NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Cinta Hitam

Terjebak Dalam Cinta Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Obsesi / Trauma masa lalu
Popularitas:952
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Seorang wanita penipu ulung yang sengaja menjebak para pria kaya yang sudah mempunyai istri dengan cara berpura - pura menjadi selingkuhannya . Untuk melancarkan aksinya itu ia bersikeras mengumpulkan data - data target sebelum melancarkan aksinya .

Namun pekerjaannya itu hancur saat terjadi sebuah kecelakan yang membuatnya harus terlibat dengan pria dingin tak bergairah yang membuatnya harus menikah dengannya .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25.Rasa yang Belum Bernama

Jakarta menua perlahan dalam sorot mentari pucat. Di kamar yang dibanjiri aroma buku tua, Aurora duduk di tepi ranjang sambil menimang sehelai surat yang sama—surat bertinta sepia dengan nama Dira Maresya tertera bagai bisikan rahasia. Jemarinya menyelusur huruf demi huruf, seakan dari celah tinta itu ia bisa memanggil arwah sang penulis—ibu kandung Tristan.

Di balik punggungnya, Tristan masih terlelap. Dadanya naik‑turun teratur, rambutnya kusut menyentuh bantal. Aurora memandangnya sebentar, lalu menyelipkan surat itu ke balik bantalnya sendiri—satu langkah kecil untuk menunda percakapan yang jelas belum siap ia buka. Ia berjanji, hanya butuh waktu mengurai makna sebelum menghadirkannya kepada Tristan.

Ia mencium pelipis laki‑laki itu singkat, lalu bangkit: hari ini masih panjang, dan pencarian sunyi telah resmi dimulai.

 $$$$$

Taman kota lengang selepas hujan tipis. Embusan angin masih lembap kala Kalea duduk di bangku kayu, sweater rajut biru muda membingkai bahunya. Arya menghampiri dengan dua gelas kopi kertas, uap tipis mengambang bagai isyarat pelan.

“Masih suka kopi hitam?” tanya Arya, menawarkan salah satu gelas.

Kalea menerimanya. “Suka… tapi kadang terlalu pahit. Namun pahit justru mengingatkanku masih hidup.”

Arya duduk, mencondongkan tubuh. “Kau tahu apa yang membuatku pertama kali membantu Aurora? Bukan semata kasihan—aku melihat keberanian kalian berdua. Dua gadis panti yang di mata banyak orang hanya angka statistik, tapi kalian menantang permainan orang‑orang sepertiku.”

Kalea menatapnya. “Dan kau menyesal ikut permainan itu?”

“Aku menyesal tak ikut lebih cepat.” Arya menghela napas. “Ayahku pergi waktu aku remaja. Ibuku sibuk bekerja dua shift. Aku tumbuh dengan sahabat bernama Kesepian. Saat dewasa dan menjadi pengacara firma keluarga Tristan, aku pikir aku sudah cukup tangguh. Tapi ketika melihat Aurora hampir dipaksa menandatangani kontrak busuk di klub malam, aku merasa berdosa kalau tetap jadi penonton.”

Kalea menunduk, menggenggam cangkir. “Kau muncul di momen kami paling rapuh… Aku sendiri tak ingat kapan terakhir ada seseorang berdiri di pihakku tanpa pamrih.”

Arya menyentuh lengan Kalea pelan. “Aku berdiri di pihak kalian karena kalian mengingatkanku pada janji yang kulupakan—janji jadi manusia sebelum menjadi profesional.”

Kalea mengangkat wajah; matanya berembun cahaya sore. “Lantas kenapa sekarang masih bertahan? Auroranya sudah selamat.”

“Aku bertahan… karena di tengah keributan itu aku melihatmu, Kalea.” Arya tersenyum tipis. “Melihat cara kau menahan takut tapi tetap melindungi Aurora. Itu keberanian yang tak kutemukan di kantor korporasi mana pun.”

Hening merapat di antara mereka, namun bukan dingin—lebih mirip selimut tipis.

Kalea menggigit bibir. “Aku takut kecewa lagi, Arya. Kehilangan kebiasaan mempercayai.”

“Kalau begitu, biar aku jadi eksperimen kecilmu,” bisik Arya. “Kita mulai dari satu teguk hangat, lalu satu percakapan jujur. Jika butuh berhenti, berhentilah. Aku akan tetap duduk di sini.”

Kalea melepaskan napas lama, senyum tipis terbentuk. “Baik. Percakapan jujur pertama: kalau suatu hari aku jatuh, kau akan—?”

“Aku ada untuk memegang, bukan menilai.”

Kalea tersenyum, kali ini lebih lebar. Ia menyentuhkan ujung cangkir pada cangkir Arya. “Kalau begitu, mari uji hangat ini. Perlahan.”

Arya menempelkan cangkirnya. “Perlahan… tapi pasti.”

