Simpanan Brondong Tajir

Hari-hari pun terus berlalu, hubungan saling menguntungkan itu semakin hari semakin lengket. Dave malah menyuruh Sevia untuk berhenti bekerja karena dia sering melihat Andika masih suka mendekati Sevia padahal hari pernikahannya dengan Ines semakin dekat. Entah kenapa, Andika seperti gamang dengan keputusannya. Bahkan sehari sebelum dia menikah, Andika meminta waktu pada Sevia untuk berbicara serius.

"Via, ada sesuatu yang ingin aku katakan. Aku minta waktu sama kamu untuk kita bicara berdua," ucap Andika saat mereka sedang melakukan trial bersama.

Sevia hanya menghela napas dalam. Dia malas membahas masa lalunya dengan Andika karena itu hanya akan menyakiti hatinya saja.

"Mau ngomong apalagi sih? Di sini juga 'kan bisa?" Sevia memutar bola matanya malas.

"Di sini terlalu ramai, aku hanya meminta waktu 30 menit saja. Aku hanya ingin mentraktir kamu makan. Bukannya selama aku kerja, kamu belum aku ajak ke restoran mewah. Please kasih aku kesempatan untuk membalas kebaikan kamu!" Andika menyatukan kedua telapak tangannya sebagai isyarat dia memohon pada Sevia.

"Ya, udah deh! Tapi kali ini saja." Sevia akhirnya menyetujui dengan apa yang Andika minta.

Tanpa rasa curiga sedikit pun, sepulang kerja Sevia menuju ke tempat yang Andika janjikan. Sebuah restoran yang menyajikan hidangan Nusantara dan hidangan khas berbagai negara. Andika sudah menunggu di dalam mobilnya karena tadi saat Sevia diajak untuk berangkat bareng dia menolaknya, sehingga mereka berjalan beriringan. Andika dengan mobilnya dan Sevia memakai motor kesayangannya.

"Ayo!" ajak Andika saat Sevia sudah merapikan motornya di parkiran.

Sevia hanya mengikuti Andika dari belakang, karena dia baru pertama kalinya masuk ke dalam restoran megah seperti ini. Biasanya Sevia hanya makan di restoran yang ada di mall dengan harga yang bisa dijangkau gajinya sebagai seorang buruh pabrik, itu pun paling sering hanya sebulan sekali saat dia baru gajian.

"Di, kamu gak salah bawa aku ke sini? Di sini pasti makanannya mahal-mahal. Apalagi dalam ruangan ini hanya kita berdua." Sevia terus celingukan melihat ke sekeliling ruangan ukuran 3 x 3 meter itu. Di sana hanya ada satu meja lesehan dengan alas duduk karpet yang sangat lembut. Desain ruangannya membuat orang yang duduk di sana terhanyut suasana romantis. Apalagi wangi aroma terapi membuat orang betah berlama-lama di sana.

Andika hanya tersenyum miring melihat reaksi Sevia. Dalam hatinya dia berkata, Tenang Sayang, ini baru awal. Acara puncaknya nanti kita lepaskan bersama-sama.

Tak lama kemudian, berbagai hidangan datang memenuhi meja mereka. Berkali-kali Sevia menjilati bibirnya melihat hidangan yang begitu menggugah selera. Tak sabar ingin mencicipi dia pun akhirnya bicara pada Andika.

"Di, aku boleh minta yang ini gak? Kelihatannya enak." Mata Sevia tidak lepas dari makanan yang diinginkannya.

"Makan saja, Sayang! Semua ini memang untuk kamu." Andika mengusap rambut Sevia pelan. Kebiasaannya sedari dulu saat mereka masih bersahabat sampai akhirnya jadian dan sekarang menjadi mantan kekasih.

Sevia menghentikan gerakannya saat dia akan mengambil makanan. Hatinya menangis, dia teringat kembali kalau sekarang di antara mereka sudah tidak seperti dulu lagi.

"Via, aku minta maaf dengan semua kesalahanku. Aku menyesal telah menghianati kamu. Aku harap kamu mau memaafkan aku dan kita kembali menjadi sahabat." Andika menatap Sevia lekat. Sisi lain di hatinya merasa tidak rela melepaskan Sevia tapi di sisi lainnya juga dia mencari pasangan hidup yang sempurna bukan seperti Sevia yang memiliki keluarga yang berantakan. Apalagi dia tahu seperti apa Pak Rudi, ayahnya Sevia.

