Amanda Zwetta harus terjebak ke dalam rencana jahat sahabatnya sendiri-Luna. Amanda dituduh sudah membunuh mantan kekasihnya sendiri hingga tewas. Amanda yang saat itu merasa panik dan takut terpaksa harus melarikan diri karena bagaimana pun semua itu bukanlah kesalahannya, ia tidak ingin semua orang menganggapnya sebagai seorang pembunuh. Apalagi seseorang yang dibunuh itu adalah pria yang pernah mengisi hari-hari nya selama lima tahun. Alvaro Dewayne Wilson seorang CEO yang terkenal sangat angkuh di negaranya harus mengalami nasib yang kurang baik saat melakukan perjalanan bisnisnya karena ia harus berhadapan dengan seorang gadis yang baru ia temui yaitu Amanda. Amanda meminta Alvaro untuk membantunya bersembunyi dari orang-orang yang sudah berbuat jahat kepadanya. Akankah Alvaro membantu Amanda? Atau justru Alvaro akan membiarkan Amanda begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifafkryh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANDWICH UNTUK ALVARO
Pagi harinya, Amanda baru saja terbangun dari tidur lelap nya. Hal pertama yang ia rasakan adalah nyeri di sekujur tubuhnya karena tidur di sofa. Pandangan Amanda langsung tertuju pada selimut yang ia pakai. Seingatnya, ia tidak memakai selimut ataupun membawanya. Lalu siapa yang menyelimutinya semalam?
Amanda pun segera beranjak dan membereskan selimutnya. Setelah itu, ia segera ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan langsung pergi ke dapur karena ia yakin Mery sudah berada disana karena sudah jam enam pagi.
"Nona ... Sudah bangun?" Tanya Mery saat melihat Amanda sudah berada di dapur.
"Sudah, Mery. Oh ya, apakah kau tahu siapa yang membawakan selimut untuk-ku semalam?" Tanya Amanda.
Mery langsung terdiam. Ia ingat betul apa yang dikatakan Tuannya tadi malam. Jangan sampai Amanda mengetahuinya.
"Oh ... Itu saya, Nona. Semalam saat saya akan mengambil air minum, saya melihat Nona tertidur di ruang keluarga. Tadinya saya ingin membangunkan Nona tetapi Nona tidur sangat pulas jadi saya tidak tega membangunkan Nona. Itu sebabnya saya hanya menyelimuti Nona saja supaya tidak kedinginan." Jawab Mery berbohong.
"Baiklah. Terima kasih, Mery. Oh ya, aku ingin memasak sesuatu untuk Alvaro." Ucap Amanda yang sudah berada di samping Mery.
"Nona ingin masak apa? Biar saya bantu." Ucap Mery.
"Aku ingin membuat sandwich, Mery. Biar aku saja yang membuatnya." Ucap Amanda sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu. Nona ... Kenapa Nona semalam tidur di sofa?" Tanya Mery.
Amanda yang sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sandwich pun langsung menatap Mery.
"Emm ... Itu ... Semalam ada cicak di kamarku dan jatuh tepat di kaki-ku. Aku sangat takut dengan cicak, Mery. Dulu saat aku masih sekolah, teman-temanku sering menjahiliku dengan memberikan seekor cicak entah itu di dalam tas-ku atau di meja-ku. Bahkan saat itu mereka pernah memasukkan cicak itu ke dalam bajuku. Karena kejadian itu-lah aku jadi takut dengan cicak." Jawab Amanda sambil membuat sandwich untuk Alvaro.
Sebenarnya Amanda masih merasa kesal kepada Alvaro karena pria itu sudah membentaknya. Tetapi di sisi lain ia masih merasa bersalah karena sudah masuk ke dalam kamar pria itu tanpa izin bahkan menyentuh barang-barang miliknya. Mungkin dengan ia membuat makanan untuk Alvaro bisa membuat Alvaro mau memaafkan kesalahannya.
"Oh ya, Mery. Bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?" Tanya Amanda.
"Tentu saja, Nona. Silahkan saja." Jawab Mery lembut.
"Kenapa Alvaro sangat melarang keras siapa pun untuk masuk ke dalam kamarnya dan menyentuh barang-barang miliknya?" Tanya Amanda.
Mery langsung mengerti maksud dari ucapan Amanda barusan. Ia langsung menatap Amanda dengan tatapan terkejutnya.
"Apakah Nona masuk ke dalam kamar Tuan?" Tanya Mery.
Amanda langsung mengangguk menanggapi pertanyaan Mery barusan. Ia pun langsung menceritakan dari awal dia bisa masuk ke dalam kamar Alvaro hingga dirinya dibentak dan di usir dari kamar itu.
