NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Mommy & Daddy

Mendadak Jadi Mommy & Daddy

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Perjodohan / Tamat
Popularitas:4.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mendung Kala Senja

Menjadi seorang Qinanti memang tidak mudah. Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, Qinan harus kehilangan satu-satunya keluarga yang ia punya yaitu sang kakak kandung bernama Rakka. Sebelum kepergiannya, Rakka menitipkan Anggit yang tengah hamil 7 bulan pada Qinan. Bermodal usaha olshop yang ia rintis bersama almarhum Rakka, Qinan berusaha mewujudkan mimpi Rakka untuk memberikan kehidupan yang layak untuk anak dan istrinya.

Tapi kehidupan Qinan tentu tidak sedrama itu. Setelah kepergian Rakka, justru Anggit memboyong Qinan untuk tinggal di rumah keluarganya yang kaya. Namun di rumah itu, Qinan bertemu dengan Ricqi, kakak angkat Anggit yang sangat benci pada Rakka.

"Keluarga benalu" gumam Ricqi lirih.

Takdir Tuhan tidak ada yang tahu, setelah melahirkan, Anggit menyusul Rakka ke surga dan meninggal baby Az. Detik-detik kepergiannya, Anggit memohon sesuatu kepada Qinan dan Ricqi agar mereka bisa menikah dan menjadi Mommy dan Daddy dadakan untuk baby Az.

Sesuatu di luar logika memang, tapi ia rela mau melakukan apa pun demi Anggit. Apakah Qinan akan bertahan dalam pernikahan rumit ini atau justru rela pergi demi kebahagiaan baby Az dan melepaskan hak asuh baby Az pada Ricqi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendung Kala Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertukar Cerita

Sebelum membaca jangan lupa tinggalkan jejaknya ya kak. Jejakmu semangatku 🤩

⬇️

⬇️

⬇️

“Begini? Apa dudukmu sudah nyaman?” Ditto membantu meletakkan sebuah bantal kecil di belakang punggung Anggit sesaat sebelum perjalanan pulang dilakukan. Sedangkan Anggit menggerakkan tubuhnya untuk memastikan posisi bantal tersebut sudah pas agar ia dapat duduk dengan nyaman.

“Iya.. Begitu cukup.” Jawab Anggit dengan nafas yang masih berat. Kehamilan yang sudah memasuki usia 37 minggu membuatnya mulai merasa kesusahan saat beraktifitas.

Ditto melepaskan rem tangan dan menggantinya dengan menginjak pedal rem, kemudian ia bersiap-siap menggerakkan tuas transmisinya mobil untuk memulai perjalanan, “Berdoalah! Kita segera berangkat.” Titah Ditto pada adik perempuannya itu seperti mengajarkan balita.

“Tunggu—.” Dengan cepat Anggit berbicara.

“Apa ada yang ketinggalan?” tanya Ditto sambil menarik kembali tuas rem tangan.

“Ti— tidak” Ujar Anggit singkat.

Ditto mengarahkan pandangannya pada Anggit sambil menautkan kedua alis matanya. “Lalu?” tanyanya singkat.

“Katakanlah. Apa yang ingin kau katakan?” Anggit melihat ke arah Ditto.

Ditto menghembuskan nafasnya kasar, dari tadi ia sudah merasa Anggit mengetahui bahwa ia bertemu Huma. Entah sekedar curiga atau memang sempat melihat mereka berbicara serius sebelumnya. Tapi mana mungkin Anggit melihat pikirnya, mengingat mereka bicara di lantai dua belas sedangkan Anggit di lantai empat.

Ditto memutar-mutar kepalanya segala arah seperti ingin memastian Huma tidak ada disekitar sana. “Jangan khawatir ia tidak akan mengejarmu lagi Dit. Katakanlah...” Titah Anggit.

“Iya aku bertemu Huma tadi.” Ditto berusaha tersenyum meskipun terlihat dipaksakan.

“Kalau itu aku sudah tahu. Aku ingin mendengarkan yang Kak Huma tidak tahu darimu.” Anggit melemparkan pandangannya ke mata Ditto yang ternyata sudah mulai berkaca-kaca.

“Tidak ada yang aku tutupi darinya. Sudah ya? Kita pulang.” Ujar Ditto sambil tersenyum dan mengelus kepala Anggit berusaha membujuk.

“Kalau kau mau cerita padaku. Aku juga akan menceritakan sesuatu padamu. Tentang aku.” Ujar Anggit dengan suara yang pelan. Tapi bisa dilihat ia sangat serius dan malah terlihat menahan tangis. Ditto merasa penasaran, karena sepertinya masalah yang akan diceritakan Anggit serius.

“Apa—? Jangan menutupi sesuatu dariku Nggit...! Katakan... Kau baik-baik saja kan? Ujar Ditto sedikit panik.

