Alea, wanita tangguh berusia 25 tahun, dikenal sebagai bos mafia paling ditakuti di Itali. Dingin, kejam, dan cerdas—tak ada yang bisa menyentuhnya. Namun, sebuah kecelakaan tragis mengubah segalanya. Saat terbangun, Alea menemukan dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 16 tahun bernama Jasmine—gadis cupu, pendiam, dan selalu menjadi korban perundungan di sekolah.
Jasmine sendiri mengalami kecelakaan yang sama... namun jiwanya menghilang entah ke mana. Kini, tubuh rapuh Jasmine dihuni oleh jiwa Alea sang bos mafia.
Dihadapkan pada dunia remaja yang asing dan penuh drama sekolah, Alea harus belajar menjadi "lemah"—sementara sisi kelam dan insting mematikan dalam dirinya tak bisa begitu saja dikubur. Satu per satu rahasia kelam tentang kehidupan Jasmine mulai terkuak—dan sepertinya, kecelakaan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Apakah Alea bisa bertahan di tubuh yang tak lagi kuat seperti dulu? Atau justru Jasmine akan mendapatkan kekuatan kedua untuk membalas semua lu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinata Ochie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Proyek Sigma
Di sebuah Laboratorium yang sangat canggih dengan dinding perak dan putih, dengan suasana yang amat dingin juga mencekam, terlihat beberapa data juga monitor grafik otak, sinyal neuron dan juga statistik yang sulit di jelaskan, ruangan itu sangat besar dan berisi peralatan canggih, dalam ruangan itu ada sebuah ruang kaca yang di dalamnya terdapat kapsul, itu adalah kapsul pemindahan jiwa dalam versi lebih canggih dan modern, berbeda dengan kapsul di rumah sakit tua dimana Alea berusaha melakukan pemindahan jiwa.
Di dalam kapsul itu terdapat tubuh Cecilia yang di penuhi luka bakar akibat ledakan tempo hari, Cecilia masih hidup namun lukanya cukup parah. Kini seluruh tubuh Cecilia di penuhi oleh alat medis juga beberapa selang infus. Dalam Laboratorium itu juga ada beberapa orang medis juga dokter yang memeriksa keadaan Cecilia, mereka memantau secara detail kondisi Cecilia, mulai dari detak jantung, pernapasan sampai kinerja otaknya pun di periksa dengan sangat teliti,
Tak lama datang lah seorang wanita dengan pakaian jubah panjang berwarna hitam, ia memasuki ruangan kaca itu dan mendekati kapsul yang di dalamnya terdapat Cecilia.
Wanita itu adalah direktur utama dari proyek ini, ia datang untuk melihat hasil karya para ilmuwan di Laboratorium itu. Salah seorang profesor mendekati direktur Ella.
"Bagaimana kondisinya" tanya Ella.
"Walaupun lukanya cukup parah namun aktivitas kesadarannya cukup stabil, dia bisa di selamatkan" ucap profesor itu.
"Kerja bagus, lanjutkan sesuai prosedur" Ella tersenyum dingin ia memandang ke arah Cecilia.
"“Cecilia sudah membuktikan bahwa subjek Alea layak dikejar. Saat dia sadar nanti beritahu padanya bahwa proyek Sigma dimulai kembali.”
Ella lalu pergi meninggalkan ruang kaca itu, langkahnya terdengar ke seluruh Laboratorium.
Ella keluar dari Lab, ia menghubungi beberapa petinggi The Sigma untuk datang ke tempat pertemuan, ia ingin membahas kelanjutan proyek The Sigma, setelah menutup teleponnya Ella bergegas ke ruang pertemuan, ia akan mengadakan rapat penting dengan para petinggi proyek The Sigma. Pertemuan itu di lakukan di sebuah ruangan di bawah Laboratorium, Ella masuk kedalam lift untuk ke ruang pertemuan, para pengawal memberi hormat pada Ella ketika ia melewati mereka. Ella merupakan wanita paling di takuti di seluruh organisasi ini, dia wanita paling kejam dan sadis, Ella akan melakukan apapun demi mewujudkan semua keinginannya. Bahkan tak ada satu orang pun yang berani melawan Ella meski itu para petinggi dalam proyek ini.
Saat Ella masuk kedalam ruangan, sudah ada beberapa orang yang hadir di sana, mereka sudah siap dengan dokumen yang memang sudah di persiapkan sebelumnya. Ella duduk di kursi paling ujung, karena itu merupakan kursi utama. Tinggal menunggu beberapa orang petinggi lagi yang belum hadir. Setelah menunggu selama lima menit mereka akhirnya datang.
"Kalian terlambat sepuluh menit" Ella menggerakkan meja, semua yang hadir tertunduk ketakutan.
"Waktu adalah uang kalian tau itu, dasar bodoh" maki Ella.
"Maaf kan kami ketua" jawab mereka. Lalu Ella memulai pertemuan itu. Ia membahas tentang proyek The Sigma. Proyek yang tujuan awalnya adalah menciptakan manusia abadi yang memiliki multi kesadaran ganda yang stabil dalam satu tubuh, dengan subjek aktif yang mereka sebut dengan manusia tertinggi.