"Astaga, Nona. Aku kan sudah pernah mengatakan kepadamu bahwa Tuan Alvaro tidak suka jika ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya apalagi menyentuh barang-barang yang ada di kamar itu. Saya saja diizinkan masuk hanya untuk membersihkan kamarnya saja. Dan tadi Nona juga mengatakan Nona sempat memegang bingkai foto? Foto siapa, Nona?" Ucap Mery setelah mendengar cerita Amanda.
"Ya aku tahu itu, Mery. Tetapi semalam keadaannya sangat mendesak. Aku sudah mengetuknya beberapa kali tetapi tidak ada jawaban dari Alvaro, jadi aku memutuskan untuk masuk saja. Foto yang sempat aku pegang seperti sebuah foto keluarga. Tetapi di foto itu aku tidak melihat Ibu nya Alvaro. Hanya ada Brianna, Alvaro, Ayahnya dan adiknya saja." Ucap Amanda.
"Saya saja tidak pernah memegangnya apalagi memindahkannya, Nona. Ya memang di foto itu tidak ada Nyonya Wilson." Balas Mery.
"Jika aku boleh mengetahuinya, dimana Nyonya Wilson saat itu?" Tanya Amanda.
Mery sempat terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Amanda.
"Nyonya Wilson ... Dia--"
"Selamat pagi, Nona. Selamat pagi, Mery."
Ucapan Mery terhenti saat mendengar suara Dennis.
"Pagi, Dennis. Bukankah hari ini hari minggu? Setahuku Alvaro tidak bekerja di hari minggu." Ucap Amanda.
"Ya benar, Nona. Hari ini adalah hari minggu. Tuan Alvaro memang tidak akan pergi ke kantor. Aku datang kemari hanya ingin memberikan berkas penting." Balas Dennis sambil tersenyum.
"Oh begitu, kebetulan sekali kau ada disini. Aku sedang membuat sandwich untuk sarapan pagi. Jadi sebaiknya kau tunggu dulu sebentar karena Alvaro juga belum bangun." Ucap Amanda sambil berkutat membuat sandwich.
"Baik, Nona." Ucap Dennis.
Dennis pun memilih duduk di kursi pantry yang ada di dapur itu. Selagi Amanda membuat sandwich, Dennis terus memperhatikan Amanda.
Rasanya tidak mungkin wanita sebaik dirinya telah membunuh seseorang. Aku yakin ada seseorang yang sengaja menjebak Nona Amanda. Batin Dennis.
Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya Amanda selesai membuat tiga sandwich. Salah satu sandwich yang Amanda buat sengaja terlihat berbeda karena Amanda sendiri menambahkan tulisan 'Maaf' di atas piringnya. Dan sandwich itu ia buat khusus untuk Alvaro.
Mau tidak mau Amanda memang harus tetap meminta maaf karena bagaimana pun ia juga salah karena sudah masuk ke dalam kamar Alvaro tanpa izin.
"Akhirnya selesai." Ucap Amanda.
"Nona benar-benar pandai memasak. Siapa pun yang akan menjadi suami Nona nanti, dia pasti sangat beruntung. Bukan hanya cantik, tapi Nona juga pandai memasak." Ucap Mery.
"Benar apa yang dikatakan Mery, Nona. Pria mana pun pasti akan merasa sangat beruntung." Dennis pun setuju dengan ucapan Mery barusan.
"Kalian tidak perlu memujiku seperti itu. Keahlian memasak-ku belum sebagus Mery." Balas Amanda sambil tersenyum.
"Kalian ini pagi-pagi sudah memujinya saja. Besar kepala dia nanti. Membuat sandwich adalah hal yang mudah. Aku saja bisa membuatnya dalam sekejap." Tiba-tiba saja terdengar suara Nora yang baru saja tiba di dapur.
"Nora ... Ini masih sangat pagi. Jangan membuat masalah." Ucap Mery memperingati.
"Aku tidak mencari masalah. Kau saja yang terlalu berlebihan, Mery." Balas Nora.
Amanda langsung menatap Nora tajam. Nora pun langsung membalas tatapan Amanda. Nora benar-benar tidak menyukai Amanda sejak dia tiba di mansion Alvaro.
"Sudahlah, hiraukan saja ucapannya. Ini sandwich untukmu, Mery. Semoga rasanya enak." Ucap Amanda sambil memberikan sandwich kepada Mery.
"Jika ini untuk saya, lalu Nona bagaimana?" Tanya Mery.
Pasalnya Amanda hanya membuat tiga buah sandwich. Jika yang satu nya di berikan kepadanya, lalu Amanda akan memakan apa?
"Aku nanti saja. Aku belum terlalu lapar, Mery. Dan yang satu ini untukmu, Dennis. Semoga kau menyukainya." Ucap Amanda.
