Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tarian di bawah hujan
"Aku juga sudah memerintahkan penjaga untuk ikut dalam pencarian. Aku tidak ingin menanggung kejahatan percobaan pembunuhan seorang pangeran." Tuan muda kedua Jinghai menggerakkan kipas bambu di tangannya dengan perlahan. Sehingga dapat menghasilkan udara lembut saat menyentuh wajahnya. Sesekali dia melihat kearah Selir Li. Gadis cantik dengan keanggunan seorang tuan putri.
Shui Long Yin menatap dingin, "Kedua mata mu sepertinya sudah tidak di butuhkan lagi." Meletakkan cangkir teh di meja.
Tuan muda kedua Jinghai tersenyum canggung. "Bagaimana mungkin? Aku masih membutuhkannya untuk bertahan hidup." Menuangkan teh ke dalam cangkir yang ada di meja.
"Aku tidak membutuhkan mu di sini. Pergi!" Shui Long Yin mengambil cangkir bekas istrinya yang hampir di gunakan pria muda di depannya.
"Baik, baik. Aku akan pergi," ujar Tuan muda kedua Jinghai yang langsung mengerti. Dia bangkit, "Selir Li, saya akan pergi lebih dulu. Jika anda butuh sesuatu bisa memberitahu saya." Melangkah pergi, "Sekokoh apa pun baja jika terkena paparan panas yang kuat. Tetap akan meleleh pada akhirnya." Melirik sebentar kearah temannya lalu melangkah keluar dari ruangan kamar. Tawa ringan juga terdengar dari luar kamar.
Kedua alis Shui Long Yin menyatu mendengar sindiran dari temannya. Dia melihat kearah istrinya yang hanya diam menatap dirinya. "Sudah malam, kamu juga harus tidur. Aku akan keluar ikut dalam pencarian."
Lei Guiying mengangguk mengerti.
Setelah beberapa saat suaminya keluar dari kamar. Gadis itu mendekat kearah jendela menatap jurang dalam yang sangat lebat. "Semoga dia segera dapat lolos dari kejaran." Menghala nafas dalam di hatinya.
Hembusan angin semakin kencang juga dingin. Membuat gadis itu menutup kembali pintu jendela dan kembali beristirahat. Sekitar pukul setengah lima pagi Lei Guiying bangun. Dia masih tidak melihat suaminya masuk kembali sejak semalam. Gadis itu bangkit menata gaunnya lalu mengambil jubah tebal milik suaminya. Baru setelahnya keluar dari kamar. Saat dia melangkah menuruni tangga Lei Guiying berpapasan dengan seorang wanita.
"Selir Li." Wanita itu memberikan hormat.
Lei Guiying tersenyum hangat lalu menuruni tangga di ikuti wanita itu. "Bagaimana keadaan tuan muda?"
"Tuan muda Lei Guangyi sudah berada di tempat yang aman. Wakil jenderal sudah berhasil mengalihkan perhatian dari lembaga pemerintahan juga prajurit pengawal kekaisaran. Saat ini semua pasukan sudah menarik diri untuk mengamankan situasi," jelas wanita itu. Dia salah satu mata-mata yang di kirim Wakil Jenderal untuk menjaga panglima perang.
"Tetap awasi situasi. Dia sudah terlalu berani menerobos tempat keberadaan pangeran kesembilan," ujar Lei Guiying dengan suara yang jauh lebih pelan.
"Baik."
Mereka berdua menuruni tangga dan duduk di kursi yang ada di lantai satu.Teko berisi teh panas dengan kue hangat di siapkan pelayan penginapan. Tidak selang lama beberapa wanita bangsawan juga mulai turun dari kamar masing-masing. Mereka mulai berbenah agar bisa selalu siap di saat kabar kepulangan di beritahukan.
"Selir Li."
"Selir Li."
Semua wanita yang turun dan melihat Lei Guiying selalu memberikan hormat. Karena mereka tahu status wanita itu lebih mulia dari dirinya. Istri dari Pangeran kesembilan yang memiliki kekuatan mengendalikan prajurit pengawal kekaisaran. Pria yang terkenal kejam juga menakutkan.
Di saat matahari mulai terlihat Shui Long Yin baru kembali bersama semua bawahnya. Pria itu berhenti tempat di depan istrinya. "Kita kembali sekarang."
Lei Guiying bangkit, "Baik."
"Pangeran kesembilan." Semua orang memberikan hormat.
