bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Merasa ditatap intens, William pun membalikkan badannya. “Apa aku setampan itu? Sampai-sampai kamu tidak berkedip?” godanya.
Ayu langsung memalingkan wajahnya seketika. Rasanya seperti ketahuan melakukan kesalahan yang fatal. “Apa yang aku pikirkan?” batinnya.
Dibantu tuan mudanya, Ayu membawa satu koper besar menuju lantai atas. Di depan pintu kamar sang majikan, dia berhenti sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam. “Setelah ini rasanya aku harus banyak makan. Betul katanya, kalau aku harus banyak makan biar kuat menghadapi kenyataan,” gumamnya.
“Ayu, kenapa berhenti di situ?” tanya Maya penasaran. Sebenarnya dia hanya ingin memastikan semua sudah selesai dan bisa dia tinggal. Tetapi pandangannya teralihkan dengan keberadaan gadis kecil itu yang berdiri di depan pintu kamar anaknya.
“Eh … anu Nyonya, in-ini mau ma-masuk,” ucap Ayu tergagap.
Terlihat kerutan di kening Maya. “Kalau mau masuk, ya masuk saja. William ada di dalam.”
“Iy-iya Nyonya.” Ayu bergegas masuk. Sambil menarik koper besar, Ayu membuka pintu berwarna putih di depannya.
Dari kejauhan Maya tersenyum melihat gadis itu kesulitan menarik koper besar anaknya. Bagaimana tidak, tingginya yang hanya seratus lima puluh lima harus bersaing dengan ketinggian koper yang lebih dari setengah tingginya. Belum lagi beratnya yang lebih dari satu karung beras menurut Ayu. “Ada-ada saja,” lirih Maya dengan gelengan kepalanya. Setelah memastikan kebutuhan anaknya sudah cukup, Maya dan suaminya pergi meninggalkan dua orang yang berada di lantai atas.
Pelan-pelan dia menutup pintu agar tidak mengganggu majikan barunya. Jauh sebelum ini, Maya sudah memberitahukan kalau William tidak suka kebisingan. Dia juga tidak suka ada orang masuk sembarangan ke dalam ruang pribadinya terutama kamarnya. Makannya, hanya ada satu pelayan yang akan merawat anaknya nanti.
“Tuan, koper ini di taruh di sebelah mana?” tanya Ayu hati-hati.
“Bawa kemari.”
Sedangkan William saat ini berada di ruang gantinya. Begitu memasuki kamar, dia segera mengganti setelan jasnya dengan baju yang lebih nyaman.
Ayu mencari sumber suara dan menemukan ruangan yang pintunya terbuka sedikit. Begitu percaya dirinya, dia langsung masuk tanpa permisi ke dalam ruang ganti.
Saat pintu terbuka lebar, matanya terbelalak tanpa sepatah kata. Dia diam mematung menyaksikan pemandangan indah di depan matanya. Bahu yang lebar, tubuh kekar, kulit putih bersih di hias otot-otot yang timbul di balik kulitnya, dan aroma wangi yang menenangkan membuat Ayu lupa diri.
“Kalau mau, kamu bisa memegangnya,” ujar William masih dengan posisi memunggungi gadis itu. Pantulan kaca membuatnya dapat melihat dengan jelas, bagaimana ekspresi wajah Ayu yang terkejut tetapi tidak bisa berpaling.
Ayu pun salah tingkah. Ini adalah ketiga kalinya dia merasa seperti orang bodoh di hadapan majikannya yang kelewat tampan. “Ma-maaf, Tuan. Saya pikir tadi ini adalah ruangan biasa. Saya minta maaf,” ucap Ayu sedikit ketakutan.
Wajah ketakutan itu terlihat jelas dari pantulan kaca. Kedua tangannya saling meremas rok yang dikenakannya membuat William tersenyum samar. “Ini baru setengah saja, bagaimana reaksinya jika aku membuka semua bajuku?” batin William.
“Tidak masalah. Bawa kemari.”
Ayu menarik koper besar itu mendekat ke majikannya. Aroma maskulin yang semakin menusuk indra penciumannya membuatnya sedikit memejamkan mata. “Ya Tuhan … Ayu … sadar, kamu hanya seorang pelayan. Baru mencium wanginya saja sudah seperti orang gila, apalagi bisa menyentuh lengan berotot itu. Bisa-bisa seperti orang kesurupan, kamu,” batinnya menyadarkan posisinya saat ini.
Hal itu sengaja William lakukan untuk menarik perhatian pelayan cantiknya. Ini adalah pertama kalinya dia berbuat hal konyol dalam hidup. Selama ini dia tidak pernah sekali saja bermain wanita. Jangankan bermain, menyentuh saja tidak pernah. Dia paling anti kalau ada wanita yang mendekat ke tubuhnya.
“Kalau sudah tidak ada yang saya kerjakan, saya permisi dulu,” ucap Ayu.
William hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.