NovelToon NovelToon
Cinta Sang Pewaris

Cinta Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Murid Genius / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: CantiknyaKamu

Argani Sebasta Ganendra adalah pewaris muda dari keluarga yang berdiri di puncak kejayaan. Ayahnya seorang CEO tambang emas, ibunya desainer ternama dengan butik yang selalu menjadi pusat perhatian sosialita. Semua yang ia butuhkan selalu tersedia: mobil sport mewah, sekolah elit dengan fasilitas kelas dunia, dan hidup yang diselimuti gengsi serta hormat dari sekitarnya. Di sekolah, nama Argani bukan sekadar populer—ia adalah sosok yang disegani. Wajah tampan, karisma dingin, dan status pewaris membuatnya tampak sempurna. Namun, di balik citra itu, Argani menyimpan ruang kosong di hatinya. Sebuah perasaan yang ia arahkan pada seorang gadis—sederhana, berbeda, dan jauh dari dunia yang penuh kemewahan. Gadis itu tak pernah tahu kalau ia diperhatikan, dijaga dari kejauhan oleh pewaris yang hidupnya tampak sempurna. Kehidupan Argani semakin rumit ketika ia dipaksa mengikuti jejak keluarga: menjadi simbol keberhasilan, menghadiri pertemuan bisnis, bahkan menekan mimpi pribadinya. Di satu sisi, ia ingin bebas menjalani hidupnya sendiri; di sisi lain, ia terikat oleh garis keturunan dan kewajiban sebagai pewaris

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CantiknyaKamu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASTORIA

saat pembicaraan sudah selesai,Argani kembali ke kamar,ia membuka ponselnya..membuka grup dengan geng nya..yang berisi Zayn,Albiru,Zayn,Kavi,Zamora,Amora dan dirinya sendiri..

💬“ada yang mau ke panti enggak..?”seru nya membuka obrolan..

💬wah,gue lagi gabisa ni ar,lagi ada acara di luar dengan my family..”jawab Albiru mengirim gambar ia sedang dinner bersama keluarnya.

💬gani,gue bisa saja,but enggak malam ini juga dong,anak-anak di panti sudah istirahat..”seru Amora membuat vidio membalas pesan di grup..

💬sama,gue juga..”jawab Zamora.

💬Zayn dan Kavi mana..?”tanya Argani lagi..

💬tidur palingan mereka tuh..

Argani tidak lagi membalas pesan,ia akan pergi sendiri tapi dengan motor gedenya,ia menggunakan jaket dan memakai helm nya..

“mau kemana gan..?”tanya Gafrel yang sedang duduk menatap laptop nya di ruang tamu.

“lagi ada urusan di luar kak,maybe one hour..”

“okey..”jawab Gafrel kembali sibuk.

ia menyalakan motor dan keluar dari perumahan mewah itu..jarak rumah je panti cukup memakan waktu 15/20 menit

...****************...

“kak,sudah jam 9 jemput bunda buruan…!”seru Amar mengetok ngetok pintu kamar Latisha..

Latisha menghela nafas..”sabar dek..ya tuhan kamu benar ngeselin Amar…”seru Latisha mengambil kunci motor dan memakai jaketnya.

Motor gede Argani meraung pelan, suara knalpotnya berat tapi tertahan. Ia melajukan dengan kecepatan tinggi, jalanan malam yang sepi jadi terasa milik sendiri. Lampu jalan memantul di helm hitamnya, bayangan tubuhnya membelah angin malam.

Sementara di jalan yang berbeda arah, Latisha menyalakan vespa kesayangannya. Helm putih pastel terpasang rapi, jaket krem panjang melindungi tubuh mungilnya. Vespa itu melaju dengan kecepatan standar, sesekali Latisha menghirup angin malam yang dingin dengan mata terpejam sepersekian detik, seakan menikmati kebebasan kecil yang ia punya.

• Argani, dingin, cepat, berisik, menembus malam dengan aura misterius.

• Latisha, sederhana, pelan, tenang, menikmati setiap hembusan angin.

Mereka belum tahu kalau arah tujuan mereka sama panti.

Di motor gede, Argani sempat menurunkan kecepatan, jari-jarinya mengetuk stang. Dalam hati ia bergumam datar.

Argani (batin):“Entah kenapa malam ini gue harus ke sana. Kayak ada sesuatu yang bakal kejadian…”

Sedangkan Latisha, sambil menyenandungkan lagu pelan dari headset wireless-nya, hanya memikirkan bundanya.

Latisha (batin, lembut):“Aku enggak mau bunda pulang sendirian. Amar itu memang ngeselin, tapi… ya sudah lah. Aku saja yang jemput.”

Kedua motor itu, di jalanan berbeda, melaju bersamaan. Dari atas, terlihat seperti dua garis cahaya,lampu motor gede yang tajam dan lampu vespa yang teduh,berjalan paralel, seakan semesta sengaja menyandingkan mereka.

