" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyiram tanah di belakang rumah
Satu Minggu berlalu sejak Antika dan Aldi memutuskan bekerja sama dengan amang Ipan, sementara untuk mentok sayuran, namun kali ini Antika dan Aldi kebingungan karena tidak ada stok sayur lain yang mereka miliki, Aldi pernah mengusulkan untuk naman sawi namun untuk menanam sawi harus membuka lahan lagi, sedangkan untuk menambah lahan mereka harus upgrade lahan dengan poin yang cukup nguras dompet virtual sang istri.
" Bagaimana mas, ini amang ngechat, kalo ada sayur hijau lain selain kangkung, walau kangkung langsung habis namun kan cuma satu jenis, pelanggan amang ada tanya sayuran lain juga, kalo ada mau ambil.!" Jelas Antika saat melihatkan isi chat dari ponsel suaminya.
" Poinnya cukup gak ma untuk upgrade lahan? Kalo bibit kita sepertinya cari ke warung mbok Iyah dulu mas belum ada lihat bibit sawi, adanya bibit bayam, dan kacang panjang." Ujar Aldi yang menatap wajah Antika dengan bingung dan khawatir.
" Kita coba tanya Tejo aja mas." Jawabku, dan tak lama terdengar suara tejo.
" Nyonya dan tuan bisa membuka perkebunan di lahan milik tuan dan nyonya, contoh di dunia nyonya, virtual atau dunia lain yang berkaitan dengan nyonya dan tuan." Jawab Tejo.
" Di dunia kami, apakah sama dengan hasil di kebun virtual? " Tanyaku lagi.
" Bisa nyonya, anda bisa gunakan air dari ruangan ini untuk menganti air yang lain." Jawab Tejo.
" Bolak balik dong saya ke sini." Keluhku, dan malah dapat kekehan dari Tejo, aku melotot kesal.
" Tidak apa nyonya, sesekali olahraga." jawab Tejo, aku yang mendengar meringis membayangkan lelahnya.
" Gak ada cara lain kah, Tejo, untuk mengambil airnya?" Kini mas Aldi yang bertanya.
" Bisa tuan, sebenarnya gampang aja cukup tuan atau nyonya ambil air di sumber mata airnya dengan wadah apa pun, bisa di campur dengan air minum atau air biasa milik tuan." Jawab Tejo, sedikit masih terkekeh.
" Astaghfirullah..Tejo..kamu ngerjain saya ya, kalo bisa di ambil dan di campur kenapa kamu ngomong pakai kebelinger segala." ujarku kesal.
" Maaf nyonya, habis nyonya gak tanya." Jawab Tejo.
" Ini saya balik dulu ambil wadah, titip tuanmu, awas kamu sesatkan." ucap Antika, detik kemudian hilang dan detik kemudian dia kembali membawa teko kaca bersih yang baru dia beli dan sudah di cuci pastinya.
Antika berjalan mengisi air itu ke dalam teko kaca, berapa menit kemudian ia kembali mendekati Aldi, Antika rencana mau campur dengan air sumur belakang rumah, yang sering mereka ambil untuk mandi dan sebagainya, untungnya air ini gak ada efek samping yang negatif jadi aman di konsumsi.
" Lombok sudah ada berapa peti?" Tanya Aldi.
" Sekitar 70 peti mas, tomat baru 40 peti." Jawabku.
":Ini gak sekalian di panen aja ma, biar genap?" jawab aldi.
" Habis panen tanam apa?" tanya Antika bukanya menjawab,alah bertanya.
" Kacang panjang kali ya ma, ini waktunya cuma 3 jam aja masa panen, bayam juga 3 jam, apa mau coba?" Jawab Aldi, dan benar saja terlihat jelas waktu masa panennya.
" Tejo...aman kan kalo sayuran di timbun di sini dulu? Apa ada batas waktu kesegarannya?!" Tanya ku pada tejo.
" Tida ada nyonya, di sini nyonya ambil bulan depan juga aman aja, tapi nanti jadi gunung sayur nyah." Jawab Tejo tak lupa suara kekeh nya terdengar, Aldi yang mendengar pun ikut tertular.
" Oke gass...." ujar Antika dengan semangat.
Hari itu juga, Antika dan Aldi memanen tomat yang beberapa jam tadi mereka tanam, dan kini di ganti dengan kacang panjang, dengan durasi di percepat jadi 2 jam, karena antika akan menyiram kembali setelah 1 jam tumbuh, Antika dan Aldi kembali ke pulang, ternyata masih siang, Antika memasak untuk makan siang, jam 2 Antika kembali ke kebun bersama Aldi sejak satu Minggu berkebun Aldi mendapatkan selang otomatis langsung tersambung dari air sungai setelah beberapa" kali panen.
" Hallo mang mau tanya bayam, kacang panjang masuk gak? " Suara Antika melengking menelpon seseorang, anak-anak sampai menoleh semua ke arahnya, Antika yang melihat anak buahnya pada melihatnya dia jadi merasa bersalah.
" Maaf mama mengagetkan kalian." ucapku tak enak dan merasa bersalah, sedangkan Aldi yang bawaannya tenang hanya menggeleng melihat tingkah istrinya, dia tau istrinya lagi bahagia.
" Iya masuk dong mba Tika...gas mba ada berapa banyak, " jawanya tak kalah antusias.