“Katakan dulu apa yang ada dalam perasaanmu saat ini?” Ujar Anggit seperti menuntut Ditto segera buka suara.

“Aku harus merelakan Huma bukan? Aku bisa apa? Menjadikan wanita yang aku cintai menjadi anak yang durhaka? Tentu tidak. Bohong bila aku tidak mencintai Huma, aku mencoba realistis saja saat ini. Huma harus menemukan pria yang pantas untuknya.” Ditto berusaha menahan emosinya karena ia tidak mau Anggit menjadi tumbal masalah yang ia hadapi hari ini.

“Lalu Qinan?”

“Qinan, dia gadis yang paling tulus yang pernah aku temui dan aku menyayanginya. Aku rasa dia bisa membantuku untuk segera move on dari Huma.” Ditto tersenyum seketika menyebutkan nama Qinan.

“Sini kepalamu!” Seru Anggit pada kakak laki-lakinya itu.

“Kenapa?”

“Sini...!” Ia menggerakkan tangannya menyuruh kepala Ditto mendekat.

“Aaak...” Pekik Ditto saat Anggit menjentik kening Ditto sekuat yang ia bisa.

“Kau—. Kenapa kau menjentik keningku?” Protesnya.

“Aku baru tahu kau sebodoh ini. Astaga... Pantas saja kau tidak pernah lolos mendaftar jurusan kedokteran sampai empat kali. Bagaimana mungkin kau bisa bilang kau cinta Huma lalu kau pergi? Bodoh sekali.” Umpat Anggit.

“Adik macam apa kau mengataiku seperti itu—.” Ditto mengacak-acak rambut Anggit.

“Kalau aku punya kesempatan yang sama sepertimu, aku akan berjuang sekuat yang aku bisa. Sayang aku sudah tidak bisa apa-apa lagi karena Rakka pergi untuk selamanya. Kau tahu, satu detik bersama orang yang kau cintai amat sangat berharga. Jangan menyia-nyiakannya.” Anggit menundukkan kepalanya.

“Kau pasti tidak mengerti rasanya kehilangan orang yang kau cintai seperti apa, makanya kau memilih melepaskannya. Berjuanglah sedikit lagi. Kalian sudah hampir sampai. Kenapa memilih pergi? Kau kakakku yang paling bodoh.” Umpat Anggit berapi-api.

“Lagi pula aku tidak akan melepaskan Qinan padamu. Qinan adik iparku, dia berhak bahagia. Kalian hanya akan saling tersakiti ketika bersama. Qinan tersakiti karena ia akan hidup dalam bayang-bayang Huma, sedangkan Kau tersakiti karena terperangkap hidup dengan orang yang belum tentu kau cintai seperti Huma.” Anggit menatap sinis kakak laki-lakinya itu.

Ditto terdiam, semua yang dikatakan Anggit benar dan sukses membuat hatinya tercubit. “Tapi aku sudah melepaskannya tadi.” Ujar Ditto seperti menyesal.

“Iya karena kau bodoh. Kaumemang melepaskan Huma, tapi kau masih memiliki cintanya. Anggap saja tadi awal yang baik untuk kisah kalian. Segera hubungi Huma sekarang. Ini nomor ponselnya. Jangan bersikap bodoh lagi. ” Qinan menyerahkan kartu nama Huma pada Ditto.

Ternyata saat Ditto berlari menaiki tangga, Huma mengejarnya menggunakan lift dan berhenti di lantai empat. Ia bertemu dengan Anggit yang tengah mengantri untuk sesi konsultasi dengan dokter Nita.

Melihat Huma sangat kecewa, Anggit mengajak huma mencari Ditto kesemua lantai, dan ternyata mereka menemukan Ditto tengah berjalan bingung disebuah lorong di lantai 12. Anggit memutuskan untuk bersembunyi dan hanya menjadi penonton drama Ditto Huma hari itu.

“Ternyata kau selemah itu.” Ujar Anggit sabil mengamati kakaknya yang tengah frustasi karena putus cinta. Sepasang mata yang mengumpati Ditto tadi adalah milik Anggit, sang adik.

“Anggit. Makasih ya. Kau adikku yang paling terbaik.” Ditto memeluk Anggit dengan kuat.

“Kau— Anakku..” Anggit memegang perutnya karena sedikit tertekan saat dipeluk.

“Ya Tuhan... Baby boy... Papimu akan berjuang mendapatkan Mami untukmu. Doakan ya...” Ditto mengelus-elus perut Anggit.

“Heeem semangat Papi...” Jawab Anggit dengan menirukan suara anak kecil.

“Sekarang giliranmu.” Ujar Ditto menagih janji pada Anggit.

