Kedatangan sekretaris baru yang bernama Erina membuat Darren, pemimpin di sebuah perusahaan Adipati Gemilang jatuh hati dan tergoda pada sekretaris nya sendiri karena kemolekan tubuhnya.
Apa yang akan terjadi di antara keduanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
Darren menghela napas berat. Rupanya Erina benar-benar tidak ingin bertemu dengannya. Tidak apa-apa, mungkin dia butuh ruang untuk sendiri.
Ia janji akan datang lagi menemui wanita itu setelah dia siap. Jujur, ia tidak ingin Erina keluar dari perusahaan nya. Tidak mudah menemukan seorang pengganti sekretaris. Apalagi kinerja Erina cukup bagus. Ia harus bisa membujuk wanita itu agar mau kembali bekerja apapun caranya.
Sementara dari dalam kost an, Erina terus memandang ke arah jendela luar. Sudah tidak ada lagi suara di sana. Mungkin pria itu sudah pergi lantaran ia tak kunjung membukakan pintu.
Erina bangun dari duduknya dan berjalan ke arah jendela tersebut. Membuka gorden berwarna kuning yang terpasang dan mengintip ke luar depan pintu. Ternyata pria itu sudah tidak ada di sana. Ia menghela napas lega. Akhirnya pria itu pergi juga.
"Erina ..." panggil seseorang tiba-tiba wajahnya muncul di balik kaca jendela tersebut.
"Huaaa ..." Erina terkejut dan langsung menutup gorden nya begitu saja.
Jantungnya nyaris copot. Ternyata pria itu masih ada di sana. Ia kira dia sudah pergi.
"Erina, tolong buka pintunya, Erina .. Aku ingin bicara sebentar denganmu. Aku mohon, Erina."
Darren tidak lagi mengetuk pintu, dia mengetuk kaca jendela yang membuat Erina mundur selangkah sedikit takut.
"Erina aku tahu kau ada di balik jendela ini. Tolong buka pintunya sebentar, Erina. Aku ingin bicara serius denganmu. Aku tidak ingin kau keluar begitu saja dari kantor. Aku ingin kau tetap menjadi sekretaris ku. Erina, ayolah. Buka pintunya, Erina ..."
Sekujur tubuh Erina menegang. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Apa ia harus membukakan pintunya dan memberi pria itu kesempatan untuk bicara dengannya? Tidak, ia tidak akan melakukan hal itu. Biarkan saja dia di luar sana.
"Baiklah, Erina. Jika kau tidak mau memberiku kesempatan untuk bicara dan kau tetap bersikeras untuk keluar dari perusahaan, maka aku akan menuntut dendaan sebesar seratus juta karena kau bermain-main dengan pekerjaan mu yang sudah tertulis di perjanjian kontrak dua tahun kerja," ancam Darren.
Erina membulatkan kedua matanya sempurna mendengar ancaman tersebut.
"Denda seratus juta? Kontrak kerja dua tahun?" gumamnya terkejut.
"Sejak kapan ada perjanjian tertulis berisi kontrak kerja? Perasaan tuan Adipati tidak pernah memberiku surat perjanjian itu dan aku tidak pernah menandatangani nya," ucap Erina lagi.
Tidak terdengar sahutan dari dalam, mungkin Erina tidak percaya begitu saja dengan ancamannya. Ia harus bisa menyakinkan Erina jika ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Jika kau tidak percaya, aku akan kirimkan surat perjanjian kontrak kerjamu nanti. Di sana jelas tertulis jika kau melanggar maka kau harus membayar denda sebesar seratus juta rupiah."
Erina masih diam, ia tidak merasa menanda tangani surat perjanjian apapun.
"Baiklah, Erina. Aku akan mengirimkan surat perjanjian kontrak kerjamu nanti. Kalau begitu aku permisi."
Sekarang Darren benar-benar pergi. Ia berharap Erina memikirkan ancamannya barusan. Sebenarnya surat perjanjian kontrak kerja itu tidak pernah ada, hanya saja ia berusaha melakukan cara agar Erina mau kembali menjadi sekretaris nya.
Terdengar suara mobil yang berlalu, Erina memastikan pria itu benar-benar pergi dari balik jendela. Ia kembali menghela napas lega lantaran Darren beneran pergi.
Setelah itu Erina kembali ke tempat tidurnya. Ia jadi kepikiran tentang ancaman pria itu barusan.
"Apa benar aku menandatangani surat perjanjian kontrak kerja selama dua tahun di perusahaan Adipati Gemilang?"
Erina mencoba mengingat-ingat. Ia memang menandatangani surat begitu akan kerja di perusahaan tersebut, hanya saja itu surat ia di terima kerja. Bukan surat perjanjian apapun.
"Apa aku harus bertemu dengan tuan Adipati untuk menanyakan kejelasannya langsung padanya?"
Erina rasa ia perlu bertemu dengan Adipati. Ia akan pergi nanti setelah selesai makan. Dan ia baru sadar jika makanannya sudah dingin.
_Bersambung_