NovelToon NovelToon
Iblis Yang Merindukan Cahaya

Iblis Yang Merindukan Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Iblis
Popularitas:463
Nilai: 5
Nama Author: Sofiatun anjani

Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.

bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.

Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.

Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Jam istirahat Rama kembali di ajak oleh Raka dan yang lainnya ke kantin bersama.

"Gimana Rama, lo udah mulai terbiasa di sekolah ini kan?" tanya Raka membuka topik pembicaraan.

"Yah gue suka sekolah ini" jawab Rama jujur

"Wah… lo orangnya optimis ya Ram, tiap kali gue liat lo kayak adem benget deh rasanya" ucap Seli terang-terangan sambil menatap Rama dengan muka polosnya.

"Tentu aja karna Rama itu punya pesona cowok banget!" ucap Mita yang juga menatap Rama dengan seksama dari setiap sudutnya.

Rama yang tengah di puji pun hanya bisa tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Huh… dasar, padahal gue juga nggak kalah ganteng asal kalian tau ya" ujar Raka yang merasa tersinggung dan iri dengan Rama yang dari tadi dipuji terus.

Raka pun semakin kesal saat Mita dan Seli bukannya mendengar perkataan Raka mereka malah tambah mengerumuni Rama dengan mata yang berbinar-binar.

"Ck!"

saat tiba-tiba Raka mendengar seseorang di sampingnya tengah tertawa kecil tanpa Raka sadari

"Hm? kenapa lo ketawa?" tanya Raka melihat Ria yang ada di sampingnya "ngetawain gue ya lo" tebak Raka yang langsung di angguki Ria.

"Emang dasarnya muka lo udah pas-pasan dari dulu Raka, gue juga sampe nggak ada perubahan sama sekali sejak kecil" terang Ria jujur sambil melanjutkan tawanya. Dan karenanya Raka pun jadi hilang nafsu makan dan terus memasang muka jutek.

Saat Rama tengah sibuk dengan Mita dan Seli lagi-lagi ia baru sadar dengan kehadiran Roy yang dari tadi terus menatapnya dari meja anggota basketnya.

"Eh… gue mau ke kamar mandi dulu ya" ucap Rama hendak pergi

"Oh!… oke deh jangan lama-lama ya"

selepas kepergian Rama, Roy pun ikut berdiri hendak pergi bahkan tanpa memberitahu teman-temannya yang memang tengah sibuk dengan obrolan mereka.

***

Sementara itu di kamar mandi Rama yang sudah sampai lebih dulu memang tengah menunggu seseorang yang kini ada di belakangnya tengah menatapnya, terlihat dari kaca wastafel, Rama membalas tatapan Roy.

"Rupanya memang anda manusia yang terpilih" ucap Roy kembali menatap Rama dengan tatapan yang berbeda kali ini. Rama yang melihat perubahan pada warna mata Roy pun sedikit terkejut, di tambah lagi cara bicaranya yang formal seperti bukan dirinya.

"Siapa Lo?" tanya Rama yang kemudian balik badan menghadap lawan bicaranya "gue nggak pernah dikasih tahu tentang yang lainnya?"

“Anda lebih muda dari dugaanku, saya pikir saya akan bertemu dengan orang berbadan besar yang punya banyak pengalaman, ternyata cuman kecil yang hampir hancur hidupnya" ucap Roy sambil tersenyum sinis pada Rama.

Melihat matanya dari jarak sedekat ini, membuat Rama semakin yakin jika itu bukanlah Roy.

"Gue kira yang seharusnya gue incar bukan lo, apa yang lo mau?" tanya Rama sambil mempersiapkan dirinya kalau-kalau ia akan diserang tiba-tiba.

"Saya tidak akan menghalangi anda, saya hanya ingin menonton saja" ucapnya dengan santai " dan mengenai tubuh anak ini... Yah, sepertinya tubuh ini memang cocok denganku, apa anda merasa keberatan?"

Mendengar hal itu Rama semakin yakin bahwa yang ada di depannya bukanlah sosok Roy melainkan seorang iblis yang sama seperti iblis yang tengah ia incar.

"Apa anda yakin bisa membunuh iblis itu?" tanya Roy atau lebih tepatnya iblis yang ada dalam dirinya "saya pikir anda tidak akan sanggup membunuhnya" ucapnya dengan santai.

“Gue nggak tahu apa hubungan Lo sama Roy, tapi kalo Lo emang sama kayak iblis yang gue incer apa lo juga harus gue bunuh? gue nggak akan segan sekalipun itu adalah temen gue sendiri kalo itu adalah iblis tugas gue cuman satu" ucap Rama yang kemudian mengeluarkan belati dari saku celananya yang sengaja ia siapkan kapanpun dan dimanapun.

"Heh! sebaiknya anda simpan kekuatan anda itu untuk tugas anda saja, saya tidak ada hubungannya dengan itu, saya hanya ingin melihat saja bagaimana rupa manusia yang dipilih itu, walaupun ya… sedikit mengecewakan mengetahuinya. Dan lagi pula anda juga tidak akan bisa membunuh saya semudah itu"

"Lo nggak akan tau sebelum mencoba kan!" Rama pun maju dengan gerakan cepat hendak menikam iblis yang ada di depannya itu, dan dalam sekejap dia tiba-tiba menghilang dari hadapannya, Rama pun hendak mencari kemana dia pergi saat tiba-tiba dari belakang tangannya langsung dipelintir ke belakang dengan kencang.

