Pernikahan karna sebuah perjodohan membuat Aurora tak mengenal betul sosok sang suami yang menikahinya tersebut.
Pria yang di anggapnya baik itu memang terkesan dingin seakan menyembunyikan banyak hal, termasuk wanita lain yang baru di ketahui Aurora tanpa di sengaja.
Mampukah ia menerima nasibnya yang,
"Ternyata, bukan istri pertama?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku siap menjanda.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Jawab pertanyaanku, siapa Ameena?" tanya Aurora yang kali ini berani menatap dua netra tajam milik pria yang tahu semua tentang rahasia suaminya.
"Ameena?"
"Ya, katakan padaku," mohon Aurora lagi.
Indra menarik napas berat, ia lalu memanggil salah satu pelayan untuk meminta kertas dan pulpen, ditulisnya satu alamat yang sama sekali tak diketahui letaknya oleh Aurora.
"Kota A,?" tanyanya dengan kedua alis bertautan.
"Ya, aku tak bisa mengatakan apapun karna ini menyangkut rumah tangga kalian, jika aku tahu tentang Ameena tentu itu sebelum kalian menikah. Datangi saja jika kamu penasaran, kamu bisa meminta kejelasan pada Leo disana," jawab Indra yang kali ini bicaranya tak seformal hari-hari kemarin.
"Dia disana?"
"Hem, jangan bertanya sesuatu yang sebenarnya kamua tahu," sahut Indra.
Pria itu bersandar dengan kedua tangan melipat di dada, Indra cukup terkesan dengan sikap wanita bercadar didepannya itu yang masih terlihat tenang meski kedua matanya berkaca-kaca.
Indra tahu istri sahabatnya tersebut menyimpan banyak luka dan tanya, ia juga tahu bagaimana Leo belum bisa menjalani perannya sebagai suami seutuhnya, tapi Indra tak bisa berbuat banyak kecuali menjadi pendengar yang baik.
.
.
Setelah keluar dari Resto, Aurora bergegas pergi ke alamat yang tadi Indra berikan padanya. Ia yang tak pernah kemana mana sendiri kali ini justru nekat untuk menemui suaminya. Kota A bukan kota yang terlalu jauh meski harus melewati kota-kota yang lain. Setidaknya tak perlu menempuh waktu sehari semalam untuk sampai disana.
Aurora yang tak terbiasa mengemudikan mobil sendiri harus berkali-kali menepi untuk merenggangkan ototnya, tak lupa ia juga makan dan minum meski rasanya hambar bahkan sulit tertelan. Semua ia lakukan demi bisa mendapatkan apa yang selama ini terus mengganjal di hatinya.
Mobil berjalan cukup pelan dengan kecepatan rendah saat ia sampai di alamat yang sama dengan yang tertera di kertas, sebuah area komplek perumahan yang cukup sepi bahkan ia tak bisa bertanya pada siapapun.
"Nomer 15," gumam Aurora sambil terus memperhatikan tiap-tiap rumah dengan pagar dan model bangunan yang sama.
"Ini 11, berarti tak jauh dari sini," lanjutnya lagi mulai yakin.
Dan, ia pun akhirnya menemukan apa yang sedari tadi dicari. Rumah berwarna putih berpagar hitam itu jelas tertempel angka 15.
Aurora menepikan mobilnya disisi jalan karna tak adanya lahan parkir lagi, dengan perasaan yang entah seperti apa kini ia memberanikan untuk turun dan menghampiri rumah tersebut.
Tasbih kecil yang tak pernah lepas dari tangannya seolah menguatkan langkah yang kini semakin dekat. Dan kakinya pun langsung lemas saat dengan jelas melihat ada mobil suaminya di dalam garasi sana.
'Mas, aku ikhlas jika harus menjanda sepulang dari sini, karna aku tak sekuat yang kamu pikirkan.'
Air mata yang sekuat hati ia tahan akhirnya tumpah membasahi cadar yang menutupi wajah cantiknya yang hanya sang suami lah yang tahu, tapi pria itu justru tak pernah menikmati ciptaan Tuhan tersebut.
Hampir 10 menit akhirnya Aurora sudah kembali tenang, ia berdehem berkali-kali untuk menormalkan suaranya agar tak terlalu serak. Dengan sisa tenaga yang sudah ia kumpulkan, ia pun memberanikan diri menyentuh bel yang ada di sisi pagar.
Suara nyaring itu pun berkali-kali berbunyi sampai akhirnya Aurora mendengar ada sahutah dari dalam.
"Yaaaaa, tunggu," jawab suara tersebut yang ternyata adalah suara perempuan muda. Aurora hanya bisa tersenyum getir dibalik cadarnya yang basah, ia akan mulai bersiap dengan apapun yang dilihatnya sekarang.
Cekrek.
"Assalamu'alaikum, Mba," sapa Aurora sopan saat pagar berhasil dibuka, ia tentu tak akan mengedepankan ego dan emosi sebelum tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Waalaikum salam, cari siapa ya?" tanya si wanita tersebut yang juga bergamis namun tak bercadar.
"Maaf sebelumnya, apa ini kediaman Ameena?" Aurora bertanya dengan nada terbata, sungguh perih hatinya saat harus menyebut nama wanita lain dengan bibirnya sendiri.
"Hem---" wanita itu nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mereka mendengar ada suara lain yang berteriak dari dalam rumah.
.
.
.
Siapa yang datang, Dek?
lanjut Thor 🙏🏼
Mang Udin nya ngadu tuh 🤣🤣