NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: tamat
Genre:Dunia Lain / Tamat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~Pengintaian Ke Brimvale~

Fajar pertama di Ironford baru saja naik ketika Edrick, Selene, Darius, dan Mira bersiap untuk misi pengintaian ke Brimvale. Para pengungsi tetap berada di menara barat, dijaga oleh Rolf, Maren, dan Tomas.

Edrick memegang Ashenlight yang tersarung di punggungnya. “Kita harus cepat dan diam. Garrick pasti mengirim lebih banyak pasukan setelah pembantaian kemarin.”

Darius menatap rombongan. “Kita perlu informasi: siapa yang selamat, posisi musuh, dan apakah ada warga desa yang masih tertangkap. Jangan ambil risiko terlalu besar.”

Selene memeriksa busurnya. “Aku bisa menembus jarak jauh. Mira, kau akan di sisi kanan, aku di kiri. Darius dan Edrick, kalian berada di tengah. Jangan sampai ada yang terlihat duluan.”

Mira mengangguk. “Aku siap.”

Mereka bergerak perlahan, menuruni bukit menuju reruntuhan Brimvale. Bau hangus dan asap tipis masih menyelimuti desa. Dari kejauhan, terlihat beberapa bangunan yang masih berdiri sebagian, dan jejak langkah bercampur darah di tanah lembap.

“Perhatikan jejak ini,” kata Darius, menunjuk pada tanah. “Ada yang bergerak ke arah hutan di sisi timur. Bisa jadi warga yang selamat atau pasukan Garrick yang membawa tawanan.”

Edrick menelan ludah. “Kalau itu warga, kita harus cepat menemukan mereka.”

Mereka membagi posisi, bergerak diam di antara reruntuhan. Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari salah satu rumah yang setengah hancur. Mira menahan napas, mengangkat busurnya.

Seorang anak laki-laki muncul, tubuhnya kotor dan robek, matanya besar ketakutan. Ia menatap Edrick. “Tolong… jangan biarkan mereka menemukan kami…”

Edrick menunduk. “Tenang. Kau aman sekarang. Ayo ikut kami.”

Selene mengawasi sekeliling, matanya tajam. “Kita harus bergerak cepat. Ada kemungkinan lebih banyak pasukan Garrick di dekat sini.”

Darius memeriksa arah lain. “Jejak menuju hutan itu mungkin satu-satunya jalur yang bisa kita gunakan untuk membawa anak ini keluar tanpa ketahuan.”

Mereka menuntun anak itu ke hutan, melangkah perlahan di antara reruntuhan. Setiap langkah diambil dengan hati-hati, menghindari ranting patah atau puing yang bisa menimbulkan suara.

Beberapa menit kemudian, mereka menemukan seorang gadis, duduk di balik tembok runtuh. Tubuhnya gemetar. Mira mencondongkan tubuh. “Kami akan membawamu ke tempat aman. Tidak ada yang akan menyakitimu.”

Gadis itu menatap Edrick, kemudian mengangguk lemah. “Tolong… mereka masih di sana… banyak orang.”

Edrick menatap wajahnya. “Kita akan menolong mereka semua. Tapi kita harus diam dan cepat. Tidak ada waktu untuk salah langkah.”

---

Edrick, Darius, Selene, dan Mira menuntun anak laki-laki dan gadis itu melalui reruntuhan Brimvale, menghindari jalan utama. Setiap langkah harus diperhitungkan—suara sekecil apa pun bisa menarik perhatian sisa pasukan Garrick.

Darius menunjuk ke arah jejak kaki di tanah. “Lihat ini. Ada lebih banyak orang yang ditangkap dan dibawa ke arah utara. Kita harus memutus jalur itu.”

Selene menekankan, “Kita tidak bisa bertarung frontal. Jumlah mereka terlalu banyak. Kita harus mengandalkan strategi.”

Mira menatap Edrick. “Kita punya Ashenlight. Kita bisa membuat mereka mundur jika diperlukan, tapi kita tidak ingin terlalu terlihat.”

Edrick mengangguk, memegang pedang dengan erat. “Kita akan menarik perhatian hanya jika terpaksa.”

Mereka bergerak di balik reruntuhan, menyusuri jalan sempit yang belum sempat dijelajahi pasukan Garrick. Di beberapa titik, mereka menemukan mayat warga yang ditinggalkan, tubuh-tubuh yang menunjukkan tanda-tanda kekerasan. Edrick menelan ludah, menatap Ashenlight. “Ini semua gara-gara Garrick…”

Mira menepuk bahunya. “Kita tidak bisa membalas dendam sekarang. Fokus pada keselamatan mereka yang masih hidup.”

Setelah beberapa menit berjalan, mereka menemukan kelompok kecil warga yang masih hidup, bersembunyi di dalam gudang runtuh. Ada empat pria dewasa, dua wanita, dan tiga anak-anak.

Edrick mendekat perlahan. “Kalian aman sekarang. Ikuti kami, dan jangan membuat suara.”

