Vina sangat terobsesi diterima menjadi pemeran wanita utama di casting sebuah drama. Dia juga seorang penggemar garis keras dari seorang aktor. Suatu hari saat melakukan casting, ia ditolak tanpa di tes dan parahnya lagi, orang yang menolaknya adalah si idola. Merasa terhina, Vina pun berubah menjadi pembenci sang aktor. Belum juga mulai menabur benih kebencian, ia justru terpaksa menikah secara kontrak dengan sang Aktor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumi Midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbaikan?
Di perjalanan menuju apartemen, Arka memulai pembicaraan. Ia bertanya apa nama dari PH yang mecasting Vina tempo hari.
"Kenapa memangnya?"
"Ngomong-ngomong soal casting. Apa kau ditolak?" tanya Arka yang memilih tidak menjawab pertanyaan istrinya.
Vina membengutkan wajah karena diingatkan oleh sebuah hal yang cukup sensitif. "Aku diterima, tapi karena takut denganmu, aku jadi menolaknya."
"Kenapa tidak bilang padaku kalau kau diterima?"
"Kalau pun aku bilang, memangnya kau akan setuju?"
"Hmm, bisa jadi."
Vina menatap Arka cengo. Ia sempat tersenyum sebelum akhirnya teringat jika sudah menolak tawaran itu. Pihak PH pasti telah menemukan aktris lain, pikirnya. "Sudahlah, walau kau mengizinkan, pasti PH itu sudah menemukan aktris lain untuk mengganti peranku di drama mereka."
Mendengar penuturan bernada sendu dari Vina, Arka pun bersimpati. Kali ia akan menggunakan koneksinya untuk bisa membantu Vina mendapatkan perannya semula.
"Aku akan membantumu." Sontak perkataan Arka membuat Vina tidak percaya. Vina memandang suaminya yang sedang menyetir.
"Serius? Kau mau membantu dan mengizinkanku?"
"Iya."
Vina yang kegirangan, secara reflek mencium pipi Arka. Setelah sadar dengan hal yang barusan dilakukannya, perempuan itu merasa canggung, lalu meminta maaf. Arka yang juga terkejut hanya menjawab,
"Hmm."
"Tapi ingat, hanya satu drama ini saja ya," ucap Arka membuka suara.
"Iya," jawab Vina malu-malu.
Sesampainya di gedung apartemen Arka menyuruh Vina untuk turun. Rencananya lelaki itu akan menjenguk sang mantan kekasih.
"Kau mau ke mana?" tanya Vina sebelum turun dari mobil suaminya.
"Aku mau mengunjungi temanku."
"Menginap?" tanya Vina, mengingat besok adalah weekend-Arka mengambil libur di hari sabtu dan minggu.
Arka mengagguk, lalu berkata. "Mungkin."
"Ya sudah hati-hati," kata Vina mengingatkan, kemudian dia turun dari mobil tersebut.
****
Berkat koneksi kuat sang aktor dengan banyak penghargaan, Vina pun berada di tempat syuting drama. Meski cuma drama pagi dan sebagai peran pendukung, tapi Vina tetap senang.
Arka sengaja datang ke lokasi syuting Vina untuk melihat akting sang istri. Untuk kemampuan orang yang minim pengalaman dan baru pertama kali bermain drama, menurut Arka, akting Vina lumayan juga.
"Apa istriku banyak merepotkan?" tanya Arka pada salah satu kru yang berada di sebelahnya.
"Tidak juga, dia hanya sekali mengulang." Sedikit ada rasa bangga di benak Arka.
"Cut." Suara dari sutradara mengehentikan akting Vina dan pemain wanita utama didrama ini. Sutradara menyuruh semua pemain dan kru untuk istirahat karena sudah waktunya makan siang.
Vina terlihat melambai pada Arka. Wanita itu berjalan ke arah suaminya.
"Kau kenapa di sini?" tanya Vina ketika berada di sebelah suaminya.
"Awalnya aku ingin melihat dan mengolok-olok akting payahmu. Namun, ternyata aktingmu boleh juga." Mendengar penuturan Arka, Vina tersenyum bangga.
"Jelas, Vina gitu loh," katanya dengan penuh kebanggaan.