“A— Aku didiagnosa Preeklamsia. Saat ini masih ringan belum berat. Tapi... Sepertinya kondisiku dianggap memburuk. Tadi dokter Nita memintaku tes urin ulang. Mulai sekarang aku harus mulai memikirkan nasib anakku jika sampai aku tidak selamat saat melahirkannya.” Anggit terisak-isak saat berbicara.

“Dit, jika akan menjadi anak ini terlahir menjadi yatim piatu, apakah kalian akan mau merawatnya?” Anggit memelankan suaranya. Ia seperti bingung memulai cerita ini dari mana.

“A-apa itu preekalamsia?” Tanya Ditto penasaran. Dia mengambil ponselnya dan mencari informasi itu di internet.

“No... no.. Anggit. Jangan becanda. Ibu macam apa kau bisa berfikir akan menyerah sebelum melahirkan dan membesarkan anakmu.” Ditto mengeraskan m suaranya.

“Semua kemungkinan ada Dit.” jawab Anggit dengan tenang.

“Tidak... Tidak... Kau harusnya membuang jauh kemungkinan itu.” Ditto menggelengkan kepalanya.

“Aku sudah minta dokter Nita untuk menunjuk Kak Huma jadi dokter anakku nanti. Aku ingin mempersiapkan semua kemungkinan terburuk itu. Aku ingin mencari orang tua pengganti jika aku tidak selamat. Aku ingin anakku mendapatkan hak disusui dari ibu angkatnya kelak.” Ujar Anggit dengan suara bergetar.

“ Kau mau bantu aku kan?”

“Anggit... Please... itu terlalu jauh.” Suara Ditto mulai pasrah. Bagaimana mungkin ia bisa merasakan berbagai macam perasaan dalam satu hari.

“Tenanglah ini jaga-jaga saja.”

“Siapa yang akan kau tunjuk menjadi ibu angkat dari anakmu?” Ditto mencoba tegar menanyakan hal itu.

“Qinan... Dia menyangi anak ini sama seperti aku menyayanginya.” Anggit tersenyum sambil mengelus perutnya yang terlihat bergerak-gerak.

“Dia kan belum hamil. Mana bisa menyusui?” Ditto kebungungan.

“Setiap perempuan bisa menyusui, meskipun belum hamil. Memang perjuangan, tapi aku tau Qinan bisa. Tapi salah satu syarat untuk mengangkat anak adalah Qinan harus sudah menikah.” Ujar Anggit percaya diri.

“Me—menikah?” Ditto memastikan kembali.

“Iya. Qinan harus menikah.” Jawab Anggit

“Dengan?”

“Tadinya aku fikir kau akan jadi ayahnya. Tapi aku berubah fikiran, kau harus bersama Huma. Kalian juga akan menjadi papi dan mami anak ini. Tenang saja...” Anggit tersenyum meskipun terasa sangat menyakitkan.

“Lalu siapa ayahnya?” Ditto masih ingin jawaban pasti meskipun dia bisa menebak orang yang dipilih oleh Anggit.

“Kau pasti sudah tahu.” Ujar Anggit melihat ke arah kedua bola mata kakak laki-lakinya itu.

“Ya terserah padamu. Tapi jangan berfikir terlalu jauh. Kau akan menjadi mamaya, dan kami akan menjadi Papi dan Daddy nya.” Ditto mengakhiri obrolan mereka. Bukan berhenti memikirkan kondisi adiknya itu, hanya saja Ditto tidak kuat mendengarkan keputusasaan Anggit lebih jauh.

⬇️

⬇️

⬇️

Hayooo... Jangan lupa like 👍, comment 💬, vote 🗳 dan parselnya 🎁 ya kak.

1
Rezacoker Coker
serly
Rezacoker Coker
Serly kah
dewi priyanti
Luar biasa
Yusni
kenapa aku yg nyesek ya..kinan di gituin ricqi 😭
queen
ada pepatah bilang jangan sama kan dunia tak selebar daun kelor, tapi circle jodohnya ngga jauh² wkwkwk
queen
seruuuu
queen
alhamdulillah berakhir ending cerita nya, semangat thor
queen
semangat babang ibra
queen
oh nikah di rs krn bapak ny dr ayrin sakit deh
queen
mungkin sherli udh nikah
queen
yeay ricqi bikin bini malu sendiri ajah
queen
terharu aq thor
queen
terharu aq thorrrr, jarang banget ada yang sembuh kalo udh diagnosa kanker, semua keajaiban dr sang khaliq
queen
salah paba. tuh
queen
aq ajah thor jd ibu sambung nya😅😁
queen
semangat babang ibra
queen
nah kaget ngga tuh dr ayrin lihat qinan sm ricqi
queen
😇😇❤
queen
😥😥😥😥😢😭
queen
semangat qinan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!