NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehadiran Khanza.

Setelah menikah, Khanza tinggal di rumah Mira. Khanza sudah menerima takdirnya yang harus menikah dengan laki-laki yang tidak dia cintai. Ikhlas, hanya itu yang sedang dia coba jalani sekarang ini.

Khanza adalah anak yang baik, juga lemah lembut dan pengertian. Dia tidak pernah mengeluh meski saat pagi sering kali mengalami morning sickness sehingga Mira terkadang tidak tega melihatnya. Akan tetapi, Mira sangat bangga kepada Khanza karena anak pertamanya ini menerima dengan ikhlas takdirnya yang menyesakkan.

Hari ini, Khanza sedang berada di rumah Khadijah. Meski dia tinggal bersama dengan Mira ibunya, tapi Khanza juga ingin melihat keadaan mertuanya dan ingin berbakti. Tidak banyak memang yang Khanza lakukan di sana, tapi sekiranya membantu yang dia bisa kerjakan di sana.

“Masakan kamu enak, Khanza. Ibu kamu yang ajarkan?” tanya Ijah saat mencicipi makanan yang dibawakan oleh Khanza.

“Makasih, Bu. Ini Mama yang ajarkan,” ucap Khanza sambil tersenyum malu. Khanza sedang menyapu area dapur. Ijah sudah melarangnya, tapi Khanza tidak mau diam saja di sana.

“Sudah, kamu duduk sini. Makan sama Ibu, Nak!” panggil Ijah dengan gerakan tangannya. Khanza duduk di samping Ijah, tapi dia tidak ikut makan dengan wanita paruh baya itu.

“Kamu nggak makan?” tanya Ijah. Khanza menggelengkan kepalanya.

“Apa kamu mengalami kesulitan waktu hamil, Nak?” tanya Ijah dengan penuh cinta. Khanza juga menggelengkan kepala. Tidak ingin membuat Ijah khawatir.

“Nggak ada kok, Bu. Palingan kalau pagi mual muntah, tapi nggak parah, kok,” terang Khanza berbohong, nyatanya dia kadang sampai menitikkan air mata setelah itu dan tidak mau makan sama sekali.

“Maaf ya. Maafin Ibu.” Ijah mengelus pipi menantunya dan menangis sedih.

“Nggak apa-apa, Bu. Nggak apa-apa. Kan sudah biasa juga kalau seorang ibu hamil kayak gini.” Mereka berbincang beberapa hal dan lebih sedikit dekat dari sebelumnya.

Khanza pulang menjelang sore.

Ijah senang dengan keberadaan Khanza yang sering menjenguknya, terkadang Khanza juga berada di rumahnya seharian sementara dia bekerja mengupas bawang di tempat juragannya. Ijah tidak enak hati membuat Khanza berada di rumah sendirian, terkadang saat pagi sebelum Ijah pergi dia sudah menyelesaikan pekerjaan rumah, tapi saat dia pulang di rumah sudah tersedia sayur yang masih hangat, Khanza yang memasaknya.

“Andai Tanan ada di rumah, tentu Khanza juga akan di sini,” gumam Ijah makan malam sambil menangis sendirian mengingat keadaan dirinya sekarang ini. Ijah harus sabar, setidaknya sekarang ada Khanza yang sering menjenguknya dan sebentar lagi ada cucu juga.

***

“Harusnya kamu tuh nggak usah kerja lagi, Ijah. Kan sudah enak hidupmu sekarang, sudah jadi besan dari Pak Bagas,” celetuk yang lain saat Ijah sedang mengupas bawang.

“Iya, akhirnya anak yang tidak bisa diandalkan itu setidaknya sudah berbakti mengangkat derajat ibunya, menjadi besan Pak Bagas!” seru salah seorang yang menerbitkan tawa kecil dari yang lainnya.

Ijah hanya diam saja, sudah biasa sekarang mendengar ocehan dari wanita -wanita itu yang memojokkan dirinya.

“Biar pekerjaan ini diberikan saja kepada yang berhak. Kayak kami ini. Kamu kan setidaknya sudah punya jatah bulanan dari keluarga itu. Masa iya sih kalau besan sendiri nggak dibantu?” tanya yang lain.

Ijah merasa terganggu juga dengan ucapan wanita itu, apa lagi ini membawa nama Pak Bagas segala.

“Maaf ya, Ibu-Ibu. Meskipun saya sudah menjadi besan Pak Bagas dan Ibu Mira, tapi bukan berarti juga kalau mereka punya tanggung jawab dengan saya. Saya juga tidak berhak menerima semua itu karena bukan kewajiban mereka memberi nafkah atas hidup saya,” ujar Ijah mulai kesal.