Mereka berdua berjalan terlebih dulu baru di ikuti semua orang dari belakang.
Jam tujuh pagi semua kerta mulai keluar dari jalur utama bukit menuju kearah ibu kota. Di dalam kereta Lei Guiying menyandarkan tubuhnya dengan kedua mata tertutup rapat.
"Beberapa waktu ini aku akan pergi ke perbatasan. Kamu juga bersiaplah ikut dengan ku." Shui Long Yin mengatakan keinginannya dengan cukup enteng.
Gadis itu membuka kedua matanya. "Kenapa aku harus ikut? Bukankah semua selir hanya bisa diam di kediaman. Tidak di perbolehkan keluar?"
"Aku juga tidak berniat membawa mu. Tapi Ayahanda menginginkannya. Mulai besok bersiaplah. Kita akan berangkat dua hari lagi." Shui Long Yin melirik malas kearah istrinya.
Lei Guiying memejamkan kedua matanya kembali. "Bilang saja kalian ingin mengawasi setiap gerakan ku."
Kerta melaju masuk ke dalam gerbang utama ibu kota. Melewati jalur utama menuju kearah kediaman Pangeran kesembilan. Suara riuh di luar terdengar sangat ramai. Orang-orang terlihat sibuk dengan kegiatan mereka.
Dari kejauhan panah melesat cepat masuk ke dalam kereta yang melaju melalui jendela samping kanan. Untung saja tangan gesit Shui Long Yin dapat menghentikan panah yang hampir saja mengenai istrinya.
"Yuhh..." Kereta di hentikan. Pengawal Yu Ji menyibak kain penutup kereta. "Pengeran kesembilan."
"Tangkap," ujar pangeran kesembilan sembari menatap panah dengan ujung tajam di genggaman tangannya.
"Baik." Pengawal Yu Ji melompat dari atas kereta. "Cari."
"Baik," ujar serentak prajurit pengawal kekaisaran yang tengah melakukan pengawalan.
Kemudi kereta di ambil alih salah satu prajurit. Sehingga perjalanan tidak tertunda lagi. Tepat di depan kediaman pribadi Pangeran kesembilan. Lei Guiying memilih untuk keluar terlebih dulu di susul suaminya. Gadis itu melangkah tanpa menoleh sedikit pun. Dia langsung berjalan menuju halaman kediaman pribadinya. Masuk ke dalam kamar lalu merebahkan tubuhnya.
Pelayan Zue er masuk ke dalam kamar, "Selir Li, saya dan beberapa pelayan lainnya akan menyiapkan barang bawaan anda."
Lei Guiying mengangguk mengerti.
Setelah mendapatkan persetujuan, pelayan Zue er dengan sigap memerintahkan para pelayan menata setiap barang yang akan di bawa Selir Li. Ruangan kamar menjadi ramai kembali karena kesibukan para pelayan. Lei Guiying bangkit dari tempat tidur berjalan menuju kearah halaman depan. Cuaca di luar tidak terlalu cerah karena sinar matahari sudah tertutup awan hitam.
Meskipun begitu Lei Guiying memilih untuk duduk di taman menenangkan dirinya. Angin terasa lebih kuat juga di ikuti bau di saat tanah kering pertama kali tersiram air hujan. Tidak selang lama hujan turun lebih deras dari kemarin. Namun gadis itu tetap diam memandang kearah langit gelap di atasnya. Air hujan mulai membasahi tubuhnya.
Dari arah dalam ruangan, pelayan Zue er berlari membawa payung di tangannya. "Selir Li, anda bisa masuk angin." Memberikan payung kearah gadis yang masih diam di kursi taman.
Lei Guiying bangkit, "Zue er, aku ingin merasakan air hujan yang jatuh langsung ke tubuh ku." Menyingkirkan payung yang sudah menghadang air hujan. "Kali ini saja, tidak apa-apa."
"Baik." Pelayan Zue er menghindar membiarkan Selir Li melakukan semua yang ia inginkan.
Di bawah guyuran air hujan, Lei Guiying menari dengan sangat indah. Setiap hentakkan kaki terdapat ketegasan juga keteguhan. Tubuhnya melenggok indah mengikuti irama yang di keluarkan dari tetesan air hujan. Angin seperti membawa dirinya terbang tanpa beban.
Dari kejauhan pandangan mata di depan pintu kamar yang terbuka terus tertuju kearah taman. Di mana istrinya menari dengan sangat indah di bawah guyuran hujan.