NovelToon NovelToon
SEBATAS TEMAN TIDUR

SEBATAS TEMAN TIDUR

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:171.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Medeline Arcela Forza, dijual oleh Kakak tirinya di sebuah tempat judi. Karena hal itu pula, semesta kembali mempertemukannya dengan Javier Antonie Gladwin.

Javier langsung mengenali Elin saat pertemuan mereka yang tak disengaja, tapi Elin tidak mengingat bahwa dia pernah mengenal Javier sebelumnya.

Hidup Elin berubah, termasuk perasaannya pada Javier yang telah membebaskannya dari tempat perjudian.

Elin sadar bahwa lambat laun dia mulai menyukai Javier, tapi Javier tidak mau perasaan Elin berlarut-larut kepadanya meski kebersamaan mereka adalah suatu hal yang sengaja diciptakan oleh Javier, karena bagi Javier, Elin hanya sebatas teman tidurnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Jangan Menungguku

Aku tersentak kala mendengar handel pintu ditekan. Kepalaku refleks mendongak, melihat kearah lorong yang ternyata Tuan Gladwin baru saja pulang. Tadinya aku berada di sofa ruang tv sambil menonton disana, tidak disangka aku malah tertidur sambil berpangku tangan dalam posisi duduk.

"Elin?" sapanya. "Kau sedang apa?" tanya pria itu sembari menyorotku dengan tatapannya.

"Ehm, aku ..."

"Jangan bilang kau menungguku?" tebaknya.

Aku lantas menggelengkan kepala dengan cepat, terlalu malu untuk mengatakan hal yang sebenarnya betul adanya.

Dari siang aku memang menunggunya pulang karena aku memasak makanan untuknya. Sayangnya, dia baru pulang sekarang dimana hari sudah mulai cukup larut.

"A-aku sedang nonton tv tadi," jawabku berkilah.

"Oh ..." Pria itu manggut-manggut, bibirnya terlihat berkedut seperti menahan geli. "Tapi yang ku lihat tadi, tv yang menontonmu tidur," sambungnya.

"Apa?" refleks aku bertanya.

"Tak apa, lupakan ..." Dia menghindar untuk menjabarkan. Meski tadi aku cukup mendengar jelas jawabannya, tapi entah kenapa aku ingin dia mengulangi perkataanya lagi. Bukan apa-apa, aku mendengar nada bercanda yang dikeluarkan oleh Tuan Gladwin. Tidak biasanya bukan? Itu hal langka yang tidak pernah terpikirkan olehku jika dia dapat melontarkan kalimat seperti itu.

"Pindah ke kamar. Jangan tidur disana," ujar pria itu kemudian, diapun berlalu memasuki kamar, sementara aku mengikutinya bagai anak ayam yang membuntuti induknya.

Saat pria itu menoleh, aku menundukkan kepala dalam-dalam. Tanpa bicara dia kembali berjalan memasuki kamar dan akupun kembali ikut melangkah. Ku pikir ini sesuatu yang aneh dan ... lucu? Benarkah?

Dia mengambil baju dan perlengkapannya di dalam lemari, lalu membawanya ke kamar mandi.

Aku duduk di sofa sembari menunggunya. Dia keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dalam beberapa menit.

"Kenapa kau tidak melanjutkan tidurmu?" tanyanya saat melihatku hanya duduk diam.

Aku menggeleng.

"Jangan menungguku, Elin."

"Apa tadi Tuan menyempatkan diri ke tempat Tuan Aro lagi?" tanyaku merujuk pada kepulangannya yang cukup larut di pukul 1 dini hari.

Tuan Gladwin tak langsung menjawab, dia menyorotku dengan tatapan heran. "Maksudmu?" tanyanya terdengar bingung.

"Biasanya Tuan akan kesana dan pulang pagi, kan?"

Terdengar helaan nafas panjang darinya. "Aku tidak kesana, aku bekerja seharian. Kenapa kau menanyakan itu? Apa kau merindukan tempat lamamu?"

Aku mengibaskan tangan sembari menyahut. "Tentu saja tidak, Tuan. Aku hanya ingin tau, karena kau biasa menghabiskan waktumu disana."