"Ini untuk Nona saja. Nona pasti ingin memakannya." Ucap Dennis.
"Tidak, Dennis. Aku tidak ingin makan apapun. Kau makan ini ya, jika tidak aku akan marah kepadamu." Balas Amanda sambil terkekeh pelan.
"Baiklah, Nona. Terima kasih." Ucap Dennis.
"Sama-sama, Dennis."
Amanda pun membawa sandwich untuk Alvaro ke meja makan. Ia menyimpan sandwich itu di atas meja makan.
"Semoga kau menyukainya dan mau memaafkanku." Gumam Amanda pelan.
"Mery ... Dennis ... Aku tinggal ya. Aku ingin istirahat kembali. Badanku terasa sakit, mungkin karena semalaman aku tidur di sofa." Ucap Amanda sambil berlalu pergi menuju kamarnya.
Dennis langsung menatap Mery seakan ia meminta jawaban apa yang sebenarnya terjadi.
"Nona Amanda semalam tidur di sofa." Ucap Mery.
"Kenapa?" Tanya Dennis.
Mery pun menceritakan apa yang terjadi kepada Dennis. Mery juga menceritakan bagaimana panik nya Alvaro semalam saat mencari Amanda. Bahkan Tuannya itu terlihat sangat perhatian saat melihat Amanda tidur di sofa.
"Sepertinya Tuan Alvaro sedang jatuh cinta." Ucap Mery.
"Ya, sepertinya begitu." Ucap Dennis.
Saat ini Alvaro baru saja selesai dengan ritual mandinya. Alvaro mengenakan pakaian yang lebih santai karena hari ini ia tidak akan pergi ke kantor. Setelah selesai, ia segera pergi menuju meja makan untuk sarapan pagi.
Setibanya di meja makan, Alvaro melihat sebuah sandwich sudah tersedia di atas meja makan.
"Maaf?" Gumam Alvaro saat melihat sandwich itu.
"Mery ... " Panggil Alvaro.
Mery yang sedang mengobrol dengan Dennis pun langsung menghampiri Alvaro yang sudah berada di meja makan. Dennis pun segera mengikuti Mery untuk menghampiri Alvaro.
"Ada apa, Tuan?" Tanya Mery.
"Selamat pagi, Tuan." Sapa Dennis.
"Hmm." Gumam Alvaro.
"Siapa yang membuat sandwich ini?" Tanya Alvaro.
"Oh itu ... Nona Amanda yang membuatnya, Tuan. Dia khusus membuat sandwich itu untuk Tuan." Jawab Mery.
"Lalu dimana dia sekarang?" Tanya Alvaro.
"Tadi Nona Amanda mengatakan bahwa dia ingin istirahat karena sekujur tubuhnya terasa sakit. Mungkin itu efek karena semalam Nona tidur di sofa. Nona Amanda juga belum sempat sarapan, Tuan. Dia hanya membuatkan Sandwich saja setelah itu pergi ke kamarnya." Jelas Mery.
"Dicoba Tuan Sandwich nya. Nona Amanda sangat pandai memasak. Sandwich nya pun terasa sangat enak." Ucap Dennis.
"Kau dibuatkan juga?" Tanya Alvaro.
"Iya, Tuan. Nona membuatkannya untuk saya dan Mery juga." Jawab Dennis.
Entah kenapa saat mendengar jawaban Dennis barusan malah membuatnya kesal. Alvaro kira Amanda khusus membuatkan sandwich itu khusus untuk dirinya saja. Tetapi ternyata wanita itu juga membuatkannya untuk Mery dan Dennis juga.
Awalnya Alvaro senang karena mengetahui Amanda membuatkan sandwich untuknya. Bahkan wanita itu menuliskan kata 'maaf' menggunakan saus di atas piringnya. Tetapi seketika rasa senang nya tergantikan oleh rasa kesal saat mengetahui Amanda bukan membuatkannya saja.
"Kau makan saja sandwich itu." Ucap Alvaro datar kepada Dennis.
"Mery ... Buatkan aku makanan yang lain." Ucap Alvaro.
"Ta-tapi, Tuan--"
"Ikuti saja perintahku." Ucap Alvaro datar sambil berlalu pergi menuju ruang keluarga.
"Tuan ... Ini berkas mengenai informasi Nona Amanda." Ucap Dennis yang sudah berada di samping Alvaro.
"Simpan di ruang kerjaku." Ucap Alvaro yang sedang fokus menatap layar tab nya.
"Baik, Tuan." Balas Dennis.
Saat Dennis akan melangkah pergi, tiba-tiba saja Alvaro kembali mengeluarkan suaranya.
"Bagaimana rasanya di buatkan sandwich olehnya? Bahagia bukan?" Ucap Alvaro.
*****
To be continue ...