Jadi proyek Alea - Jasmine bukanlah suatu proyek yang gagal melainkan pengembangan dari proyek awal mereka, ini merupakan keberhasilan yang di luar dugaan, jika saja Alea/Jasmine tetap stabil dalam satu tubuh akan menjadi kesuksesan besar bagi mereka.
"Kita bisa menjual proyek ini dengan harga yang cukup fantastis pada negara ataupun militer negara lain" ungkap Ella.
"Bisa kalian bayangkan subjek kita memiliki dua jiwa yang menjadi satu, mereka tidak saling menghapus tetapi justru lama kelamaan mereka menyatu dalam tubuh yang sama, bukankah itu hebat" Ella tersenyum licik.
Setelah pertemuan berakhir, Ella memerintahkan untuk melakukan penangkapan Alea / Jasmine, dan ia mengaktifkan beberapa orang hasil eksperimen Sigma yang gagal total, mereka adalah...
Justin pria muda yang memiliki dua jiwa tetapi salah satunya terfragmentasi, membuatnya bertarung dengan dirinya sendiri.
Selena wanita buta dengan kemampuan merasakan “resonansi jiwa”. Tubuhnya rapuh, tapi pikirannya sangat tajam.
Dante pria bertubuh besar dengan tubuh yang menolak semua jiwa kecuali satu, sehingga dia “kosong” saat tidak dalam misi.
Ella mengaktifkan mereka untuk melakukan tugas penting ini.
"Tangkap Alea-Jasmine hidup-hidup. Jangan sampai kalian rusak tubuhnya. Dan juga jangan ganggu integrasi kesadarannya. Jika semua gagal, hancurkan saja"
Perintah Ella. Mereka mengangguk tanda mengerti lalu mereka pun pergi menggunakan kendaraan masing-masing, hanya Selena yang di dampingi oleh seorang pengawal, karena keterbatasannya dalam melihat. Mereka mengikuti jejak sinyal yang di tanam pada tubuh Jasmine yang sama sekali tak di sadari oleh Alea.
...----------------...
Di tempat berbeda Raka mengajak Alea bersembunyi untuk sementara di sebuah pedesaan tempat pamannya tinggal, desa itu sangat jauh dari kota, Raka dengan alasan ingin berlibur mengunjungi pamannya dan meminta ijin pada ibu Jasmine. Agar wanita itu tak curiga dan khawatir akan putrinya. Desa itu sangat asri dan indah semua penduduk bekerja sebagai petani gandum, ada juga yang beternak sapi, kambing, babi juga unggas. Raka dan Alea sangat di terima di rumah itu, rumah sederhana yang jauh dari kesan mewah juga modern, namun nampak bersih dan terawat. Pada depan rumah terdapat taman bunga yang sangat indah, walaupun pekarangan rumah itu tak luas namun penataan tanamannya terkesan estetik dan menarik. Alea bahkan terkagum-kagum dengan rumah sederhana itu.
Raka menjelaskan maksud dan tujuan mereka datang ke sana, paman serta bibi Raka memahami semua cerita Raka, dan mau menerima mereka sementara untuk tinggal di sana. Kini mereka mencoba untuk hidup normal sebagai petani di rumah itu. Raka dan Alea juga membantu berkebun, juga belajar bercocok tanam, mereka berdua memakai pakaian sederhana selama di rumah paman Raka.
"Paman James apa disini aman" tanya Raka.
"Tenang aja Ka, di sini aman kok" jawab James.
"Soalnya Raka takut ada yang ngejar kita berdua sampai sini paman" ucap Raka.
"Paman akan menjamin keselamatan kalian" ucap James.
"Raka, Raka, cepat ke sini nak" teriak bunuh Raka. Mendengar suara teriakan dari dalam Raka dan James bergegas masuk ke dalam.
"Ada apa Silvia" tanya James.
"Sayang liat tuh si Jasmine tiba-tiba aja nangis" Silvia menunjuk ke Alea.
"Jasmine are you ok" tanya Raka.
"Jasmine takut Ka, Jasmine takut" Alea terisak lalu memeluk Raka.
"Apa yang kau takutkan Jasmine" tanya Raka.
"Siapa yang takut, heh ngapain kamu peluk peluk aku, pergi sana jangan deket deket" Alea mendorong tubuh Raka lalu pergi begitu saja.
Raka sangat bingung dengan perubahan Alea yang selalu tiba-tiba.
"Akan sampai kapan seperti ini terus" gumam Raka.
...****************...
Desa tempat tinggal James sangat lah hangat, semua penduduknya bersikap biasa saja, mereka hidup rukun dan tentram, susana pedesaan yang cukup sejuk, dengan banyaknya ladang jagung dan gandum di sepanjang jalan menuju desa. Namun ketenangan desa itu terusik oleh datangnya pria tua yang penuh misteri di desa itu.
Pria itu diam diam memata-matai Alea, ia selalu duduk di teras depan rumahnya sambil terus memantau Alea. Terkadang ia mengambil photo Alea secara diam diam menggunakan kamera canggih. Setelah mengambil photo Alea ia mengirimkannya pada direktur pusat untuk melapor.
“Target terpantau. Integrasi kesadaran berjalan stabil. Izin tangkap kapan saja.” Pria itu mengirim pesan setelah mengambil photo Alea.