Pria itu berjalan mendekat dan duduk disisiku. Entah kenapa aku jadi merasa jantungan didekatnya.

"Aku tidak rutin kesana."

"Tapi selama tiga hari aku disana, kau kesana berturut-turut, Tuan." Aku tak berani menoleh padanya yang ada disampingku.

"Ya, itu karena ..." Tuan Gladwin menjeda ucapannya, aku menunggunya melanjutkan. Sayangnya dia tidak meneruskan kalimat yang sempat terjeda itu. "Sudahlah, Elin. Sekarang kau lanjutkan tidurmu," katanya kemudian.

Dengan ragu-ragu aku mencoba menelengkan wajah demi melihat raut pria itu.

Sampai pada akhirnya, aku bisa melirik pada Tuan Gladwin yang menatap lurus-lurus ke depan tanpa melihatku sama sekali. Hatiku mencelos. Entah kenapa perasaan asing macam ini ada pada diriku. Aku sulit mendeskripsikannya.

"Apa--apa Tuan sudah makan tadi?" tanyaku.

Pertanyaanku itu berhasil membuat pria itu menoleh, hingga tatapan kami bertemu dan bersirobok satu sama lain.

"Kenapa?" Dia malah balik bertanya.

"Tak apa. Aku--tadi ... aku masak," jawabku sambil menggigitt bibir, keki.

"Kau masak?"

"Ya, tapi mungkin sekarang makanannya sudah tidak layak dikonsumsi, ku pikir Tuan akan pulang di jam makan siang."

Pria itu tertawa. Hal yang tidak pernah ku bayangkan bisa dilakukan oleh pria sepertinya. Aku seperti mendapat jackpot saat mendengar suara tawanya yang khas. Aku jadi kikuk karena hal itu.

Tak lama, dia berdehem, mungkin untuk menetralkan suasana dan keadaan.

"Jadi ... kau benar-benar menungguku?" tanyanya.

Aku membuang pandangan. Terlalu malu jika harus mengakuinya.

"Baiklah, kapan-kapan aku akan pulang di jam makan siang jika kau mau memasak lagi untukku."

"Benarkah?" Aku menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Ya, why not?" Kini dia tersenyum tipis.

"Baiklah, nanti aku akan memasak lagi, Tuan."

Pria itu mengangguk. Lalu kembali ke mode datar dengan memintaku tidur.

"Tidurlah, Elin. Aku juga butuh tidur," gumamnya yang masih bisa ku dengar.

Aku berbaring disisinya. Kini perasaan takutku padanya mulai lenyap secara perlahan-lahan. Ternyata Tuan Gladwin tidak semengerikan seperti yang ada dalam bayanganku. Pria dingin itu bisa juga mengimbangiku dalam sebuah jokes atau percandaan.

"Elin ..."

"Ya?" Aku melirik sekilas pada Tuan Gladwin.

"Apa kau ada sebuah keinginan?"

Kenapa dia menanyakan hal itu? Tentu saja aku banyak keinginan, namun tak mungkin ku jabarkan padanya satu persatu.

"Jawab pertanyaanku sebelum kau benar-benar tertidur, Elin."

"Apa Tuan mau mengabulkan keinginanku?" tanyaku takkan menyia-nyiakan kesempatan.

"Ya, karena kau sudah berusaha memasak untukku, maka aku akan mengabulkan keinginanmu."

"Benarkah?" Tidak ku sangka dia akan seroyal ini. Padahal dia juga tidak sempat mencicipi masakanku, kan?"

"Ehm, ya. Katakan!"

"Aku mau---"

"Minta apapun, asal jangan minta aku untuk melepaskanmu begitu saja," selanya tiba-tiba.

Aku mengadah pada pria yang berbaring dengan berbantal lengannya sendiri itu. Dia membalas tatapanku dengan sorot yang sulit ku artikan. Aku merasa dia takut aku pergi, tapi entahlah ... apa ini cuma perasaanku saja yang terlalu percaya diri? Atau ini hanya karena dia tak mau rugi sebab sudah menebusku dengan uang yang tidak sedikit pada Tuan Aro?