Salah satu pria menatap Edrick. “Kau… kau yang membawa pedang itu?”

Edrick mengangguk. “Ya. Tapi yang terpenting sekarang, kita harus keluar dari sini sebelum mereka kembali.”

Darius menambahkan, “Ada jalur aman melalui hutan di sisi timur. Kita akan membawa kalian ke sana, lalu menuju Ironford.”

Selene memberi aba-aba untuk bergerak, Mira tetap mengawasi belakang. Dengan hati-hati, rombongan itu bergerak, menuntun warga melalui reruntuhan yang masih hangus. Suasana tegang, setiap ranting patah atau puing jatuh membuat jantung mereka berdebar.

Saat mereka hampir mencapai batas desa, terdengar suara teriakan keras dari arah timur. “Mereka menemukannya!”

Edrick segera menarik Ashenlight dari sarungnya. Cahaya pedang itu bersinar, menakutkan bagi siapa pun yang melihatnya. Darius dan Selene bersiap menghadapi musuh.

Sekelompok lima pasukan Garrick muncul, mencoba menghadang mereka. Edrick melangkah ke depan. “Kembali atau kau mati di tempat!” teriaknya.

Tapi musuh tidak mundur. Mereka menyerang sekaligus, pedang mereka menyala di bawah cahaya pagi.

Darius melompat ke depan, menangkis satu serangan, sementara Selene menembakkan panah ke lawan lain, mengenai pundaknya. Mira melesat ke sisi kanan, menembak dua panah berturut-turut, menumbangkan prajurit yang hampir menyerang anak-anak.

Edrick menggerakkan Ashenlight dengan cepat, menangkis satu pedang dan menebas lawan lainnya. Kilatan cahaya dari pedang itu membuat para musuh ragu. Dalam serangan cepat, Edrick berhasil memaksa mereka mundur, memberikan waktu bagi warga untuk melanjutkan jalan ke hutan.

Darius berbisik, “Kita harus bergerak sekarang. Mereka pasti akan kembali lebih banyak.”

---

Setelah berhasil memaksa pasukan Garrick mundur, Edrick dan rombongan membawa warga yang selamat ke hutan di sisi timur desa. Pepohonan tinggi menutupi langkah mereka, memberi perlindungan dari pandangan musuh. Anak-anak dan wanita-wanita itu berjalan tertatih-tatih, beberapa tampak trauma dan gemetar.

Edrick menatap mereka, wajahnya serius. “Kita akan segera sampai di Ironford. Tetap dekat dan jangan membuat suara.”

Darius memberi aba-aba agar kelompok berjalan dalam formasi rapi. Selene tetap mengawasi belakang, memastikan tidak ada pasukan yang mengikuti. Mira mengawasi sisi kanan, bersiap menembak jika ada yang mencoba menyerang dari kejauhan.

Beberapa jam kemudian, mereka tiba di sungai kecil yang harus diseberangi untuk menuju jalan setapak ke Ironford. Airnya dingin dan arusnya cukup deras, tetapi tidak terlalu dalam.

Rolf yang sudah menunggu di ujung jalan setapak menyambut mereka. “Kalian berhasil! Kita akan membawanya ke benteng dengan aman.”

Maren membantu menuntun warga melewati sungai, sementara Tomas memeriksa sekeliling. Tidak ada tanda musuh yang mendekat.

Begitu semua orang sampai di sisi sungai yang aman, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Ironford. Benteng itu terlihat di kejauhan, menara pengintainya menembus kabut pagi. Para pengungsi menatap benteng itu dengan harapan.

Edrick menatap Ashenlight, terselip di punggungnya. “Kita berhasil menyelamatkan mereka… untuk sekarang.”

Darius menambahkan, “Tapi Garrick tidak akan tinggal diam. Kita harus memperkuat benteng, menyiapkan jebakan, dan segera merencanakan langkah berikutnya. Ini baru permulaan.”

Selene memandang ke arah jalan yang mereka lalui. “Setiap kemenangan kecil memberi kita kesempatan. Tapi kita tidak bisa lengah. Musuh bisa datang kapan saja, dan kita harus siap.”

Mira menatap para pengungsi yang mulai tenang. “Besok, kita akan menilai kondisi Ironford, menata pertahanan, dan merencanakan misi selanjutnya. Tidak ada waktu untuk berdiam.”

Ketika mereka memasuki halaman benteng, api unggun masih menyala, dan para pengungsi duduk kelelahan di menara barat. Rolf menyambut mereka, memberi selamat atas keberhasilan pengintaian dan menyarankan agar semua orang istirahat sebentar sebelum menghadapi ancaman berikutnya.

Edrick berdiri di tengah halaman, memandang Ironford yang kini menjadi markas sementara mereka. Ashenlight di tangannya bersinar lembut, menandakan bahwa tanggung jawabnya semakin berat. “Ini hanya permulaan. Averland masih panjang jalannya… dan Garrick akan melakukan apa pun untuk menghentikan kita.”

1
Siti Khalimah
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!