Kania indira putri dipaksa menikah dengan anak Majikan yang sedang patah hati.
Padahal ia tahu sejak Awal bertemu Aran sangat membenci dirinya.
Dia kerap menjadi ajang pelampiasan kekasalan Aran.
Tapi apa hendak di kata karena hutang dan balas Budi Kania harus menerima takdir menjadi istri Seorang Aran Maheswara yang dingin dan angkuhnya tidak ketulungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lara hati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima belas. Dia pergi sesuka hati
Acara pernikahan itu selesai di sore harinya. Kedua pengantin itu merasa sangat lelah dan penat harus melayani para tamu seharian.
meski sudah sah menjadi pasangan Suami istri, Kania masih merasa canggung kepada Aran.
Sepanjang hari saling mengacuhkan.
meski berdiri dan duduk berdampingan karena harus menerima ucapan selamat dari pada Tamu.
Kania dan Aran tak berniat untuk berdamai.
Masih mengenakan gaun pengantin, Kania memilih istirahat di kamar pelayan sambil bercengkrama dengan Ana dan Eli.
Ibu dan para tetangga langsung berpamitan ketika acara selesai.
Karena sungkan pada Keluarga Sanjaya.
Padahal mereka meminta Ibu Sumi agar tetap tinggal sekalian menginap.
Karena ibu kukuh menolak akhirnya Kania menitipkan Ibu pada Bu Ros dan mba Ratna agar mau memperhatikan ibu selama ia tidak pulang.
Meski statusnya sudah berubah menjadi menantu kelurga Wicaksono. Sikap Kania tetap sama.. Sadar, Jika Pernikahan tak seperti yang orang- orang pikirkan... Dia juga merasa enggan untuk berbaur dengan keluarga suaminya. Apalagi harus berada di satu ruang yang sama dengan Aran.
Pintu kamar terbuka, seorang wanita cantik berdiri di sana.
Kania dan kedua sahabatnya kaget, mereka langsung berdiri tegak dengan salah tingkah menyambut sang Nyonya besar.
" Kania!" Panggilnya pelan.
Kania mendongak tapi kembali menunduk karena tak mampu melawan tatapan tajam mertuanya.
"Mama mencarinu kemana- mana, ternyata kamu malah ada di sini" ujar Kinasih.
" Kau sudah menikah, Kamarmu ada dilantai Dua bersama Aran, bukan di sini" tegasnya.
Kania tersenyum kecut seraya mengigit bibirnya pelan.
" Ba- baik, Nyo, Eh Mama"
Kania tampak salah tingkah.
Kinasih menarik pelan tangan Kania.
"Pergilah ke kamar Aran..."
" Ba- baik, Ma" Cicit Kania mengekor patuh.
" Tapi..Ma.." Kania berbalik ragu menghadap Kinasih kembali.
Memegang tangan Kinasih penuh harap.
" Kania takut, boleh tidak Kania tidur di kamar Ana dan Eli? untuk malam ini saja?" Usul Kania penuh harap.
" Tidak!" Sahut Kinasih tegas bahkan tanpa berpikir..
" Seorang istri harus tidur bersama suaminya"
" Tapi Aran, benci Kania"
lirih Kania
"Dia tidak akan menyakiti kamu...."
Kinasih mengusap punggung Kania menuntunnya ke arah tangga memaksa Kania naik.
Dengan langkah lunglai Kania menyusuri undakan tangga sesekali matanya menoleh pada Kinasih berharap wanita itu berubah pikiran karena kasihan padanya.
Percuma Kinasih malah mengisyaratkan Kania untuk terus naik menuju lantai dua.
Sudah beberapa menit berlalu dan dia berdiri tegak di depan kamar Aran tanpa tahu apa yang harus ia lakukan.
Kania benar- benar takut untuk masuk ke sana.
" Apa yang kau lakukan? kenapa tidak masuk" Kania terkejut tiba- tiba Kinasih sudah ada di sana. Melihat kesal padanya.