"Bolehkah aku bertemu dan menjenguk Ibuku? Sebentar saja, karena terakhir kali aku melihatnya, dia masih di rawat di ICU sebuah Rumah Sakit Swasta."

Ada keterkejutan yang dapat ku baca dari respon Tuan Gladwin saat aku mengatakan hal itu. Tak lama dia pun mengangguk.

"Yeah, kau boleh."

"Benarkah?"

"Huum."

"Thank you, Tuan." Aku refleks memeluknya. Tanpa niat apapun, karena sebenarnya aku juga tidak sadar saat melakukan tindakan itu.

Saat aku menyadari posisiku yang lancang, aku segera menarik diri.

"Ma--af, Tuan." Aku mendadak gugup. Meski dia tampak tak marah, tapi aku terlalu malu menunjukkan wajah, mungkin pipiku sudah memerah, sehingga aku tidur dengan posisi membelakanginya.

...****...

Aku memasak di dapur sambil bernyanyi riang. Perasaanku sangat senang, ini semua karena tuan Gladwin mengizinkanku untuk menemui ibu dan melihat keadaannya.

"Pagi ..."

Aku terperanjat, sejak kapan pria itu disana. Apa tadi dia melihat aku bergoyang-goyang sambil bernyanyi saat memasak? Ya ampun, malunya.

"Pagi, Tuan," sahutku sekenanya.

Pria itu menempati stool bar dan menghidu teh aromaterapi yang memang sengaja ku sajikan disana untuknya.

"Aku baru mau membangunkanmu, Tuan."

"Hmm, tak apa. Aku sudah bangun tanpa kau bangunkan," jawabnya.

Aku meliriknya sekilas, kini dia tengah menyeruput teh nya.

"Uhm, Elin?"

"Ya?"

"Terima kasih sudah menyiapkan dasinya," katanya sambil mengacungkan lipatan dasi yang entah kapan sudah dia pegang. Aku memang menyiapkan itu sebelum memasak tadi.

Aku mengangguk-anggukkan kepala, lantas kembali fokus pada makanan yang telah matang dan harus segera ku sajikan.

"Nanti ... bantu aku memakainya lagi, ya."

"Baik, Tuan."

"Ah, satu lagi Elin."

"Ada apa, Tuan?" Aku bertanya sambil melepaskan apron yang ku kenakan.

"Berhenti memanggilku Tuan. Kau bisa mencari panggilan lain atau hanya memanggil namaku."

"Ta-tapi ..." Aku mendadak blank. Bingung dengan permintaannya kali ini.

"Kapan kau mau menjenguk ibumu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Kalau bisa secepatnya, Tuan."

Dia berdecak lidah. "Javier. Namaku Javier. Sejak awal, aku sudah menekankan hal itu karena aku tidak menyukai panggilanmu padaku," tukasnya.

Aku menundukkan wajah karena aku mengingat jika tempo hari dia memang pernah memperingatkanku soal ini.

"Lalu aku harus memanggil apa? Di Kasino semua memanggilmu dengan sebutan 'Tuan', bahkan Tuan Aro juga memanggilmu begitu."

"Sudah ku katakan apa saja, jika kau mau, kau boleh hanya memanggil namaku saja."

"Aku tidak bisa. Kau pasti lebih tua dariku."

"Hanya beberapa tahun saja," katanya enteng. "Kau masak apa?" tanyanya sambil melihat makanan yang baru ku sajikan didepannya.

"Makanlah, aku tidak tau kau menyukainya atau tidak," kataku.

Pria itu mencicipi makanannya dan mengangguk.

"It's not bad. Kau pintar memasak ternyata," pujinya.

Entah kenapa pujiannya membuatku tersipu.

"Thank you, Kak..."

Didetik yang sama, dia tersedak. Aku panik dan mengambilkannya air minum, lalu membantunya meraih tisu. Semuanya terjadi cepat sekali, hingga aku tidak tau apa yang menyebabkannya bisa mengalami hal itu.

"Kau memanggilku apa tadi?" tanyanya setelah situasi mereda.

