NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:361
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Darah Pertama Pemberontakan

Kabut malam menutup distrik timur, tapi cahaya obor membuat gang-gang sempit berkilau merah. Ratusan warga berkumpul di alun-alun kecil, wajah mereka campuran antara kelelahan, ketakutan, dan keyakinan baru.

“Pangeran Hale akan memimpin kita!” teriak seorang pria muda dengan tangan berdarah karena mencoba menyalakan api biru.

“Api bukan milik bangsawan saja!” sahut yang lain.

Rowan berusaha menenangkan mereka, tapi setiap kata hilang ditelan teriakan massa. Di sisi lain, Lyra berdiri di dekat Edrick, wajahnya pucat. “Kalau ini terus membesar, darah akan tumpah malam ini.”

Dan darah memang datang. Pasukan pengawal kota, bersenjata tombak dan perisai, masuk dari ujung jalan. Mereka datang dengan perintah jelas dari dewan: bubarkan kerumunan dengan cara apa pun.

“Demi Arvendral, bubar sekarang!” teriak kapten pasukan.

Tapi rakyat hanya menjawab dengan lemparan batu.

---

Benturan pertama terdengar seperti gong perang. Batu menghantam perisai, tombak menusuk udara, teriakan pecah di seluruh alun-alun.

Seorang wanita paruh baya tersungkur, kepalanya terbuka dihantam tongkat kayu. Jeritan anaknya menyalakan amarah lebih besar. Api unggun dilempar ke arah barisan pengawal, membuat mereka mundur sejenak.

“Pangeran!” teriak seseorang dari tengah kerumunan. “Tolong kami! Kau yang harus pimpin!”

Semua mata beralih pada Edrick. Ashenlight di sisinya bergetar, cahaya biru menetes dari sarungnya.

Rowan menarik lengan Edrick. “Kalau kau memimpin mereka melawan pengawal, kau resmi jadi pemberontak. Dewan akan menuduhmu berkhianat.”

Darius, yang baru tiba dengan napas berat, menimpali, “Kalau kau mundur, rakyat akan menganggapmu pengecut. Mereka akan membakar kota dengan atau tanpamu.”

Lyra menatapnya, matanya penuh air. “Kau satu-satunya yang bisa hentikan ini. Entah dengan pedang… atau dengan suara.”

---

Keputusan datang bukan dari kata, tapi dari darah.

Seorang pemuda berteriak sambil mengacungkan pedang karatan. “Api biru milik kita!” Ia berlari ke arah barisan pengawal. Tombak menusuk perutnya sebelum ia sempat menyentuh musuh. Darah menyembur, tubuhnya jatuh di kaki Edrick.

Semua terdiam sejenak. Lalu, seolah pintu neraka terbuka, kerumunan meledak. Teriakan “Balas!” mengguncang udara.

Ashenlight menyala tanpa diperintah, api biru melingkari tubuh Edrick. Ia merasa bisikan itu menusuk kepalanya:

Pimpin mereka. Biarkan darah ini jadi sungai. Kau adalah obor. Obor butuh bahan bakar.

Edrick menggertakkan gigi. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tapi karena beban pilihan.

---

Ia mengangkat Ashenlight tinggi. Cahaya biru melesat ke langit, menelan obor merah rakyat. Semua mata kembali padanya.

“Cukup!” suaranya menggema, menusuk hati setiap orang.

Kerumunan terdiam, pengawal pun membeku.

“Darah sudah tumpah! Tapi kalau kalian teruskan, darah ini akan berubah jadi lautan. Apa itu yang kalian mau?”

Seorang pria tua menjawab dengan suara serak. “Kami hanya ingin kesempatan bertahan hidup. Dewan tidak peduli pada kami. Tapi kau… kau bisa memimpin kami.”

Ashenlight bergetar lagi. Bisikan merayu. Katakan ya. Pimpin mereka. Jadikan kota ini milikmu.

Edrick menutup mata. “Kalau aku pimpin kalian, bukan untuk membakar kota. Tapi untuk melawan kabut. Siapa pun yang ingin ikut, bersiaplah. Tapi kalau kalian hanya ingin api biru untuk saling membunuh… tinggalkan pedang kalian di tanah.”

---

Kerumunan terbelah. Separuh berlutut, menunduk pada Edrick. Separuh lagi berteriak marah, menolak dipimpin oleh seorang Hale.

Bentrok pecah di antara rakyat sendiri. Saudara melawan saudara, tetangga melawan tetangga. Api biru samar muncul di beberapa tangan, tapi lebih banyak yang hanya jatuh lemas, darah bercucuran karena paksaan.

Pasukan pengawal mundur perlahan, bingung harus menekan siapa.

Rowan mendekat ke Edrick, wajahnya penuh keringat. “Kau berhasil menghentikan sebagian… tapi kau juga membelah mereka. Kini ada dua pihak, dan keduanya akan memanggilmu pemimpin.”

---

Di menara jauh, Lady Corvane mendengar laporan dari mata-matanya. Senyum tipis mengembang di wajahnya.

“Bagus,” katanya. “Biarkan rakyat saling membunuh atas nama api biru. Biarkan pangeran itu berdiri di tengah mereka, setengah pahlawan, setengah iblis. Semakin ia mencoba menyatukan, semakin ia membelah.”

Sosok berkerudung hitam di sampingnya tertawa lirih. “Dan saat kota terbakar oleh api biru, ia akan lupa pada siapa dirinya sebenarnya. Saat itu, rantai terakhirnya patah.”

---

Malam berakhir dengan ratusan mayat tergeletak di alun-alun. Sebagian besar rakyat, sebagian pengawal, bahkan anak-anak muda yang nekat mencoba api biru. Bau daging hangus menempel di udara.

Edrick berdiri di tengah lautan mayat, Ashenlight padam tapi masih bergetar. Lyra menangis di sisinya, Rowan menatap kosong, dan Darius mengumpat lirih.

“Ini baru permulaan,” kata Edrick lirih. “Aku sudah memilih jalanku. Tapi aku tidak tahu apakah jalanku membawa mereka pada kebebasan… atau kehancuran.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!