Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapat keluarga Besar
Langit Sisilia sore itu muram, awan gelap bergelayut, seakan mencerminkan suasana hati para mafia yang sedang bersiap menghadiri pertemuan besar.
Bima—yang kini hidup sebagai Dante Romano—duduk di kursi belakang mobil hitam klasik bersama Marco dan Giovanni. Jalanan menuju vila tua milik keluarga Cattaneo penuh penjagaan bersenjata.
Marco melirik ke arah “bos”-nya dengan gelisah.
“Boss, kau yakin dengan keputusan ini? Semua keluarga besar akan hadir. Mereka menunggu untuk melihat apakah Dante Romano masih kejam seperti dulu, atau…”
“…atau sudah berubah jadi penceramah jalanan,” Giovanni menyahut, nadanya setengah mengejek.
Bima terkekeh kecil, meski jantungnya berdebar. “Tenang saja. Kita akan tunjukkan bahwa Romano tidak lagi jadi anjing gila, tapi singa yang bijak.”
Sistem menimpali dengan suara dingin.
> [Misi Baru: Pertahankan wibawa Dante Romano dalam rapat keluarga besar tanpa melakukan kekerasan berlebihan.]
[Hadiah: +300 Poin Kebaikan, +Skill ‘Diplomasi Mafia Lv.1’.]
Bima mendesah dalam hati. “Sistem, kau kira aku ini diplomat PBB apa?”
---
Aula Pertemuan
Vila keluarga Cattaneo berdiri megah dengan dinding marmer, lampu kristal, dan meja panjang yang dipenuhi anggur merah. Di sekelilingnya, para bos mafia dari berbagai keluarga duduk dengan wajah penuh curiga.
Begitu Dante masuk, ruangan seakan menegang. Beberapa bos langsung berhenti bicara, sebagian lain menatapnya dengan sinis.
“Ah, akhirnya hadir juga… sang serigala Romano,” kata Don Ruggiero, bos tua dari Napoli, sambil mengusap cerutunya.
Bima berdiri tegak, mencoba meniru aura intimidasi Dante yang asli. Ia menyapu tatapan ke sekeliling ruangan, lalu tersenyum tipis. “Terima kasih sudah menunggu. Romano tidak pernah lari dari meja perundingan.”
Beberapa bos mengangguk, tapi sebagian lain menyeringai meremehkan.
Don Vittorio, bos muda yang ambisius dari keluarga kecil, bangkit. “Romano, kudengar kau menolak balas dendam terhadap Barzini. Bahkan… kau undang mereka makan malam?”
Ruangan langsung gaduh. Tawa sinis terdengar.
“Romano sudah jadi badut!”
“Dia kehilangan taringnya!”
“Dante Romano yang dulu sudah mati!”
Marco mengepalkan tangan, siap membela bosnya. Giovanni hampir mencabut pistol. Tapi Bima mengangkat tangan menahan mereka.
Ia maju ke tengah ruangan. “Benar. Aku tidak membalas dendam. Tapi justru karena itu, bisnis Romano masih berdiri, tanpa ada darah yang mengalir di jalanan Palermo. Sementara kalian…” ia menatap Vittorio tajam, “…berapa banyak anak buah kalian mati hanya karena ego bodoh?”
Ruangan kembali hening. Vittorio terdiam, wajahnya memerah.
---
Don Cattaneo, tuan rumah rapat, tertawa rendah. “Hm… menarik. Romano kecil ternyata bisa bicara seperti orang bijak. Tapi jangan salah paham, Dante. Dunia mafia bukan tempat untuk mimpi damai. Kau terlalu lembut, kau akan diinjak.”
Bima tersenyum samar. “Lembut? Tidak. Aku hanya memilih medan perang yang lebih menguntungkan.”
Ia mengeluarkan berkas dari dalam jas. Semua bos menoleh penasaran.
“Ini catatan jalur penyelundupan baru melalui pelabuhan Afrika Utara. Lebih cepat, lebih murah, dan lebih aman. Romano sudah menguasainya.”
Gegas, ruangan jadi riuh. Semua bos tahu jalur itu berarti miliaran euro.
Bima menutup berkas itu. “Kalau kalian mau kerja sama, kita semua kaya. Kalau kalian mau perang, jalur ini hanya untuk Romano.”
---
Don Ruggiero meletakkan cerutunya, menatap Bima dengan sorot baru. “Huh… anak muda ini pintar. Lebih berbahaya daripada Dante lama.”
Don Vittorio masih mencoba menyela. “Tapi… tapi dia sudah berkhianat pada adat mafia! Apa artinya jadi mafia kalau tidak membalas dendam dengan darah?!”
Bima melangkah mendekat. Aura “Intimidasi Positif” dari sistem kembali aktif.
“Vittorio,” suaranya berat, dingin, tapi juga penuh wibawa. “Kalau kau ingin jadi anjing liar yang menggonggong darah, silakan. Tapi ingat, seekor anjing takkan pernah jadi raja. Romano… adalah singa.”
Ruangan terdiam. Beberapa bos menunduk hormat.
Sistem berbunyi:
> [Skill Diplomasi Mafia Lv.1 terbuka!]
[Efek: Kata-kata host mampu menundukkan lawan tanpa kekerasan.]
---
Rapat itu berakhir dengan hasil mengejutkan: sebagian besar keluarga besar mulai condong pada Romano, terutama karena jalur penyelundupan baru yang ia tawarkan.
Namun sebelum bubar, Don Cattaneo menghampirinya secara pribadi. “Aku tak tahu siapa kau sebenarnya, Dante. Kau bukan orang yang sama dengan dulu. Tapi ingat… perubahanmu akan membuat banyak musuh, terutama mereka yang takut kehilangan kekuasaan.”
Bima hanya tersenyum kecut. “Biarlah. Kalau mereka takut pada kebaikan, itu masalah mereka. Tugasku… menjalankan jalan baru.”
---
Dalam perjalanan pulang, Marco menatapnya kagum.
“Boss… aku tidak percaya. Kau menundukkan semua bos hanya dengan bicara. Kalau Dante lama pasti sudah tembak kepala mereka satu-satu.”
Giovanni ikut mengangguk. “Kau benar-benar berubah, Boss. Dan anehnya… aku mulai menyukai cara ini.”
Bima menatap ke luar jendela mobil, lampu-lampu kota berkilau. Dalam hatinya ia bergumam, “Mungkin… misi gila ini tidak mustahil.”
Tapi jauh di kejauhan, bayangan musuh baru sudah menanti. Seorang pengkhianat di dalam keluarga Romano sendiri, yang tidak suka melihat perubahan Dante.
Sistem mengeluarkan peringatan terakhir malam itu:
> [Ancaman Baru: Pengkhianat internal terdeteksi.]
[Identitas: ???]
Bima menegang. “Astaga… baru juga selesai satu drama, sudah muncul season berikutnya.”