NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

Satu minggu terakhir sejak kejadian penyerangan di tempat tambang berlian. Shinkai sama sekali tidak pernah ke mana-mana. Ia fokus untuk menjaga keluarga bu Dyn di toko bunga. Bahkan untuk mengantar pesanan pun tidak diperbolehkannya. Seluruh penambangan berlian dijaga ketat oleh para pasukan Gloine.

Kala malam larut pun, Shinkai masih terus terjaga. Sesekali Taza datang untuk memastikan. Akan tetapi, sejauh ini semua aman terkendali. Tidak ada lagi penyerangan, teror atau informasi tentang hal serupa. Sudah sangat jelas bahwa pasukan teror itu sengaja menghentikan pergerakan karena penjagaan yang ketat dan kewaspadaan.

“Maaf, tadi aku harus menemui tamu dulu. Ini, catnya. Warna coklat muda untuk bagian dinding. Coklat tuanya untuk bagian tiang. Mohon bantuannya,” pinta seorang pria paruh baya yang ramah.

Tepat di hari ke delapan Shinkai berjaga di lingkungan tempat tinggalnya, datang seseorang yang merupakan kerabat dari bu Dyn. Namanya paman Jim. Rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari rumah bu Dyn. Ia datang dengan tujuan ingin mencari seseorang yang bisa membantunya untuk mengecat dinding museum pribadinya. Ia mengaku kesulitan menemukan orang yang mau diminta untuk melakukan pekerjaan itu karena tetangga sekitarnya tidak ada yang sedang menganggur.

Maka bu Dyn menawarkan Shinkai untuk dimintai tolong, ditambah dengan ejekan Aimee yang mengatakan bahwa Shinkai telah mogok kerja selama satu minggu.

Lagipula, semua tampak aman sekarang. Beberapa titik juga sudah dijaga oleh Pasukan Gloine. Shinkai tidak punya alasan lagi untuk menolak.

“Tak apa, Paman Jim. Terima kasih.” Shinkai memulai pekerjaan.

Paman Jim memiliki halaman rumah yang sangat luas dan penuh dengan rerumputan. Di dalamnya ada dua bangunan utama yang tak kalah luas, yakni rumah dan museum pribadi yang dibangun terpisah. Di depan museum itu, terdapat saung yang biasa digunakan duduk santai untuk membaca buku. Museum itu sendiri lebih banyak berisi buku-buku lama yang disimpan turun temurun oleh keluarga paman Jim. Seharusnya bangunan itu bisa disebut perpustakaan, hanya saja paman Jim lebih suka menyebutnya museum pribadi karena ada banyak barang antik peninggalan leluhurnya.

Belum sampai seperempat bagian, tenaga Shinkai sudah lumayan terkurang dibuatnya. Keringatnya bercucuran di sekujur tubuhnya. Sebelumnya, Shinkai pernah mendengar nama paman Jim yang diceritakan bu Dyn. Hanya saja, ia baru pertama kali bertemu secara langsung.

“Ke marilah anak muda,” panggil paman Jim kepada Shinkai. Ia tengah duduk manis di saung dengan cara lesehan.

Tanpa waktu lama, Shinkai sudah duduk manis di hadapan paman Jim.

“Kau anak muda yang terampil. Hasil kerjamu sangat rapi.” Paman Jim memuji.

“Terima kasih. Aku hanya terbiasa.”

“Aduh, aku benar-benar tidak mengerti mengapa Dyn merahasiakan pemuda terampil sepertimu selama beberapa tahun terakhir. Andai saja aku tahu dari dulu, sudah pasti museum tua ini tidak akan seburuk sekarang.”

Shinkai hanya mengangguk. Tidak tahu harus menjawab apa. ia tidak terbiasa bersikap formal. Mulutnya seolah gatal ingin mengeluarkan kata-kata ejekan untuk Aimee. Kini ia harus berlagak sesopan sang pangeran kerajaan.

“Mendiang suami bu Dyn adalah sepupuku. Sejak kecil, kami selalu bersama. Bahkan sama-sama berhasil menggapai cita-cita yang kami inginkan. Rela melakukan perjalanan panjang menuju induk kota dan menjadi pengawal raja. Ia sangat terkejut karena dirinya berhasil. Padahal, seharusnya aku yang lebih terkejut terhadap diriku. Perkembanganku jauh lebih lamban dibanding dirinya,” tutur paman Jim.

Sekali lagi Shinkai mengangguk. Ia menegak minuman dingin yang disediakan. Seraya menyantap makanan ringan yang menggiurkan. Tak masalah walau tanpa adanya buah pir hijau favoritnya.

“Jagalah orang-orang berharga bagi mendiang suami bu Dyn. Tolong, lakukan untukku,” pinta paman Jim.

