NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romantis / Time Travel / Enemy to Lovers / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: zwilight

Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.

"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"

Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.

Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?

ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 14 | Satu Hari Penuh

Rollercoaster melesat jauh melintasi jalur yang tinggi dengan kecepatan penuh. Nathael duduk ditengah, diapit oleh kedua orang tuanya. Saat rollercoaster itu menuruni jalur dengan kecepatan penuh, para penumpang berteriak histeris, ada yang penuh keseruan, ada juga yang dihantui ketakutan.

Sama dengan Elliot. Sejak naik wahana itu, ia hanya bisa memejamkan mata tanpa berani untuk melihat sekelilingnya. Perutnya terasa mual setiap kali wahana itu melaju dengan kecepatan penuh—sungguh Elliot merasa tersiksa.

Ya tuhan, kapan ini berakhir...

Tepat setelah semua penderitaan itu berakhir, mereka turun perlahan dengan langkah tertib. Anala dan Nathael terlihat baik-baik saja dengan senyuman khas menikmati permainan. Namun tidak dengan Elliot. Pria itu terlihat lemas dengan langkah yang mendadak sempoyongan.

"El, hati-hati jalannya!" Anala langsung mengalungkan tangannya di lengan Elliot, sementara sebelah tangannya menggenggam Nathael dengan erat.

"A–aman kok, aku baik-baik aja." ia tetap menjawab sok kuat, padahal matanya udah berubah sayu.

Meskipun dia bilang aman, tapi tidak akan ada orang yang percaya. Anala menghela nafas lalu membawa suaminya itu untuk duduk disalah satu bangku yang tak jauh dari tempat mereka berada.

"Kamu nggak baik-baik aja, sini duduk dulu." suara Anala terkesan tegas, ia memperlakukan Elliot layaknya seorang anak yang harus patuh pada ucapan ibunya.

Mereka duduk disatu bangku, Anala sibuk menyeka keringat yang turun menghujan disekitar kening Elliot. Sementara Nathael memperhatikan mereka dengan tatapan penuh keheranan.

"Papa kenapa? Papa sakit?" tanyanya begitu rasa penasaran tidak lagi dapat ditahan.

Elliot menggeleng lemah, senyumnya dipaksa keluar meski samar. "Nggak apa-apa sayang, Papa cuma pusing aja abis naik wahana tadi."

"Tuh kan anak kamu jadi khawatir." Anala memberikan sebotol air mineral ukuran kecil ditangannya, lalu memeriksa tasnya dan mengeluarkan sebuah permen jahe. "Ini minum, abis itu makan permen ini."

Elliot berkerut tak suka, sementara tangannya tetap meraih minuman yang diberikan Anala. Namun menolak pemberian permennya. "Kamu pikir aku anak kecil?"

Anala berdecak pelan. "Ya buktinya kamu masih sama kayak dulu." tangannya perlahan mengoyak bungkus permen jahe itu dan menatap Elliot penuh keseriusan. "Aak sini, buka mulutnya"

"Aku nggak mau, Anala!" bantah Elliot dengan nada lemah.

Namun Anala tidak akan menyerah dia terus memaksa sampai akhirnya permen jahe itu masuk kedalam mulut Elliot. "Nah pinter. Makanya udah dibilangin nggak usah ikutan naik, malah bandel."

Elliot menelan ludah, ekspresi Anala menakutkan seperti ekspresi maminya ketika marah. "Aku nggak mungkin biarin kamu sama Nael naik gituan berdua doang."

"Aku tau kamu ayah yang bertanggungjawab, tapi kamu nggak harus memaksakan diri kayak gini. Lagian kan ada aku yang bisa jagain Nael." suara Anala pelan dan mengalun dengan lembut. Tangannya menutup kembali botol air yang sebelumnya diteguk oleh Elliot.

Elliot hanya menunduk, lagi-lagi ia merasa kekurangannya selama ini yang membuat Anala tidak cukup senang berada disisinya. "Kamu pasti merasa kalau aku nggak bisa diandelin kan sebagai suami? makanya ada banyak alasan yang bikin kamu beralih ke orang itu."

Anala menghela kasar lalu buru-buru menutup mulut Elliot dengan telapak tangannya. "Sstt berhenti bicara ngaco! aku tegasin sekali lagi, cuma kamu yang bakalan jadi suami aku. Cuma kamu yang akan jadi ayah dari anak aku, nggak akan ada orang lain!"

