku kusam," sambungnya lagi.
Sesaat Dery terdiam melihat mata berbinar Tiara yang sudah lama dia lupakan. Entah kapan binar bahagia itu menghilang dari mata indah milik istri pertamanya.
Ingatannya tiba-tiba terbawa pada masa kecil mereka, di mana kedua orang tua Tiara masih hidup. Mereka kerap kali bermain bersama. Tiara adalah anak periang walau sedikit cengeng.
Namun, di saat mereka bermain binar di matanya tidak pernah redup, itu juga yang membuat Tiara semakin terlihat cantik.
Liora kemudian memosisikan tubuhnya untuk menghadap Dery penuh, perlahan dia lepaskan genggaman tangan suaminya sambil tersenyum.
"Aku pergi dulu, Mas," ujarnya sambil melambaikan tangan dan berlari menjauh dari Dery yang masih terpaku.
Dery mengerjapkan matanya beberapa kali saat suara Liora mengembalikan kesadarannya. Dia kemudian menatap punggung Liora yang sudah hampir menghilang seiring semakin menjauhnya wanita itu.
Laki-laki itu berdecak lirih sambil menggeleng kepalanya samar, kemudian memilih berjalan pergi dari tempat itu dan mengabaikan pertemuannya dengan Liora pagi itu.
Masa bodoh dengan apa yang akan dilakukan oleh istri pertamanya itu, hari ini suasana hatinya sedang baik berkat keberhasilannya tadi malam, jadi dia tidak mau mencari gara-gara pada Tiara.
Berbeda dengan Dery, Niken yang melihat suaminya berbicara dengan Liora dari lantai dua merasa panas hati, dia tidak rela jika sampai perhatian Dery teralihkan pada istri pertamanya. Apa lagi ketika dia melihat tubuh Liora yang sudah mulai bugar kembali dan tampak lebih cantik dari sebelumnya.
Tampaknya Tiara yang sekarang lebih mementingkan kecantikan di bandingkan dengan dulu. Niken sering melihat wanita itu berlari pagi di sekitar komplek dan memakai perawatan wajah.
Niken mengepalkan tangannya erat dengan mata yang mulai memerah, pandangannya tidak lepas dari Liora dan sang suami, hingga akhirnya mereka berpisah. Dia pun memilih kembali ke kamar dengan hati yang terbakar oleh rasa cemburu dan benci.
.
Sementara itu, Liora sudah mulai ke luar dari rumah. Dia menatap gerbang di seberang jalan beberapa saat sebelum kemudian mulai berlari kecil, sambil menghitung dalam hati.
Satu .... Liora memulai hitungannya di dalam hati.
Dua .... Mata Liora tampak sedikit memicing dengan perkiraan waktu yang ada di dalam kepala.
Tiga ....
Tepat pada hitungan ke tiga suara pintu gerbang terbuka, hingga membuat senyum wanita itu terbit. Tanpa menoleh Liora sudah tahu pasti kalau itu adalah Charly. Laki-laki itu selalu ke luar dari rumah pada waktu yang sama, hingga Liora sudah hafal betul kebiasaan setiap pagi Charly.
Selalu tepat waktu, gumam Liora dalam hati.
Benar saja, sesaat kemudian dia bisa melihat Charly melewatinya. Liora sempat memjamkan mata ketika aroma tubuh laki-laki itu melintas di indra penciumannya.
Ah, aku merasa seperti pengagum rahasia saja, batin Liora menikmati wangi hutan pinus yang bercampur dengan lembutnya vanili.
Namun, kebahagiaannya langsung sirna ketika seseorang tiba-tiba menabrak tubuhnya dari belakang, hingga wanita itu jatuh terjerembap di atas kerasnya aspal.
"Haish! Dasar sial!" umpat Liora sambil memukul aspal di sampingnya.
dan setelah itu menghancurkan Roxy dan antek-anteknya..