🌙 Halaman Panti – Malam Hari

Motor gede Argani berhenti tepat di depan gerbang panti. Suara mesinnya menggelegar sesaat sebelum ia mematikannya. Lampu motor masih menyala terang, menerangi jalan setapak menuju teras. Argani melepas helmnya, rambutnya sedikit berantakan, lalu berjalan santai sambil memainkan kunci motor di tangannya.

Tak lama kemudian, suara mesin lain terdengar kecil, halus, tapi jelas berbeda. Vespa putih pastel melaju pelan ke arah gerbang yang sama. Dari balik helm, Latisha tampak memicingkan mata karena silau lampu halaman. Ia menepikan vespanya tepat di samping motor gede Argani.

Keduanya hampir bersamaan melepas helm.

Mata mereka bertemu.

Sekilas waktu seperti berhenti.

Argani sempat menegang, alisnya terangkat.

Argani: “Lo…?”

Latisha membeku, jantungnya memacu cepat.

Latisha: “Kamu… apa yang kamu lakukan di sini?”

Argani melirik sekeliling, wajahnya tetap dingin tapi tatapannya tajam penuh tanda tanya.“Harusnya gue yang nanya. Tempat ini… bukan buat sembarang orang.”

Latisha menelan ludah, tangannya masih memegang helm. Ia melirik pintu panti yang remang.

Latisha: “Aku menjemput bunda. Dia di dalam. Jadi… kamu juga jemput bunda kamu…?kok aku gatau ya..”seru Latisha sedikit songong,karena aslinya latisha itu cerewet

Argani sempat terdiam. Tatapannya turun ke arah vespa putih yang kontras sekali dengan motornya. Sejenak ia tersenyum miring,bukan senyum ramah, lebih ke senyum terkejut yang tak bisa ia tahan.“Enggak nyangka banget. Dunia sempit ya.”

Latisha menghela napas, berusaha tetap tenang, meskipun kepalanya penuh pertanyaan.“Kenapa harus dia lagi? Pertama di sekolah… sekarang di sini..jangan-jangan dia membuntuti ku..”

Suasana jadi kikuk. Hanya terdengar suara jangkrik dan lampu neon tua yang berdengung di teras panti.

Argani memasukkan kedua tangannya ke saku jaket, berjalan mendekat ke arah Latisha dengan tatapan serius. “Jadi… lo sering ke sini?”

Latisha: “Bukan urusan kamu. Aku cuma menjemput bunda.”ujur nya berjalan masuk namun melirik ke belakang,Argani juga ikut masuk..

bunda Latisha keluar dengan buru-buru takut ada yang terjadi di luar..

“Sha,suara kamu itu sangat besar,bikin bunda dan ibuk-ibuk yang lain kaget,dikira ada apa..”

“hehe maaf bunda..bun ayo pulang amar sendiri di rumah..”ajak Latisha kepada sang bunda.

“banyak ngomong juga ni orang..”batin Argani menatap..

“eh nak Gani..kok malam nya kesini…?mana yang lain…?”

“yang lain..?”lirih Latisha pelan..

“mereka lagi sibuk buk..saya kesini mau lihat bayi-bayi yang baru masuk..”

“wah boleh banget,ayo masuk ibuk kasih lihat..”

Bunda Latisha menoleh sebentar ke arah putrinya.

Bunda: “Sha, tunggu sebentar ya, bunda temani dulu Nak Gani lihat bayi-bayi itu.”

Latisha tertegun.

Latisha (batin): Nak… Gani? Jadi dia memang akrab dengan bunda?

Argani tersenyum sopan pada bunda Latisha, lalu melirik sekilas ke arah Latisha. Senyumnya lenyap berganti ekspresi datar.

Argani: “Enggak usah lama-lama, buk. Saya cuma mau pastikan mereka baik-baik aja.”

Bunda: “Ya sudah, ayo masuk dulu. Latisha, kamu tunggu di sini, sebentar saja kok.”

Latisha mengangguk singkat, meskipun matanya mengikuti langkah Argani yang masuk bersama bundanya. Ia bersandar di vespa, hatinya penuh tanda tanya.

Beberapa menit kemudian, Argani keluar lagi bersama bunda. Raut wajahnya sedikit lebih lembut,jelas ada rasa hangat setiap kali ia melihat bayi di panti itu.

Bunda: “Kalau bukan karena Nak Gani, panti ini mungkin susah bertahan, Sha. Dia sering datang, bantu macam-macam. Dari makanan sampai biaya sekolah anak-anak di sini. Udah kayak keluarga sendiri.”

Latisha membelalak.

Latisha: “Apa…? Jadi… dia yang…?”

Argani cepat memotong, wajahnya dingin lagi.

Argani: “Buk, saya balik dulu. Besok-besok saya mampir lagi.”

Ia menyalakan motornya, suara mesin menggelegar. Namun sebelum pergi, tatapannya jatuh sebentar pada Latisha,datar, tapi penuh arti.

Argani: “Lo terlalu banyak tanya.”

Setelah itu ia melajukan motornya cepat, meninggalkan debu tipis di halaman panti.

Latisha terdiam, masih mencerna perkataan bunda barusan.

Latisha (batin): Jadi dia… orang di balik panti ini? Kenapa aku baru tahu?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!