"Ternyata dugaanku benar, Kania tak berani untuk masuk ke kamar Aran."
Batin Kinasih
" Ayo masuk!"
Kinasih langsung membuka pintu kamar milik Aran tanpa Ijin.
Ternyata pria itu cukup ceroboh untuk tidak mengunci pintu kamarnya atau dia memang sedang menungggu Kania datang...?
Tanpa kompromi, Kinasih mendorong Kania kedalam kamar dan langsung menutup pintunya rapat- rapat.
Kania pasrah.
Dengan hati yang bergejolak Kania menyusuri kamar Aran lewarlt tatapan matanya. Hidungnya mencium
Aroma Parfume khas yang sering dipakai Aran memenuhi kamar itu.
Di atas ranjang satu stelan jas tergeletak begitu saja secara sembarangan.
Aran mengenakannya siang tadi di acara pernikahan mereka.
Kamar itu kosong, tak ada tanda- tanda keberadaan pemiliknya.
Kania berjalan menuju ranjang dan duduk ragu di sana.
Membelai ranjang empuk penuh hasrat untuk tidur.
Ranjang itu membuat Kania ingin sekali tidur.
Apalagi dia sudah sangat lelah, seharian Berdiri memberi salam pada para tamu yang menghadiri pernikahannya dengan Aran.
Meski katanya hanya pesta sederhana, acaranya
Tapi tamu yang datang mencapai ratusan Bagaimana jika acaranya di selenggarakan secara besar-besaran mau berapa tamu yang undang. Bisa satu kecamatan satu kabupaten?
Bisa melepuh Kaki Kania.
"Apa yang kau lakukan di kamarku!"
Kania terkejut langsung sadar dari lamunannya.
Cepat- cepat ia berdiri menjauhi ranjang dengan wajah gugup dan Pucat.
Suara bass bernada membentak itu sangat mengagetkan Kania
Aran, berdiri tegak dengan tangan bersedekap di dada di depan pintu kamar mandi, telanjang dada, sedikit lembab dengan handuk melilit di bawah pusar.
tatapan Kania menjelajah tanpa sadar, perutnya yang rata, dada bidang serta bagian pinggang yang ramping, mengecil dan indah...
Kania seperti melihat patung pahatan dewa Yunani dengan bentuk tubuh yang sangat indah.
Selembar handuk kecil menggantung di bahunya sisa menyeka rambutnya yang masih lembab.
Rupanya Aran baru selesai mandi.
Kania tersadar dan berteriak pelan karena kaget melihat laki- laki setengah telanjang di hadapan.
Buru- buru menutup mata rapat- rapat memakai kedua telapak tangannya.
Cih!.
Aran berdecih malas.
Tak perduli dengan Respon Kania
Aran menghampirinya, mengcengkram pundak gadis malamng itu geram .
Aroma Cologne dan sabun menyergap Kania. Wajah tampannya yang segar serta wangi sabun yang keluar dari tubuh pria itu tidak bisa mengurangi rasa takut Kania terhadapnya.
" Siapa yang menyuruhmu menyentuh ranjangku!?" Bentaknya.
" Tadi, Nyonya. Eh! maksudnya Mama memaksaku masuk... Kania menjelaskan dengan cicitan canggung tanpa berani menatap mata suaminya yang sedang mengeluarkan bara Api.
Pria itu berdiri begitu dekat dengan Kania. Hingga dadanya yang bidang tepat berada di depan muka Kania. Nafas hangat Kania menyadarkan Aran akan posisi mereka yang demikian intim
Aran menghela nafas kasar, mendorong Kania menjauh.
"Ah sial!." Dia mengurai rambutnya langsung menuju ruang Ganti pakaian...
atal.bituh waktu lama, Aran keluar dari ruang walk on closet, sudah memakai pakaian rapi, kaos casual, jaket dan celana jeans.
Kania masih berdiri mematung tanpa berani bergerak bebas di kamar itu.
Takut Jika Aran Kembali membentak dan berbuat kasar padanya
Rasa situasi sangat canggung bagi Kania.