Arka terkekeh kecil, lalu mengajak Vina untuk makan siang bersama. Ketika di mobil, Vina bertanya tentang keberadaan menejer suaminya itu dan Arka berkata kalau menejernya bilang tidak mau menjadi obat nyamuk.
****
Keduanya kini berada di restoran yang menjual fast food. Setelah mendapatkan pesanan masing-masing, Arka membuka suara di sela makannya.
"Kapan kau akan melakukan konversi pers dramamu?"
"Lusa sepertinya," jawab Vina. Tak lama wanita itu teringat kalau ada banyak kru yang memuji aktingnya. "Oh ya, apa kau tau, para kru banyak yang memuji aktingku loh."
Arka mencibir dengan berkata, "Mereka hanya berkata-kata manis saja. Aktingmu cuma lumayan dan belum bagus." Perkataan jujur Arka hanya membuat Vina merungut kesal. "Oh ya, aku jadi ingat kata-katamu yang menyesal karena pernah menyukaiku. Apa kini kau membenciku?"
Seakan di bawa ke masa lalu, rasa kesal Vina muncul. "Ya, setelah insiden di casting aku sa-"
"Insiden di casting?"
"Ingat tidak, waktu kau mengusirku begitu saja tanpa mengetes kemampuanku. Nah, mulai dari situ aku membencimu," jawab Vina, "aku bahkan membuat akun senandung merah, hanya untuk membecimu." Setelah sadar keceplosan mengungkap akun pembenci yang ia buat, Vina merutuk dirinya sendiri.
"Oh, jadi kau orang di balik akun senandung merah itu?!" tanya Arka cukup kesal.
Vina memandang suaminya, lalu memberikan cengirannya. "Maaf, habisnya aku jengkel sekali padamu. Perlakuanmu hari itu sungguh mematahkan hatiku. Andai saja kau tahu sebesar mana aku memujamu, sebelumnya." Kejujuran sang tanpa sadar membuat sudut bibir Arka terangkat.
"Maaf jika aku mematahkan hatimu. Sebenarnya waktu itu Yeontan sedang sakit, jadi aku tidak ingin membuang waktu dengan melihat akting dari seseorang yang tidak memiliki pengalaman sepertimu."
"Lalu kenapa kau tetap menjadi juri jika Yeontan sakit?"
"ART-ku baru memberi tahu ketika aku break makan siang, jadi walaupun aku sangat khawatir, aku harus profesional dengan tetap menjuri di hari itu."
Vina jadi paham kenapa Arka bersikap seperti seorang yang angkuh saat itu. Ia mengerti betapa suaminya sangat menyayangi Yeontan. Bahkan sebelum makan pesanannya tadi, Arka menelpon tempat penitipan hewan guna memastikan apakah anjing kesayangannya itu sudah makan.
"Harusnya kau bilang!"
"Hey, apa aku harus bilang ...." Arka berdehem. "Aku harus cepat pulang karena anjingku sedang sakit, jadi kamu yang tidak berpengalam akting, kami tolak. Masa gitu?" kekeh Arka yang diikuti oleh Vina.
"Aku janji setelah drama ini berakhir aku tidak akan mengambil drama lagi dan menjaga Yeontan dengan segenap jiwa ragaku." Perkataan yang terdengar sangat yakin, kembali membuat Arka terkekeh.
"Awas saja jika tidak!"
"Oh ya, tidak terasa ya, sudah dua bulan saja kita menikah. Berarti masih tersisa ...." Vina menghitung dengan jarinya. "Sepuluh bulan lagi."
Arka yang menyesap kopi esnya hanya mengamini kata-kata Vina dengan anggukan kepala.
Tidak lama kemudian, seorang wanita cantik dengan style kasual, menyapa Arka. Wanita itu adalah Anna.
"Anna, kamu ngapain di sini?"
"Mau makan siang, sama seperti kalian." Anna memandang Vina. "Aku boleh duduk bersama kalian, 'kan?"
Vina tersenyum ramah. "Tentu." Mendapatkan persetujuan, Anna duduk di sebelah kursi istri Arka.
"Harusnya kau makan makanan yang sehat, Anna," kata Arka penuh perhatian.
"Hanya sekali ini, kok."
Mendengar percakapan antara suaminya dan wanita yang barusan datang, membuat Vina hanya diam.