Shinkai mengangguk pelan.

“Atau jaga atas keinginanmu sendiri yang telah menjadi murid Tevy.”

Seketika mata Shinkai membulat karena terkejut.

Paman Jim tertawa kecil, “Aku lebih dulu memilih rofess daripada dikeluarkannya Tevy, Nak. Tapi aku adalah pengamat yang baik. Untuk memastikan bagaimana jauhnya perkembangannya dibanding aku. Pertama kali kau berjalan menuju tempat ini. Kau membawa wadah yang menampakkan gagang senjata yang terdapat ukiran penanda milik Tevy. Kau datang atas permintaan Tevy, bukan? Lebih tepatnya atas permintaan mendiang suami bu Dyn.”

Embusan angin membersamai lengang sesaat. Shinkai menelan ludah. Satu fakta yang diketahuinya. Paman Jim pernah bertemu dengan Shinkai tanpa disadarinya. Itulah rahasia yang selama ini disimpan olehnya. Kisah masa lalu Shinkai, yang bertemu dengan seorang pengawal istana yang cerdik. Lantas mempertemukannya dengan Taza dan Hoshi. Lalu melakukan pelatihan rahasia.

Sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir. Tevy atau mendiang suami bu Dyn berpesan kepada tiga muridnya itu untuk memastikan keadaan anak dan istrinya. Kala itu, Neptune masih berusia 5 tahun. Dari sebuah foto yang diberikan, mereka langsung mengetahui sosok anak kecil yang hendak diculik. Persis seperti foto yang diperlihatkan Tevy. Itu adalah Neptune. Penculik itu adalah sekelompok orang yang menggunakan senjata tempaan klan Amev. Layaknya peneror beberapa waktu terakhir.

“Aku tidak menyadari itu,” ujar Shinkai.

“Sepertinya kau merahasiakannya demi menyembunyikan identitas dirimu sebagai bagian dari Tragedi Darah Soka. Aku mengerti. Lebih baik memang demikian. Kau benar-benar tidak sekadar memastikan keadaan keluarga Tevy. Kau bahkan rela tinggal di sana selama bertahun-tahun. Padahal, ada banyak tempat yang lebih layak untukmu.”

“Layak untukku? Justru aku menetap di sini karena tidak punya tempat kembali lagi, paman Jim. Semenjak Tevy terbunuh, aku tak lagi punya tujuan. Sekutu kami bubar dan berpencar ke segala penjuru. Tak ada kelompok yang akan bertahan tanpa adanya sosok ketua. Tevy mati, artinya kelompok kami pun telah mati.”

Paman Jim mengembuskan napas, seraya menegak minuman dingin buatannya, “Setidaknya, Tevy tidak harus menyaksikan penderitaan negeri ini lagi. Maaf, sudah mengingatkanmu pada luka lama.”

“Tak apa. Justru pembahasan ini membuatku ingat sesuatu yang sempat terlupakan. Terima kasih, paman Jim. Aku akan tetap di sini dan selalu di sini. Jadi, tolong tetap rahasiakan ini,” pinta Shinkai.

Senyuman dari bibir paman Jim tersulam. Lantas mengangguk mantap. Ia benar-benar pria ramah yang pandai melunakkan hati. Ia mampu membuat Shinkai mengungkapkan isi hatinya dengan tenang.

“Paman Jim, bolehkah aku bertanya satu hal?”

“Tentu saja.”

“Siapa saja yang tinggal di rumah sebesar ini?”

“Aku sendiri. Beserta belasan pelayan.”

“Lalu, keluarga Anda?”

Paman Jim menggeleng, “Aku tidak pernah membangun keluarga.”

“Eh?”

“Singkatnya, aku kehilangan minat menikah sejak gadis pujaanku pergi untuk selamanya.” Paman Jim bertutur.

“Sekarang, justru aku yang telah membuka luka lama bagi paman Jim. Maafkan aku. Sungguh aku tidak bermaksud untuk balas dendam.”

“Itu bukan luka, Nak. Itu adalah kebodohan. Sejak remaja, ibuku selalu mengingatkanku untuk mencari gadis yang memiliki perasaan yang sama. Kalau pun si gadis belum meluluhkan hatinya, maka berusahalah. Asal jangan memaksa sesuatu yang tidak dapat ditaklukkan. Itulah yang terjadi.”

“Tapi, bukankah anda bilang bahwa dia pergi untuk selamanya?”

“Benar. Aku berteriak dan marah. Jika gadis itu tidak bisa kumiliki, maka tidak boleh ada seorang pun yang memilikinya. Ternyata ucapan itu menghasilkan hal tragis. Ya, kau pasti tahu lanjutannya.”

Shinkai mengangguk tanda mengerti.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!