"Sudah aku bilang, aku tidak ingin membicarakan tentang masa lalu kita. Aku pulang!" Sevia langsung berdiri dan akan pergi. Namun tangan Andika langsung menahannya.

"Tunggu Via, aku tidak akan mengungkitnya lagi. Duduklah, kita makan dulu!" Andika langsung menarik tangan Sevia dan kembali mendudukan mantan pacarnya itu.

Sevia menetralkan emosi sebelum akhirnya dia menyetujui ajakan Andika. Merasa perutnya sangat lapar, Sevia pun langsung memakan makanan yang tadi tertunda.

Kenapa aku baru menyadari kalau Sevia wajahnya tidak membosankan bila dipandangi terus. Berbeda dengan Ines yang cantik karena polesan make-up, batin Andika.

Keduanya asyik menikmati hidangan yang ada di meja. Sambil bercerita mereka menghabiskan makanan yang ada di meja. Setelah menghabiskan makanannya, Andika memberikan sebuah minuman kepada Sevia yang berwarna merah. Tanpa curiga, Sevia langsung meminumnya hingga tandas.

"Di, minuman apa sih? Kenapa rasanya aneh?" Sevia mengecap-ecap lidahnya merasakan sisa minuman yang masuk ke mulutnya.

"Ini minuman penghilang masalah, aku selalu meminumnya saat pikiranku sedang ruwet," terang Andika. "Mau lagi?"

Sevia hanya menganggukkan kepalanya karena dia merasa sudah pusing. Melihat Sevia yang sudah mulai pusing, Andika langsung mendekatinya. Dia memberikan lagi minuman yang akan membuat yang tidak biasa meminumnya menjadi cepat mabuk.

Di gelas yang kedua, Sevia masih setengah sadar. Andika memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya pada mantan kekasihnya itu.

"Sevia, apa kamu masih mencintai aku?" bisik Andika di telinga Sevia dengan tangan mengelus paha Sevia pelan.

"Aku selalu mencintaimu, tapi kamu malah mengkhianati aku hiks hiks hiks." Sevia terisak teringat dengan hubungannya yang kandas.

"Aku juga masih mencintaimu, Via. Ayo kita lakukan pembuktian untuk cinta kita!" Andika memberikan satu gelas minuman lagi pada Sevia, membuat gadis itu melakukan hal di luar kesadarannya. Sevia mulai bicara tidak karuan meluapkan isi hatinya.

Tidak ingin mensia-siakan kesempatan yang ada, Andika mengangkat tubuh Sevia agar duduk di pangkuannya. Dia menarik tengkuk Sevia dan langsung meraup bibir yang selalu mengiyakan setiap keinginannya. Lama memainkan indra pengecap dan saling bertukar saliva, Andika mulai membuka satu persatu kancing baju Sevia. Namun, saat dia ingin menghisap buah yang kenyal itu, ada seseorang yang menerobos masuk ke dalam bilik yang membuatnya kaget. "Mr. Dave," lirih Andika.

Dave langsung menarik Sevia yang sudah mabuk. Dia memakaikan jas pada tubuh istrinya karena terlihat bajunya sudah terbuka sebagian. Mata birunya menatap nyalang pada Andika.

"Besok, kamu hubungi bagian HRD dan ambil gaji terakhirmu. Aku tidak sudi memiliki karyawan brengsekk sepertimu!!!" Ingin rasanya Dave membuat Andika babak belur tapi kondisi Sevia membuat dia lebih memilih untuk pergi dari tempat itu.

"Harry, kamu urus dia. Berikan dia sedikit pelajaran karena telah mengusikku," Titah Dave sebelum dia beranjak pergi dari restoran itu.

Dave segera membawa Sevia ke hotel terdekat karena tiga puluh menit lagi dia harus meeting dengan klien penting di restoran yang tadi. Saat sampai di kamar hotel, Dave segera membawa Sevia ke kamar mandi. Dia langsung memandikan Sevia yang masih bicara tidak karuan karena efek mabuknya belum hilang sepenuhnya meski sudah diguyur oleh air.

"Sial, kamu malah menggoda aku!" gerutu Dave saat melihat Sevia menggeliatkan tubuhnya di dalam bathtub seperti gerakan erotis.

...~Bersambung~...

Hai hai Author hadir lagi, insyaallah mulai rutin up..nantikan terus ya kisah Dave dan Sevia. Jangan lupa sawerannya biar Author semangat up nya.