Sejak mengambil sayur dari keluarga Aldi dan Tika, usaha pengepul pak Ipan jadi besar dan banyak pedagang kecil Atau besar mengambil di tempatnya, karena pak Ipan ingat pesan Tika dan Aldi untuk membagi rezeki ke pengepul lain, akhirnya Tika dan Aldi memperbanyak kiriman.
Antika menjelaskan ada kangkung sekian karing, ada kacang sekian karung dan bayam sekian karung, mungkin akan bertambah di antaranya gak. Tau berapa karung, Antika gak mau asal ngomong, hanya bilang akan bertambah aja.
Pesanan utama lombok dan tomat, tetap jadi nomor satu di kalangan pengepul sayur, jadi di lebihkan oleh Tika, setiap 2 jam sekali Tika memanennya bergantian, hingga malam.
Seperti biasa mobil masuk jam 2 pagi, mengambil semua, namun kali ini pakai truk karena banyaknya peti lombok dan tomat yang di ambil.
" Wah...mas..mba... terimakasih sudah ngerepotin."ucap sungkan seorang pekerja, Antika dan Aldi hanya tersenyum ramah.
" Di minum dulu pak, " tawar mas Aldi pada para pekerja itu.
" Wah...badanku jadi enakan nih, padahal lumayan tuk peti-tomatnya mantep." celetuk salah satu pekerja yang terkejut campur senang.
" Lah kamu baru sih, saya loh sudah sering kesini, makanya tadi dengar ada pengangkatan otw gak lah..." jawab pria bertopi abu-abu itu dengan bahagia.
" Mas Aldi,..boleh gak saya bawa pulang ini kopinya, untuk habis kerja nanti saya minum biar gak capek, solanya kalo habis minum kopi dari rumah mba dan mas pasti hilang capek saya." Ucap pria itu jujur dan di angguk'in oleh yang lain.
" Tejo, boleh gak saya kasih sedikit air untuk mereka?" tanyaku dalam pikir.
" Silahkan nyonya selama itu dalam kewajaran, tidak di salh gunakan.
" Terimakasih Tejo, ..semoga berkah untuk mereka." Ucapku dalam hati.
" aamiin.." Jawab Tejo, dan membuat Aldi terkejut pasalnya belum pernah Tejo ngucapin amin, Aldi yang sedari tadi mendengar hanya diam aja.
" Sebentar saya buatkan dulu, " Ucap Tika dan tak lama keluar membawa botol bekas minum Yang sudah di isi air kopi dan teh.
" Wah..terimakasih mba Tika mas Aldi, semoga usahanya semakin lancar..." Ucap mereka hampir berbarengan, dan di Aminin oleh semua.
" Terimakasih mas, jangan jera ya kesini, " Ucap Aldi yang berusaha ingin berbaur dengan yang lain.
" Siap mas Aldi.." Ucap pria itu diatas truk, dan melambai.
" Setelah mobil truk pergi baru lah Aldi dan Antika masuk, dan anehnya setiap malam jika ada transaksi sayur atau tomat, selalu sepi kampung mereka padahal setiap malam ada pergantian ronda untuk setiap kepala keluarga.
" Kita istirahat...besok kita ada pekerjaan lain." Ucap Aldi lembut dan Antika mengangguk sambil mendorong pelan kursi roda suaminya.
Pagi menjelang, Antika bangun seperti biasa namun kali ini Antika gak membuat sarapan seperti biasanya karena hari ini hari Minggu, Antika menyiapkan air yang dia bawa dari kebun virtual, dan mencoba mencampurkannya ke air di baskom sebelum ke sumur, air keruh itu menjadi jernih hingga dasar nya pun terlihat tak ada kotoran yang mengendap.
" Wau....airnya jernih sekali bis pakai untuk bercermin." kekeh ku melihat pantulan wajahku yang terlihat jelas.
" Bismillah..." Ucap ku sambil meneteskan air ke dalam sumur.
Beberapa detik kemudian Antika menimba nya dan mencoba menyiram ke tanah yang terlihat sekali sangat kering.
Detik kemudian tanah yang kering itu berubah lembab, dan anehnya tanah itu tidak seperti yang terlihat seperti tanah liat basah, pas di ambil pakai tangan tanah itu terasa seperti pasir.
Antika terus menyiram tanah itu hingga mentok ke tiang pembatas tanah milik orang tuanya, Antika terdiam sesaat lalu berfikir sebelum mengambil keputusan.
Langkah kaki Antika masuk kedalam rumah, namun terhenti pandangannya melihat kedepan terlihat suaminya yang sedang memegang dinding seperti berusaha untuk berdiri dengan cara mencari pegangan.
" Mas..." ucapku pelan namun di dengar oleh Aldi, Aldi tersenyum.
" Jangan di paksa, nanti sakit." Ucapku lembut dan membantu suamiku duduk kembali di kursinya.
" Selama minum air itu, coba mama lihat kaki ku tidak lagi kurus seperti ranting pohon." Ucap bahagia Aldi, aku tersenyum melihat perubahan itu.
Awalnya antika heran saat pertama kali, namun seiringnya waktu dan terlihat perubahan dari suaminya Antika begitu senang dan berharap suaminya benar pulih lagi.
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
lanjuttt