Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 PPYD
Keesokan harinya.....
Alesha bangun dengan seluruh badan yang terasa ngilu, bahkan kepalanya terasa sangat pusing. "Ya, Allah ternyata aku demam," batin Alesha.
Hari ini adalah hari minggu, sebenarnya Alesha bisa saja istirahat dan tidur lagi tapi itu rasanya tidak mungkin karena Kamila akan sangat marah. Baru saja Alesha bangun, pintu kamar Alesha terbuka dengan kencangnya. "Bagus, mentang-mentang hari libur jadi kamu bisa seenaknya tidur!" bentak Mama Kamila.
"Sebentar Ma, Alesha demam dan kepala Alesha pusing," lirih Alesha.
"Jangan manja, cepat buat sarapan habis itu minum obat. Hari minggu di kedai suka banyak pembeli, kamu harus ikut ke kedai!" sentak Mama Kamila.
"Iya, Ma," lirih Alesha.
Kamila pun keluar dari kamar Alesha. Alesha bangkit dengan kepala yang terasa sangat pusing. Pagi ini dia tidak mandi dulu karena badannya terasa sangat menggigil.
"Kak, sudah jangan buat sarapan. Kakak terlihat tidak sehat," ucap Dandi.
"Kakak masih kuat kok, kamu tunggu sebentar ya, nanti kakak buatkan nasi goreng," sahut Alesha dengan wajah pucatnya.
Dandi merasa sangat kasihan kepada kakaknya itu. "Ma, suruh kakak jangan masak saja kasihan kakak sedang sakit," bujuk Dandi.
"Jangan membela anak manja itu, kamu tahu Dandi kalau dia itu hanya cari alasan saja supaya tidak pergi ke kedai," sahut Mama Kamila dengan sinisnya.
"Kak Alesha beneran sakit Ma, wajahnya saja pucat seperti itu," ucap Dandi kembali.
"Sudah, kamu diam Dandi!"
Seketika Dandi diam, dia tidak bisa melawan lagi kepada Mamanya karena bagaimana pun dia tidak akan menang melawan Kamila. Alesha pun selesai masak, ketiganya makan dan setelah makan Alesha segera meminum obat. Kamila menekan klakson beberapa kali membuat Alesha kaget.
"Maaf, Ma barusan Alesha minum obat dulu," ucap Alesha sembari masuk ke dalam mobil.
"Lama banget," kesal Mama Kamila.
Kamila pun dengan cepat menjalankan mobilnya menuju kedai. Selama perjalanan, Alesha memilih memejamkan mata karena kepalanya sangat pusing bahkan keringat sudah membasahi wajahnya. Kamila memperhatikan dari kaca spion, tidak ada perasaan kasihan hatinya sudah ditutup dengan kebencian.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di depan kedai. Alesha keluar dan berjalan dengan langkah gontai. Mira yang melihat Alesha langsung menghampiri dan menyentuh kening Alesha.
"Ya, Allah Ale kami demam?" tanya Mira khawatir.
"Iya, Kak," sahut Alesha.
"Kenapa kamu gak istirahat saja?"
"Aku sudah minum obat kok, sebentar lagi pasti sembuh," sahut Alesha dengan senyumannya.
Mira melihat Alesha dengan tatapan kasihan. Sebegitu bencinya Kamila kepada Alesha sampai-sampai Alesha sakit pun tidak diberi kesempatan untuk istirahat. Menjelang siang, kedai mulai ramai pengunjung dan Alesha memaksakan diri untuk melayani pelanggan.
"Alesha!"
Alesha menoleh. "Grace. Ya, ampun aku kira kamu gak jadi datang," ucap Alesha dengan senyumannya.
"Datang dong, aku 'kan sudah janji sama kamu," sahut Grace.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Alesha.
"Aku pokoknya mau pesan semua menu yang ada di sini," sahut Grace.
"Memangnya kamu bakalan sanggup menghabiskannya?" tanya Alesha.
"Kalau gak habis, 'kan ada kamu yang menghabiskan," sahut Grace dengan senyumannya.
"Kalau begitu, aku ambilkan dulu pesanan kamu ya," ucap Alesha.
Alesha pun dengan cepat pergi ke dapur dan membuatkan semua pesanan Grace. Beberapa saat kemudian, Alesha datang dibantu oleh Mira membawakan pesanan. "Ini semua pesanan kamu," ucap Alesha.