Nathael sontak tertawa melihat tingkah kedua orangtuanya yang terkesan aneh. Sambil memeluk Mamanya, ia tersenyum dalam diam. "Nael seneng banget, Mama sekarang nggak pernah marah lagi."

Pelukannya masih erat, senyumnya masih mengembang sempurna "Mama sekarang sering bercanda sama Papa, padahal dulu Mama jarang ada dirumah dan selalu berantem sama Papa."

Elliot hanya terdiam memperhatikan tingkah putranya. Sementara Anala bisa merasakan getaran aneh yang menjalar dihatinya. Tangannya sedikit gemetar sambil mengelus puncak kepala Nathael. "Jadi sekarang Mama sama Papa nggak pernah berantem lagi nih?"

Nathael menggeleng pelan, lalu perlahan melepaskan pelukannya dan mendongak menatap Mamanya. "Tetap berantem, tapi kan nggak serius kayak dulu. Sekarang Papa sama Mama kalau berantem pasti keliatan lucu, nggak nakutin." katanya diakhiri dengan pelukan lain yang lebih hangat. "Nael seneng banget Mama..."

"Maafin Mama sayang. Mama janji nggak akan bikin Nael takut lagi." Anala memeluknya dengan erat, membiarkan ketulusan dan rasa cintanya tersampaikan lewat pelukan hangat ini.

Ekhem...

Deheman pelan itu memecah keheningan diantara mereka. Elliot mengambil langkah, berdiri dan mengulurkan tangannya pada sang anak yang masih setia pada pelukannya dengan sang Mama.

"Ayo Nael kita lanjut jalan lagi, katanya masih mau main."

"Ayo Pa!" sambut Nathael penuh antusias. Dia langsung bergegas meraih tangan Papanya dan melepaskan pelukannya dengan sang Mama.

Ketiganya berjalan santai dengan Nael yang masih lengket dalam genggaman Elliot. Sementara itu, Anala hanya bisa tersenyum mengamati dua orang yang tiba-tiba jadi berharga di hidupnya tanpa ia ingat awal mulanya.

"Kamu kenapa bisa bawa permen jahe itu?" bisik Elliot pada Anala. Alisnya terangkat menunggu jawaban.

Sambil mengedikkan bahunya, Anala menjawab santai sambil jalan disebelah Elliot. "Kamu kan selalu butuh itu tiap kali ngerasa pusing dan mual. Makanya aku bawa buat jaga-jaga."

"Tapi biasanya enggak gitu."

"Anggap aja itu bukan aku," jawabannya bulat seperti tidak menerima bantahan lain. Senyumnya tetap terpancar sekalipun Elliot menatapnya dengan tatapan menyipit yang sarat akan kebingungan.

"Mama, Papa. Itu ada acara apa?"

Suara Nathael menyadarkan keduanya yang masih larut dengan tatapan masing-masing. Keduanya serentak menoleh pada gerombolan orang yang ditunjuk oleh Nael.

Elliot memperhatikan acara itu dengan seksama, matanya melihat banyak kertas dengan sketsa gambar, serta beberapa alat tulis mewarnai. "Kayaknya ada lomba mewarnai, Nael mau ikut?"

"Mau Pa! ayo kesana." anak kecil itu menjawab antusias, matanya langsung berbinar begitu Elliot mengatakan bahwa itu acara mewarnai.

Elliot tahu betul kegemaran anaknya. Ia mulai jongkok dan mengangkat anak kecil itu dalam gendongannya. "Ya udah ayo kesana, kita daftar sekarang juga. Let's go!"

Nathael terkekeh senang dalam gendongan Papanya, begitupun dengan Anala yang setia menempel disisi suaminya. Mereka berjalan menuju tempat penyelenggaraan acara, mendaftarkan diri dan langsung mengambil posisi didepan kanvas yang sudah dibarengi sketsa.

Perlombaan dimulai... Nathael fokus pada sketsa gambarnya sambil ditemani oleh kedua orang tuanya. Senyuman tidak sekalipun padam, matanya tak henti memancarkan binaran indah yang berkilauan. Impiannya terwujud—impian untuk bisa datang ke perlombaan dengan lengkap bersama Mama dan Papa.

"Mama, Papa... Nael pasti menang!" katanya ditengah kesibukan dengan pensil warna ditangannya.