"Apa anda yakin mampu membunuh seorang iblis dengan kemampuan buruk anda ini?" ucap Roy meremehkan dan terus mengencangkan genggamannya membuat Rama merintih kesakitan "jika anda memang ingin membunuh iblis akan saya tunjukan bagaimana cara melakukannya"

Roy pun meletakkan tangannya yang bebas ke punggung Rama, saat tiba-tiba Rama merasakan tekanan di dadanya membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali. Dan dalam satu hentakan Rama langsung membelalakkan mata saat dadanya terasa seperti ditusuk dengan balok kayu yang menghancurkan seluruh organ tubuhnya dan seketika membuatnya muntah darah tanpa bisa berteriak.

Roy pun melepas genggamannya membuat Rama terjatuh ke lantai. Lalu jongkok di depan Rama yang masih batuk darah sambil menahan sakit di dadanya.

"Apa anda sudah paham perbedaan kekuatan iblis? anda tidak akan menang jika hanya mengandalkan emosi layaknya manusia berkelahi" ucap Roy "jika anda ingin membunuh iblis maka anda juga harus bertarung seperti iblis"

"Saya tidak akan ikut campur dengan urusan anda, saya hanya melaksanakan perintah yang mulia saja, dan itu tidak ada hubungannya dengan misi anda"

"Oh, dan satu lagi, sebaiknya anda berhati-hati dengan si jubah putih itu, pakaiannya memang seputih salju tapi anda tidak tahu apa yang ada dibalik salju putih yang membeku"

Merasa diremehkan Rama pun hendak menyerang lagi saat tiba-tiba Roy juga kembali menekan dadanya menembakkan sihirnya lagi sampai Rama benar-benar tersungkur ke lantai dengan nafas sesak. Tanpa memperdulikannya Roy pun kemudian berlalu pergi meninggalkan Rama yang sudah kehabisan nafas.

Namun, saat Rama pikir ia akan mati, tiba-tiba rasa sakit di dadanya pun menghilang dan nafasnya pun kembali normal seakan tidak terjadi apapun. Rama pun kembali berdiri sambil menatap pintu dimana Roy baru saja keluar.

"Cih!"

BUGH!

Dengan kesal Rama memukul dinding di sampingnya sampai retak, menatap dengan sorot mata penuh kemarahan pintu kamar mandi yang telah menyembunyikan sosok Roy dari pandangannya.

***

Bel pulang pun berbunyi bersamaan dengan para siswa yang langsung bersorak riang. Kelas pun mulai ramai oleh siswa yang hendak pulang.

"Bagi yang piket kelas jangan lupa ya" sang ketua kelas mengingatkan dengan suara lantang agar semua mendengar sambil menatap ke arah seseorang yang memang piket hari ini dan selalu kabur dengan alasan lupa.

Merasa dirinya diperhatikan, mengingat kalau hari ini memang jadwal piketnya Raka pun tertangkap basah saat mencoba melarikan diri.

"Huh… ya… ketua kelas" ucapnya pasrah.

"Hehe, semangat ya Raka, kali ini lo harus bayar hutang piket lo sampe lunas" ucap Mita mencoba menyemangati Raka.

"Ha? maksud lo?" tanya Raka tidak paham dengan ucapan Mita.

"Dah Raka kita pulang dulu ya!"

"Yang bersih piketnya!" ujar kedua teman Raka yang juga seharusnya satu grup piket dengannya.

"E eh… bukannya lo berdua juga piket ya?" ujar Raka bingung.

"Hah?..."

"Hehe… karna lo selalu Kabur tiap kali jadwal piket jadi lo harus nggantiin kita yang udah ngelakuin bagian lo seminggu ini" ujar Bima teman sebangkunya yang juga partner piketnya.

"Ya udah kalo gitu kita duluan ya Raka!"

"Semangat ya!! ntar gue beliin lo alarm piket biar nggak lupa!"

Mendengar hal itu Raka pun semakin kesal dengan harinya yang selalu sial.

"Mau gue tungguin nggak Raka?" Mita menawarkan diri sambil senyum-senyum puas melihat Raka yang terlihat frustasi.

"Nggak usah, lagian lo kan katanya mau jalan bareng pacar lo" ucap Raka menolak tawaran Mita yang juga baru sadar kalau ia ada janji dengan pacarnya.

"Oh iya ya, gue hampir aja lupa, makasih ya Raka lo emang sahabat gue" ucapnya sambil memberi love dengan jarinya.

"Maaf ya Raka gue duluan!" ucap Mita sambil berlari keluar kelas.

Raka pun hanya bisa menghela nafas panjang sambil membuat raut muka mengejek perkataan Mita yang sudah hilang di balik pintu.

"Ria maaf ya, hari ini gue nggak bisa anter lo pulang, gue ada urusan mendadak soalnya" ucap Rama meminta maaf pada Ria dengan tidak enak hati.

"Oh… nggak papa kok lagian gue juga bisa pulang sendiri" ucap Ria merasa tidak keberatan dengan Rama yang tidak bisa mengantarnya pulang.

Rama yang merasa tidak enak pun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal "gue bener-bener jadi nggak enak nih, tapi lo nggak papa kan?" tanya Rama memastikan.

"Iya Rama... gue nggak papa, lagian gue juga udah biasa pulang sendiri" ucap Ria meyakinkan.

"Ok… jaga diri lo ya, kapan-kapan gue bakal nganter lo pulang lagi" ucap Rama lalu segera pergi dari kelas yang mulai sepi.

Sambil memperhatikan pintu kelas dimana Rama keluar Ria tidak menyadari kalau seseorang kini tengah memperhatikannya dari tadi.

"Ria"

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!