Ryuka menikah dengan Rifky untuk melindungi ayah tirinya agar tidak di penjara, dan itu semua atas paksaan ibu kandungnya sendiri.
Pernikahan kelam yang di jalani Ryuka selama setahun lebih akhirnya berakhir, karena Rifky akan menikah lagi dengan wanita yang tak lain adalah mantan kekasihnya.
Tapi ada fakta yang terkuak, sehingga Rifky akhirnya batal menikah, dan terlanjur bestatus duda karena sudah menceraikan Ryuka sebelumnya.
Rifky merasakan ada yang aneh pada hidupnya semenjak Ryuka tidak ada lagi di sekitarnya.
Bagaimana kelanjutannya? Stay tuned yaaa ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Sudah gila
Tengku bekerja menjadi tukang service barang elektronik di rumahnya, kejadian yang menimpanya beberapa tahun lalu membuatnya malas bekerja di kantor manapun.
Tidak ada sama sekali mereka mengingat Ryuka, dan mengkhawatirkan nasib anaknya yang sudah menikah dengan mantan bosnya itu, yang terpenting adalah mereka sudah bebas dari belenggu hutang.
***
Di rumah Rifky.
Pria itu sedang melipat kedua tangannya dengan malas, di dekat wastafel dapur. Hana memaksa Rifky menemani Alea yang sedang merasa mual-mual.
"Sedari tadi kau hanya mengeluarkan suara, tidak ada muntahan yang keluar, apa kau beracting?" Ucap Rifky dengan kesal, karena Alea sudah membuang waktu sarapannya.
"Sayang, ini karna bayi kita ... Aku mual karena dia." Rengek Alea.
"Cih." Rifky membuang wajahnya, semakin mencoba menerima semuanya, semakin Rifky muak dengan Alea.
"Memang begini jika hamil muda sayang, ibunya akan merasa sering mual-mual." Tambah Alea yang tidak mendapatkan respon apapun dari Rifky.
Bukannya mendengarkan, Rifky langsung berjalan ke arah meja makan, mengambil jas yang terpasang di kursi lalu berpamitan tanpa menghabiskan sarapannya.
Alea tergesa mengantar Rifky sampai ke depan pintu, tapi Rifky berjalan cepat sehingga Alea sulit mengimbanginya.
"Sayang, aku sedang hamil, pelan-pelan jalannya."
Rifky sama sekali tidak menghiraukannya, dia terus berjalan lalu langsung masuk ke dalam mobil tanpa membuka kacanya, pria itu langsung melajukan mobilnya dan itu membuat Alea sangat kesal.
Oke, aku harus lebih sabar lagi. Batin Alea.
***
Dengan semangat 45, Ryuka menulis lamaran kerja seadanya, setelah sebelumnya mencetak beberapa lembaran persyaratan seperti ijazah dll sebagai pelengkap, untungnya semua ada di ponsel pintar yang memudahkan hidupnya saat ini.
Hampir jam makan siang, Ryuka mengelilingi banyak perkantoran dan menyebarkan lamaran yang telah dia buat, setelah itu dia langsung pergi ke warteg untuk mengisi perutnya yang sudah mulai lapar.
Banyak hidangan lezat di etalase warteg, ada satu menu yang langsung membuat Ryuka tertegun saat melihatnya yaitu ... Ayam goreng serundeng.
Ayam goreng serundeng kesukaan pak Rifky, hm ... Dia apa kabar ya?
Hushhhh .... Ryuka! Kamu tidak boleh memikirkan calon suami orang! Lagi pula nomor ponselnya sudah aku blokir, jadi aku juga harus memblokir semua tentangnya dalam pikiranku.
"Bu ayam serundeng, sama sayur campur." Ucap Ryuka pada seorang penjaga warteg.
Ryuka menikmati menu makannya, meletakan beberapa amplop lamaran yang masih tersisa di samping piringnya.
Tanpa dia sadari, seorang pria yang memakai seragam berwarna biru memperhatikan Ryuka dan menunggunya selesai makan.
Merasa sedang di perhatikan Ryuka memperlambat kunyahannya, matanya langsung tertuju pada pria itu, langsung saja Ryuka menegurnya karena merasa tidak nyaman.
"Maaf mas, ada apa ya? kok melihat saya seperti itu, saya jadi tidak nyaman." Kata Ryuka masih dengan nada sopan.
"Mm-maaaf, perkenalkan ... Aku Bayu." Ucapnya mengulurkan tangan lalu di balas oleh Ryuka.
"Ryuka." balasnya.
"Kamu sedang mencari pekerjaan?" Ucap Bayu sambil menunjuk beberapa amplop coklat yang ada di samping Ryuka.
"Iya Bayu." Kata Ryuka tanpa panjang lebar.
"Kalau kamu berminat, kamu bisa melamar pekerjaan di tempat aku bekerja, kebetulan posisiku bekerja sedang kurang personil."