Kedua orangtuanya hanya bisa mengangguk dan tersenyum lebar dengan perasaan bangga tiada tara. Anala bahkan tidak bisa menahan rasa haru hingga air matanya mulai menggenang di pelupuk mata. "Sayang, apapun hasilnya Mama tetap bangga kok. Anak Mama yang paling keren!"

Begitupun dengan Elliot. Dia memandangi Nael dan Anala bersamaan hingga membuat hatinya terasa leleh terbuai suasana. Tapi dia bukan sosok yang bisa menunjukkan itu dengan jelas, matanya mudah mengecoh hingga nampak datar tanpa perasaan dari luar.

Nael pasti bisa menang... dia punya bakat yang sama dengan Anala. dia tak berani bicara langsung, hanya batinnya yang memaksa berpikir.

Acara berakhir dengan pengumuman 3 pemenang yang dianggap paling terbaik diantara yang baik. Wajah Nathael sudah berubah masam, bahkan nyaris seperti orang menangis. Pasalnya sudah 2 nama yang diumumkan sebagai pemenang, dan dia tidak termasuk salah satu diantaranya.

"Papa, ternyata Nael nggak menang." ujarnya sambil memangku kaki ayahnya. Sedikit lagi hingga tangisan itu benar-benar keluar dari matanya.

Elliot tersenyum dan langsung jongkok menenangkan. "Kan juara satunya belum diumumkan, Papa yakin itu pasti Nael. Iya kan Ma?" mata Elliot menatap Anala, meminta untuk kerja sama.

Anala awalnya kaget saat tiba-tiba Elliot memanggilnya seperti Nael. Namun ketika matanya menangkap sosok yang nyaris menangis itu, pikirannya langsung beralih pada anaknya. "Iya Papa bener. Anak Mama kan gambarnya paling bagus!"

"Bohong!" bantah Nathael dengan cepat, ia sadar bahwa Mama dan Papanya cuma berniat untuk menghibur.

".... pemenang utama kita pada acara kali ini adalah..."

Suara microfon itu semakin menggema keras, membuat Nathael semakin kuat menutup mata dan memeluk Papanya dengan erat.

"...Selamat untuk ananda dengan nomor urut 57 atas nama Nathael Callahan..."

Elliot dan Anala sama-sama membelalak tak percaya. Anala bahkan tidak bisa menutupi ekspresi menganga begitu nama anaknya dipanggil sebagai pemenang utama. Detik kemudian, senyum keduanya langsung sumringah, Elliot bahkan mengangkat anaknya sedikit tinggi saking bangganya.

"Tuh kan apa tadi Papa bilang. Nael pasti menang!"

"Anak Mama hebat! selamat sayang!"

Nathael tidak bisa menahan rasa bahagia yang memuncak dari hatinya. Dia teramat senang hingga air matanya tiba-tiba jatuh tanpa disangka.

"Huaa Mama... Papa... Nael... menang!!"

Begitulah katanya disela tangisan yang tak kunjung berhenti, bahkan untuk tampil langsung mengambil hadiah dia masih mewek dengan mata bengkak. Sementara itu, Mama dan Papanya sibuk mengambil dokumentasi sebanyak-banyaknya dan mendadak bertingkah seolah seorang jurnalis yang lagi berburu berita.

"Liat itu, anakku keren banget El!" Anala menepuk-nepuk lengan Elliot dengan gemas saat matanya memperhatikan Nathael yang sedang diatas panggung.

"Jelas lah, Nael kan anak aku!" jawab Elliot singkat tapi to the point.

Anala mendelik, lalu memulai war untuk tidak mau kalah dengan Elliot. "Anak aku!"

"Anakku!"

"Apaan sih, udah jelas dia nurunin bakat aku yang jago gambar!"

Elliot tidak mau kalah, dia tidak kehabisan akal untuk melawan argumen Anala. "Tapi liat dong mukanya, siapa yang lebih mirip?"

"Dih?" Anala menyerungut tak suka, sudut bibirnya sampai terangkat tak terima.

Elliot bertingkah bodo amat sambil mengedikkan bahu seperti orang benar. Perang internal mulai memanas lagi diantara keduanya meskipun anaknya sudah besar dan bahkan bisa tampil depan panggung tanpa didampingi berdua.

1
Mayuza🍊
semoga nanti author dan readers dapat suami kayak Elliot yaa😭
__NathalyLg
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
Mayuza🍊: mana bener lg 😔
total 1 replies
Ahmad Fahri
Terpana😍
Mayuza🍊: haii kaa makasih banyak supportnya ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!