"Wah, kayanya enak-enak ini," sahut Grace.
"Makanlah, aku kembali bekerja lagi," ucap Alesha.
Grace dengan cepat menahan lengan Alesha, tapi Grace kaget setelah merasakan jika tangan Alesha begitu sangat panas. "Kamu sakit, Alesha?" tanya Grace kaget.
"Tidak, aku baik-baik saja kok," sahut Alesha sembari menarik tangannya sendiri.
Baru saja Alesha ingin pergi, suasana kedai tiba-tiba ramai saat melihat ada seseorang yang datang. "Edgar," gumam Alesha.
Alesha dan Grace saling pandang satu sama lain. Edgar datang bersama Wili, temannya. Keduanya pun melangkahkan kakinya mendekat lalu duduk di meja Grace membuat Alesha dan Grace sampai melongo.
Semua orang tahu siapa Edgar, pewaris tunggal Grup Wilson itu sering wara-wiri di layar kaca Televisi. Beberapa pengawal sudah siap di samping meja mereka karena takut jika tiba-tiba ada orang yang mendekati Edgar. Kamera ponsel saling berlomba-lomba untuk mengambil gambar Edgar.
"Aku mau pesan ramen," ucap Edgar dingin.
"Ah, iya. Tunggu sebentar," sahut Alesha yang bergegas pergi mengambil pesanan Edgar.
"Kenapa kamu malah bengong? sudah makan, nanti keburu dingin," ucap Wili kepada Grace.
"I--iya," sahut Grace gugup.
Saat ini Kamila tidak ada di tempat, karena setiap jam makan siang dia akan pulang untuk mengajak Dandi makan. Sedangkan Alesha, dibiarkan makan di kedai saja. Alesha pun membawa nampan berisi dua mangkok ramen untuk Edgar dan Wili.
Kepala Alesha semakin pusing, tangannya sudah mulai bergetar hebat. Pandangan Alesha mulai menggelap, tinggal beberapa langkah lagi menuju meja Edgar tapi nampan yang Alesha bawa pun terjatuh membuat semua orang menoleh ke arah Alesha. Sedangkan Alesha, jatuh tak sadarkan diri.
"Astaga, Alesha!" teriak Grace.
Edgar bangkit dan menghampiri Alesha, tanpa banyak basa-basi Edgar mengangkat Alesha. "Buka pintu mobilnya!" teriak Edgar.
Pengawal segera membuka pintu mobil. Edgar membawa Alesha masuk ke dalam mobilnya bersama Wili. Sedangkan Grace memutuskan untuk mengikuti mobil Edgar dari belakang.
"Kita pulang!" seru Edgar.
"Baik, Tuan Muda."
"Kamu gila Ed, bagaimana kalau orang tua kamu tahu," ucap Wili.
"Mereka gak ada di rumah, jadi aman," sahut Edgar.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di rumah mewah dan megah milik Edgar. Mobil Grace di tahan, tapi Edgar menyuruh pengawal untuk membiarkan Grace masuk. Grace yang sebagai anak orang kaya saja merasa kaget melihat rumah Edgar.
Edgar kembali mengangkat tubuh Alesha dan masuk ke kamarnya. "Panggil dokter pribadi!" perintah Edgar.
"Baik, Tuan Muda."
"Wajahnya pucat sekali, Ed," ucap Wili.
"Sejak kapan dia sakit?" tanya Edgar.
"Aku gak tahu, tapi tadi aku pegang tangannya panas," sahut Grace.
"Coba kamu buka jaketnya, jaketnya kotor terkena cipratan kuah ramen," ucap Edgar.
Grace menurut, dia pun membuka jaket Alesha. Tapi betapa terkejutnya Grace, saat melihat tangan Alesha penuh dengan luka memar bahkan Grace sampai menutup mulutnya sendiri. Edgar dan Wili juga tidak kalah terkejut.
"Astaga, apa dia mengalami penyiksaan?" tanya Wili.
Edgar sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia benar-benar kesal kepada ibunya yang selalu menyiksa Alesha. Sementara itu, di luaran sana sedang heboh dengan berita Edgar menggendong Alesha bahkan di setiap ponsel videonya sudah tersebar.