“Heran deh, kasus narkoba dan pemerkosaan kayak gitu tuh harusnya dihukum yang berat, ini malah enak nikahin anak orang kaya dan jadi besan. Nggak adil banget tuh. Harusnya kan dihukum yang berat, merusak moral bangsa. Malu-maluin nama daerah kita aja!” ujar salah seorang.

Ijah hanya menunduk sambil melakukan pekerjaannya, membiarkan yang lain terus berbicara. Toh, memang benar apa yang mereka katakan, tidak ada gunanya lagi mengelak ucapan mereka.

Mata Ijah memanas, hatinya terluka.

“Hei, sudah. Kenapa kalian pada ngomong terus? Kerja cepat selesaikan! Tangannya gerak, lebih baik dzikir dari pada bergunjing!” ujar Bu Ratna, istri juragan bawang, sambil lewat di dekat mereka.

Kasihan jika melihat Ijah yang sering jadi bahan gunjingan yang lain. Bukan salahnya juga memiliki anak yang seperti Tanan. Hidup Ijah sudah sulit semenjak dulu, apalagi tidak mudah membesarkan anak seorang diri tanpa bantuan siapa pun. Ijah harus bekerja, harus mengurus anak dan berjuang sendirian.

Ijah telah pulang dari bekerjanya, tatapan dari orang lain sering kali membuat dia merasa tak nyaman. Ada tatapan membenci, ada pula tatapan kasihan, tidak jarang dengan ucapan mencemooh. Tanan telah mendapatkan hukumannya, tapi di rumah Ijah juga telah mendapatkan hukuman juga atas perbuatan sang anak.

Di rumah, Ijah sering menangis. Luka di dalam hati belum tentu semua orang bisa memahami. Ijah hanya berdoa, agar tidak ada lagi ibu yang merasakan hal yang sama seperti dirinya. Sakit yang tidak berdarah, tapi jelas sangat menyiksa sekali.

Rumah Ijah tampak terang saat dia sampai di halaman rumah. Ijah heran, siapa gerangan yang ada di rumah. Cepat langkah kakinya menuju ke rumah. Dia menghapus air mata sebelumnya.

“Assalamualaikum!” seru Ijah masuk ke rumah.

“Waalaikum salam!” Sahutan dari dapur terdengar. “Ibu!” seru Khanza tersenyum dari ambang pintu, di tangannya memegang spatula.

“Loh, Khanza? Kok ada di sini?” tanya Ijah terkejut melihat sang menantu.

“Iya, Bu. Aku mau menginap di sini boleh, kan?” tanya Khanza dengan senyuman manis di bibirnya.

Ijah senang dengan permintaan menantunya itu dan menganggukkan kepala.

“Sebentar, bu. Ibu duduk dulu, air panas sebentar lagi siap!” seru Khanza kemudian kembali ke dapur.

Ijah mengikuti Khanza dan melihat kompor menyala, di atasnya ada wajan sedang menggoreng beberapa potong ikan.

“Kapan kamu ke sini? Kok nggak bilang ibu dulu?” tanya Ijah. Ijah hendak membantu sang menantu, tapi Khanza menyuruh Ijah untuk duduk sembari menunggu. Tak lupa Khanza memberikan air putih untuk mertuanya.

“Tadi sebelum magrib. Aku ngerasa bosan aja di rumah, makanya ke sini. Nggak apa-apa kan, Bu? Aku nggak ganggu, kan?” tanya Khanza melirik sang ibu mertua.

Ijah tersenyum senang dan menggelengkan kepala.

“Nggak kok. Ibu malah seneng kalau kamu nginap di sini. Tapi, lain kali kalau kamu ke sini bilang ibu, jangan repot-repot buat masak atau beberes rumah segala,” ujar Ijah melirik piring bersih di rak. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci piring dan sekarang semuanya sudah bersih di sana.

Apalagi dia cemas, Khanza sedang hamil, tak ingin menantunya itu kelelahan. Ibu hamil butuh istirahat.

“Nggak repot kok, Bu. Ini memang aku yang mau masak, tadi kan ke sini, mampir dulu ke warung buat beli cemilan, lihat ikan. Kok aku jadi pengen ikan goreng gitu. Ibu yang bikin sambelnya ya,” pinta Khanza yang sudah tidak canggung lagi dengan Ijah.

“Iya.”

Ijah tersenyum senang. Entah anak ini berbohong atau tidak karena dipaksa ibunya Mira, tapi ini adalah hal yang membahagiakan untuknya jika ini dilakukan dengan tulus atas keinginan dirinya sendiri.

Karena di hati kecil Ijah, dia merasa Khanza di minta Mira untuk berbuat baik padanya dan memaafkan Tanan. Bagaimana pun juga, Khanza adalah korban anaknya, itu tidak mudah melupakan dan memaafkan.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!