Terbangun dari koma, status Alisha telah berubah menjadi istri Rafael. Saat dia masih terbaring tidak sadarkan diri, ayahnya telah menikahkan Alisha dengan Rafael, laki-laki yang menabraknya hingga koma dan mengalami kelumpuhan.
Alisha tidak bisa menerima pernikahan itu, terlebih sikap Rafael sangatlah jauh dari kata suami idaman. Alisha terus memaksa Rafael untuk menceraikannya. Namun, Rafael dengan tegas menolaknya.
Mampukah Alisha bertahan? Atau Rafael menyerah dan menceraikan Alisha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceraikan Aku ~ Bab 13
Rafael sangat kesal saat mendengar ucapan Alisha yang mengejeknya bahkan meragukan ketertarikannya pada perempuan. Sebagai laki-laki yang masih normal, wajar jika Rafael tersinggung karena di hatinya jelas masih ada menyimpan rasa cinta, meski dia berusaha keras untuk menepis perasaannya itu.
Alisha kembali melihat tatapan marah dari Rafael. Mata elangnya itu seakan menembus ke dalam ulu hatinya dan siap membuatnya koyak tak berbentuk. Ritme napas suaminya yang tidak teratur membuat Alisha tersadar bahwa dia telah keliru sudah membangunkan macan yang sedang tertidur.
Alisha sangat ceroboh dan tidak berpikir panjang sebelum mengatakan sesuatu. Temperamen Rafael yang buruk seharusnya membuat gadis itu berhati-hati.
“Dari mana kamu bisa menilai kalau aku menyukai sesama jenis? Apa kamu sangat berharap mendapat ciuman dariku?” Rafael tiba-tiba mencengkeram kedua pipi Alisha dengan satu tangan besarnya.
Cengkeraman kuat itu membuat Alisha kesakitan dan ingin menangis. Dia baru saja melihat sisi kejam Rafael yang sejak awal sudah tertahan.
“Apa aku harus membuatmu telanjang dan terkapar di ranjang supaya kamu bisa menilaiku dengan jelas?”
Satu tangan Rafael yang lain mencengkeram kerah baju Alisha. Dengan napasnya yang cepat, dia menatap Alisha tanpa berkedip. Macan itu sedang marah besar saat ini.
Alisha memejamkan mata kuat-kuat. Jika dia tidak lumpuh, mungkin dia akan menendang laki-laki itu. Akan tetapi, kakinya lemas tidak bisa bergerak hanya kedua tangannya saja yang berusaha menghalangi Rafael untuk tidak bertindak.
Namun, tentu semua itu hanya sia-sia. Rafael bukan lawan yang sepadan untuk Alisha. Justru sekarang air matanyalah yang tiba-tiba keluar sebagai hasil dari ketakutan itu.
Melihat buliran bening yang bergerak pelan membasahi wajah ketakutan istrinya, Cengkeraman Rafael perlahan mengendur. Tenaganya yang kuat perlahan-lahan mulai menghilang dan akhirnya dia mundur karena rasa bersalah.
Alisha yang merasa telah terbebas mencoba memberanikan diri untuk membuka mata. Dia melihat suaminya yang kini duduk bersandar di sofa sambil memejamkan mata.
“Suster Hana, Suster Irma,” teriak Alisha ketakutan.
Dua perawat itu muncul tetapi tidak berani mendekat karena takut dengan Rafael yang kini menatap mereka dengan sorot menakutkan. Rafael lalu berdiri dan mengangkat tubuh Alisha dari kursi roda. Dia menggendong istrinya itu ke kamar lalu membaringkan Alisha dengan kasar.
“Renungkan kesalahanmu dan diam saja di kamar!” Rafael beranjak pergi dari kamar Alisha dan membanting pintu dengan kasar.
Alisha gemetaran. Meski begitu, dia merasa lega karena Rafael tidak menyakitinya apalagi sampai bertindak sesuatu yang tidak diinginkan meski mereka sudah suami istri.
Rafael melarang siapa pun untuk membuka kamar Alisha karena dia ingin menghukum istrinya itu. Dia pikir Alisha yang lumpuh pasti tidak bisa berbuat apa-apa di dalam kamarnya. Dengan begitu, Alisha bisa memikirkan kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi.
Beberapa jam berlalu, Rafael yang emosinya sudah reda kembali ke kamar Alisha. Dia ingin memastikan bahwa Alisha sudah memikirkan kesalahannya dan meminta maaf padanya. Namun, saat membuka pintu, Rafael melihat Alisha yang tertidur pulas dengan wajah yang sembab.
Dia berjalan mendekati Alisha, bermaksud untuk membangunkan gadis itu. Saat menyentuh lengan istrinya itu, iba-tiba tangan Rafael dicekal kuat. Lalu, Alisha yang masih terpejam itu membawa tangan Rafael untuk menyentuh pipinya.
“Ayah, Ayah aku ingin pergi dari sini! Bawa aku lari Ayah,” kata Alisha yang sepertinya sedang mengigau.
Mendengar ungkapan Alisha itu, Rafael merasa tersentuh. Tangannya yang lain tiba-tiba bergerak hendak mengusap kepala Alisha, meski otaknya melarang, tetapi tangan itu tetap bergerak dan berhasil membelai rambut Alisha.
selebihnya mah jelmaan 😈
sadar diri saat sekarat doang
yakin lah pasti dimaafin kok
kan cuma kata maaf doang ya kan.
ogah banget bersimpati sama manusia laknat kayak gitu.
untung alisha tidak memiliki jiwa 😈 dan pendendam seperti saya.