Mereka saling menyesap kopi. Di kolam, ikan‑ikan meninggalkan riak, seolah menandai awal perjalanan baru dua hati yang sudah lama enggan percaya. Di atas mereka, langit mengurai awan, memberi ruang cahaya keemasan menyinari bangku kayu—tempat percakapan jujur pertama menemukan rumahnya.

 $$$$$$

Di rumah Menteng, senja menembus kaca jendela ruang baca, memercik warna keemas‑emasan di dinding. Aurora duduk di karpet, menata buku‑buku puisi sang ibu—warisan yang baru didapatnya kemarin. Tristan datang membawa dua cangkir teh melati.

“Kau tampak tenggelam,” katanya, duduk menyilang di hadapannya.

“Aku menemukan beberapa catatan kecil ibumu di sela puisi,” ujar Aurora, menyimpan lembut satu buku. Bukannya berbohong; ia hanya menunda bagian paling rahasia. “Indah sekali cara beliau menulis. Seperti berbicara kepada angin.”

Tristan tersenyum lembut. “Ia menulis hampir setiap malam. Kadang aku bangun pukul tiga, melihat lampu kecilnya menyala. Katanya, menulis membuatnya merasa dunia tak sekadar dinding marmer.”

Aurora mencicip teh. “Apa yang paling kau rindukan darinya?”

“Hm… suaranya. Ia sering membacakan puisi, bukan untuk dipahami, tapi untuk dirasakan. Aku—” Tristan berhenti sejenak. “Sempat kubenci puisi setelah ia tiada, karena setiap diksi serasa menggugurkan ingatan.”

Aurora meletakkan cangkir, mendekat, memutar wajah Tristan dengan kedua tangan. “Seberapa berat pun ingatan, ia tetap bagian dari napasmu. Menyingkirkannya sama dengan berhenti bernapas.”

Tristan menutup mata, merasakan telapak Aurora di pipinya. “Maukah kau membacakannya untukku suatu malam? Dengan suaramu?”

“Aku akan baca,” bisik Aurora, menyentuhkan kening mereka. “Tapi bukan malam ini. Aku perlu memilih puisi yang tepat.”

Ia belum siap mengungkap nama Dira Maresya, tetapi ia siap menjadi jembatan Tristan menuju cahaya pelan‑pelan.

 $$$$$$

Di sayap lain rumah, Clarissa berdiri di gudang arsip. Ia memerintah penjaga menyalakan lampu neon yang menyorot rak‑rak berdebu. Di tangannya, ponsel terhubung pada suara seorang pria.

“Saya sudah periksa,” kata suara itu. “Mereka mulai mencari catatan lawas. Nama Dira Maresya muncul.”

Clarissa mengepalkan ujung mantel. “Hapus semua jejak sebelum mereka menyatukan potongan. Mulai dari kamar belakang—lemari besi dekat pianola tua.”

“Dimengerti.”

Clarissa memutus panggilan, menatap lemari yang teronggok di sudut ruangan, terkunci oleh gembok tua. Wajahnya tak berubah—tenang seperti patung marmer—namun di balik ketenangan itu, badai berputar tanpa suara.

 $$$$$$

Senja menyusut, malam merangkak di luar jendela besar ruang baca. Aurora menutup buku puisi, meraih tangan Tristan.

“Entah ini cinta, atau rasa yang belum sempat kita beri nama,” bisiknya, “tapi aku di sini. Dan aku akan tetap di sini, bahkan ketika puisi berubah jadi sunyi.”

Tristan mengecup jemarinya. “Maka biarkan aku menunggu kata itu tumbuh. Perlahan, seperti yang kau dan aku butuhkan.”

Lampu kota berpendar di kejauhan. Dua hati duduk berdekatan, membiarkan keheningan menulis paragraf baru—bab di mana kepercayaan menetas, dan nama yang tersembunyi menunggu untuk terungkap pada waktunya.

.

.

.

Bersambung.

1
Kutipan Halu
wkwk menyala ngk tuhhh 😋😋
fjshn
ngapain takut rora? kan Tristan kan baikkk
fjshn
tapi sama sama perintah dongg wkwk tapi lebih mendalami banget
fjshn
sejauh ini baguss banget kak, and then Aurora sama lea gadis yang hebat aku sukaaa semangat buat kakak author
Kutipan Halu: semangat jugaa yaa buat kamuu, mari teru perjuangkan kebahagian hobi kehaluan ini 😂😂
total 1 replies
fjshn
datang ke rumah aku aja sini biar aku punya kakak jugaa
Kutipan Halu: autornya ajaaa ngk sih yg di bawa pulang wkwk😋😋
total 1 replies
fjshn
bjir keren banget dia bisa tauu
fjshn
woww bisa gitu yaa
fjshn
wadihh keren keren pencuri handal
fjshn
hah? sayang? masa mereka pacaran?
fjshn
alam pun merestui perjanjian kalian keren kerennn
fjshn
aduh leaa kasih tapi dia mandiriii
Kutipan Halu: diaaa punya susi kecantikan dan sikap manis tersendirii yaa kann 😂😇
total 1 replies
fjshn
keren nih Aurora, auranya juga menyalaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!