Ryuka dengan cepat meletakan sendoknya, lalu menggeser duduknya lebih dekat dengan Bayu, tapi tetap dengan jarak sopan. "Benarkah Bayu? Apa aku bisa melamar langsung hari ini?
"Bisa, sangat bisa ... Tapi aku bekerja sebagai cleaning service, dan posisi yang kosong hanya di bagian itu saja."
Tidak peduli dengan gelarku, yang terpenting aku bisa dapat pemasukan, sambil tetap mencari yang sepadan dengan pendidikanku, aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini.
"Mau Bayu, aku mau!" Kata Ryuka excited.
"Baiklah, setelah selesai makan siang, kamu langsung ikut ke kantor saya, bertemu dengan HRD untuk proses karyawan baru."
Ryuka langsung menghabiskan makan siangnya dengan cepat, karena tidak sabar ingin mengikuti Bayu ke kantornya dan mendapat pekerjaan yang tadi di tawarkan.
.
.
Hampir sore hari semua administrasi data Ryuka sudah berhasil di registrasi, mulai besok pagi Ryuka sudah bisa bekerja sebagai cleaning service.
"Bayu, terimakasih ya, untung saja tuhan mempertemukan kita."
"Ah berlebihan kamu Yuka, aku juga makasih ... Mulai besok pekerjaan aku jadi lebih ringan." Sahut Bayu saat mengantar Ryuka ke luar kantor, karena Bayu masih harus bekerja beberapa jam lagi.
Sesampainya di kontrakan.
"Kali ini yang terpenting adalah penghasilan, untuk masalah pekerjaan sesuai gelar, itu menyusul." Gumam Ryuka sambil membereskan sisa berkas lamarannya.
***
Makan malam Di rumah Rifky.
"Kamu ga enak badan sayang?" Tanya Alea yang melihat Rifky tampak lesu dan hanya mengaduk makanan di piring tanpa memakannya.
"Mau di panggilkan dokter Ky?" Tambah Hana.
Rifky hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak selera makan, jangan ganggu aku malam ini." Rifky berjalan meninggalkan ruang makan menuju kamarnya.
Semua anggota keluarga langsung saling menatap satu sama lain, melihat Rifky untuk pertama kalinya meninggalkan meja makan tanpa menyentuh makanan sama sekali.
"Kamu yang sabar Alea, Tante yakin ... Rifky secepatnya akan luluh."
Alea hanya mengangguk pelan dengan wajah yang menunduk sedih.
.
.
.
Di kamar.
Tatapan Rifky terus ke arah sofa, membayangkan Ryuka yang sedang bersantai disana dengan memainkan ponselnya, bibirnya tersenyum tipis kala mengingat masa masa pernikahan singkat itu. "Kenapa kamu begitu melekat di fikiranku Ryuka, padahal perkenalan kita termasuk singkat." Gumam Rifky.
Rifky lalu merebahkan diri di kasur, tangannya mengusap sebelah kiri kasur yang di biarkan kosong, Rifky terus mengelus lembut bantal tak berpenghuni itu, matanya terpejam sambil berhalusinasi tentang keberadaan Ryuka yang seolah ada di sampingnya. "Ryuka, aku sepertinya sudah gila, otakku terus menuntut agar aku memikirkanmu."
Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda.
Ryuka tidak bisa memejamkan matanya, dia sedikit gugup dengan pekerjaan barunya besok pagi.
"Ah, seharusnya aku sudah tertidur agar besok pagi tidak mengantuk, kenapa mataku ini." Di terus berguling ke kanan dan ke kiri, lalu memandang langit-langit kamarnya.
"Pak Rifky." Kata-kata yang langsung keluar dari mulut Ryuka tanpa aba-aba.
"Arghhhh kenapa aku menyebut namanya!!!!!!"
Di kamar Rifky.
"Aku sudah tidak tahan lagi, aku rindu ingin mendengar suaranya." Rifky mengambil ponselnya dan hendak menghubungi nomor Ryuka, tapi sayang Rifky sudah tidak bisa menghubungi Ryuka.
"Kenapa nomornya tidak aktif?"
"Foto profilnya pun tidak ada."
"Aku di blokir? Argh sial!"
Rifky mengacak rambutnya frustasi, karena rindu yang tak tertahankan ini tidak jadi tersalurkan.
***
Pagi hari.
Ryuka sudah memulai pekerjaan di hari pertamanya dengan mengelilingi kantor dan menghafal setiap ruangannya di temani Bayu.
Rekan kerja di kantornya sangat welcome terhadap Ryuka, tidak ada senioritas disini, yang membuat hari pertama Ryuka menjadi berkesan di tempat kerjanya.
Beda sekali dengan pekerjaanku dulu sebagai admin, anak baru pasti tertindas dengan seniornya.
lanjut lagii yaa Thor 🤩🙏🙏