"Kak?" ujarku dengan nada bertanya. Aku takut dia keberatan dengan panggilan baruku.

"Ya-ya, boleh," responnya dengan terbata.

Disinilah aku keheranan. Apa ada yang salah? Ku pikir panggilan 'Kak' tidak begitu berlebihan.

...Bersambung ......

1
melting_harmony
Luar biasa
Masal Njeber
Biasa
S.Syahadah
menurut aku cerita nya ringan dan ga mau berhenti baca hehe
S.Syahadah
ini udh bab berapa ya aku kenyamanan baca hahaha
COOL_I4N
nice thor. suka endingnya. tp alangkah lebih klimaks kl gak ada adegan javier mengotori tangannya membunuh liam+irina hik hik. membalas nya gak perlu sadis2 thor ky di dunia mafia.
COOL_I4N: tp aku mau baca karya author yg lain. semoga lebih bagus dr novel ini. semangattttt thor
total 1 replies
COOL_I4N
jav+daddy nya sadis amat tho ky mafia aja yg udah biasa haus darah😭😭😭😭😭😭 agak so sad endingnya sadis gini.
COOL_I4N
wah harus nya liam dan irina di adu domba saja biar mereka saling menghabisi/menyiksa satu sama lain. sayang jav harus mengotori tangan nya sendiri
COOL_I4N: apalg irina kan punya keluarga yg notabene adalah keluarga orang kaya jg pasti punya kuasa apa gak resiko kl sampai mereka tau irina dibunuh
total 1 replies
COOL_I4N
wahhh kecewa thor kurang hot wkwkwkkw tp tetep romantis kok. mau thor untuk next ada detailnya. secara ini kan novel dewasa kok sopan amat ky novel teen aja xixixixixixi🤭🤭🤭🤭
COOL_I4N
yeayyyyu ada part extra tq thor. soalnya msh nunggu adegan malam pertama elin dan jav nih 🤭🤭🤭🤭
COOL_I4N
so sweeeeeettt 😍😍😍😍😍😍😍😍
COOL_I4N
thorr adegannya jangan sopan2. buat sampe elin dan javier skidipappappap🤣🤣🤣
COOL_I4N
aku suka detail2 kecil spt ini thor. author gambarkan jav melihat sekitar untuk memastikan ini dunia nyata atau mimpi setelah mendengar perkataan elin
COOL_I4N
huaaa sedihnya jd jav sampe gak bs bedain yg mana mimpi yg mana kenyataan😭😭😭😭 tolong endingnya yg klimaks ya thor. aku suka banget adegan dan dialog novel ini. sampe author bs buat adegan pertemuan elin dan jav dr jeruk nggelinding. surprise bgt pdhl pas baca awal elin udah nyiapin nata2 tempat buat piknik sampe ke dapur dan tau jav sdh datang kesan nya kok jd udah gak surprise. tp sekali lg author kasih surprise ke pembaca bs kasih adegan dan dialog yg bagus. suka suka suka
COOL_I4N
tp aku percaya pdmu thor mau dibawa kemana plot ceritanya
COOL_I4N
harusnya mama jav segera kabarin jav jangan ambil tindakan sendiri takutnya malah nglakuin kesalahan kehilangan kesempatan untuk nyelamatin elin dan bikin jav tambah marah. kan bs sampaikan pesan ke jack kl jav susah diajak omong
COOL_I4N
ya ampunt thor kasian jav 😭😭😭😭 aku bs bayangin kl jav depresi sampe pingin tidur trs. aku sendiri kl stres sedih bgt rs nya kepingin tdr gak bangun2. udah males ngapa2in, makan jg udah gak nafsu
COOL_I4N
ya ampun kasian jav sampe kepisah 2 th sm elin 😭😭😭
COOL_I4N
jahatnya nanggung thor. krn apa yg liam + irina lakukan dg rencana menjual elin bukannya berniat menghilangkan nyawa nya saja itu akan beresiko terbongkarnya kejahatan mereka
COOL_I4N
oh so sweet sekali pembicaraan javier & elin di gedung bioskop
COOL_I4N
so sweeeeeet jav😍😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!