Dia yang biasa hanya masuk untuk bersih- bersih, kini menjadi salah satu dari penghuni kamar tersebut.
" Kau tidak ingin mandi? Tubuhmu bau keringat" Cerca Aran tiba- tiba tanpa menoleh karena sibuk mengoleskan pome di rambutnya.
Kania tercekat wajahnya langsung merah padam karena malu sementara hidungnya mengendus aroma tubuhnya sendiri.
Tapi tak ada bau apa pun yang menguar dari tubuhnya.
Masa iya aku bau keringat.
begitu pikir kania.
Tapi ia sungkan mandi, sementara Ada Aran di kamar ini bersamanya
Kania hanya berdiri diam- diam memperhatikan Aran.
Pria itu sudah siap menata rambutnya, kemudian berbalik menghadap Kania dengan wajah tidak ramah.
Kania tetegum sesaat jatuh dalam pesona yang di miliki Aran.
Pria itu terlihat sempurna dan tampan.
Tapi, kok sudah rapi? memangnya mau kemana?
" Aku mau pergi ke klub. Mungkin tidak pulang sampai pagi. Bila kau ingin tidur, Maka lakukan di sofa itu, di lantai atau dimana pun yang kau mau, terserah padamu. Asalkan jangan pernah sentuh ranjangku. kau, paham!?" tegas Aran.
Sembari mangambil kunci mobilnya dari dalam laci. Tanpa bicara atau menoleh lagi keluar dari kamarnya.
Kania menatap daun pintu yang menutup dengan sendu.
Hatinya sakit tapi tidak berdarah
Meski tidak mencintai Aran, tapi bila di perlakukan seburuk itu oleh suami, tetap saja hatinya menolak menerima.
Kania mengambil sisi baiknya, setidaknya dia akan melewatkan malam pengantin itu dengan Aman.
" Baiklah,setidaknya aku bisa tidur dengan bebas malam ini" Kania akhirnya bisa tersenyum getir
.
Tapi saat berbaring dia kembali berpikir.
Mereka di paksa menikah agar Aran mau berhenti main main dan tidak lagi pergi ke klub malam. Lantas jika Aran masih berniat pergi ketempat itu. apa gunanya Pernikahan paksa tersebut?.
Kania melihat tumpukan kado yang menggunung di sudut kamar.
Tumpukan kado itu menunggu pemiliknya untuk membukanya.
Kania tersenyum.
Dia melangkah mendekat mencari kado yang membuatnya penasaran, kado dari Ana dan Eli.
Setelah menemukan apa yang di carinya, Kania tersenyum- senyum sendiri
Pertama ia membuka Kado dari Ana.
Satu gelang emas indah tiga gram menyembul dari dalamnya.
Mata Kania berbinar menatapnya.
" Terima kasih, Ana. Ini indah sekali" Bisik Kania terharu.
Kali ini giliran kado dari Eli.
Kania merasa sesuatu yang aneh pasti akan di terimanya hanya saja dia masih penasaran
Gadis usil itu menghadiahkan apa untuk pernikahanya.
Tak sabaran Kania membuka pembungkusnya
Mata Kania terbelalak, susah payah dia menelan salivanya.
Kania membentangkan pakaian aneh itu, memutar- mutar nya bingung
Mencari mana bagian depan atau belakang semua sama saja. Dan... warna nya merah mencolok, minim, seksi, dan menerawang.
"Astaga! baju apa ini? " Kania melihat nya dengan mata terbelalak bingung.
Kania meremas Lingerie itu dengan gemas melemparkan secara asal di lantai.
"Apa Eli ingin aku memakainya untuk menggoda Aran.
Dasar gadis usil..Eli, tunggu saja aku akan menghajarnya besok" geram Kania
Sementara Ana dan Eli sedang tertawa terbahak- bahak membayangkan muka Kania saat membuka kado kejutan dari Eli...
Lanjut thor
Lanjut thor
Semangat thor