jatuh cinta dengan pria seumuran itu adalah hal yang sudah biasa bukan?, namun bagaimana jika perasaan itu malah tertuju pada seorang pria dewasa yang seumuran dengan ayahnya?.
"hot, seksi, dan menggetarkan." gumam gadis beseragam SMA menatap tak berkedip pada tubuh tegap di depannya.
"Dasar gadis gila, menyingkirlah." penolakan terjadi, namun apakah gadis SMA itu menyerah?. ck, tentu saja tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Setelah acara sarapan selesai, flor tidak langsung pergi ke kamarnya.
Gadis itu lebih memilih untuk menyempat kan diri terlebih dahulu melangkah ke arah dapur untuk membuat cemilan yang akan ia bawa ke dalam kamarnya sembari menonton film yang di rekomendasi kan oleh remika.
Cemilan yang sudah siap sebenarnya, hanya tinggal di panggang saja untuk beberapa menit.
Di luar kaca jendela dapur, terlihat guyuran salju yang semakin lebat saja. Membuat suhu rungan terasa sediikit lembab, bahkan baju tebal yang flor pakai belum cukup untuk benar benar menghangat kan tubuh gadis itu.
"Nona, apa anda perlu bantuan?." Tanya salah satu pelayan terlihat menghampiri nona muda mereka yang berada di dapur sendirian.
Menggeleng. "Tidak perlu kak, aku bisa sendiri." Jawabnya membuat pelayan berusia 25 tahun itu tersenyum lalu izin untuk kembali melakukan pekerjaannya.
Setelah beberapa menit berlalu, cemilan itu pun sudah selesai di panggang. Dan flor dengan cekatan memindah kan cemilan tersebut ke dalam wadah, dan tak lupa ia juga mengambil garpu agar bisa menyantapnya dengan mudah.
Sedang kan itu di sisi lain.
Kini drako yang sudah mantap dengan rencana yang di beri kan oleh sepupunya, sudah mulai melakukan apa yang stanley kata kan di pertemuan mereka terakhir kali.
Di mana langkah pertama yang stanley beritahu yaitu agar drako bisa tinggal di gedung apartemen yang sama dengan selaah kalau perlu berada di lantai yang sama serta unit yang berdekatan, karna dengan begitu drako bisa memantau dan mengawasi gadis itu namun jangan sampai selaah curiga jika hal itu di lakukan karna memang ada unsur kesengajaan.
"Ini barang barangnya tuan, semoga musim dingin anda menyenang kan!." Kata supir taxi dengan ramah, membuat drako hanya menyikapi dengan cara mengangguk acuh, sebab tidak terbiasa di beri kan senyum selebar itu di tambah pupil mata yang terlihat aneh.
Setelah semua barang barangnya di turun kan, drako pun mulai masuk ke dalam gedung apartemen yang ia beli dengan mengantongi access card yang sudah lebih dulu ia dapat kan.
Pria itu terlihat memakai mantel tebal yang sangat cocok di tubuhnya, membuat orang orang yang berlalu lalang di sekitar lobi apartemen tampak tak berkedip melihat perawakan mafia tersebut.
Mafia yang sedang izin cuti pada bos sekaligus sahabatnya untuk jangka waktu yang tidak bisa di tentu kan, dan itu semua di karena kan ingin mengejar dan memperbaiki sebuah hubungan yang sudah lama terjalin namun tidak ada komunikasi dari dua belah pihak.
Setelah masuk ke dalam lift, drako menemukan sosok lain di dalam sana.
Seorang pria dengan wajah oriental sedang berdiri di sudut dinding lift sambil mengetik sesuatu di ponselnya, sedang kan di depan kakinya. Terdapat sebuah paper bag yang berukuran sedang dengan setangkai bunga mawar putih yang menjulang di sudut paper bag, tak sampai di situ saja.
Mata tajam drako juga menangkap sebuah kotak cincin beludru berwarna merah yang di letak kan di saku mantel pria itu, membuat drako berpikir jika pria tersebut sedang ingin melamar kekasihnya yang juga tinggal di gedung apartemen itu.
Setelah lift tersebut sampai di lantai tujuan, pria itu lebih dulu keluar dengan senyum mengembang yang tidak luntur.
Dan drako yang melihatnya hanya bisa menatap datar pria itu sembari berjalan ke depan untuk sampai pada unit apartemen miliknya.
Beberapa langkah di lewati, tiba tiba saja pria asing tadi berhenti di sebuah pintu yang di sana langsung terbuka begitu lebar.
Mungkin pria asing itu sudah lebih dulu mengabari kedatangannya pada si pemilik unit jika dia akan datang berkunjung.
Tak ingin ikut campur dan perduli dengan orang lain, drako pun melanjut kan langkah tegasnya hendak melewati pria asing tadi yang sudah berlutut di depan seorang wanita yang merupa kan pemilik unit.
Dan saat drako sudah berada tepat di depan mereka, lebih tepatnya di belakang tubuh si pria. Tiba tiba saja ia di buat tersentak, kala sesorang berjalan cepat ke arahnya dan langsung memeluk lengan kekarnya dengan erat.
"Maaf kan aku rob, tapi aku sudah memiliki calon suami yang di jodoh kan oleh kedua orang tua kami. Dan sebentar lagi kami juga akan menikah, maka dari itu dia datang jauh jauh ke sini untuk menjemput ku karna kami akan ke butik untuk melihat gaun yang sudah kami pesan minggu lalu." Ucap wanita yang usianya sekitar 28 tahun, sembari menempel kan wajah tirusnya pada lengan drako dan menatap tidak enak pada pria bernama rob itu.
Belum sempat pria bernama rob itu buka suara, fokus mereka semua pun jadi teralih kan pada benda jatuh yang letaknya tidak jauh dari mereka berdiri.
Dan saat menoleh...
Tak...
Dua pasang mata saling bertemu pandang dengan sorot mata yang berbeda.
"Oh nona selaah, kau akan berangkat sekarang?. Ku pikir kau tidak akan pergi karna di luar sana salju masih sangat lebat." Ucap wanita bernama vixi, yang merupa kan tetangga unit selaah selama tinggal di sana, sekaligus wanita yang masih setia merangkul lengan drako dengan erat.
Selaah terlihat menghela nafas, lalu memutus kan kontak matanya dengan drako. "Iya kak, aku harus pergi karna mereka sudah menunggu ku." Kata selaah dengan senyum tipis yang di paksa kan, di mana gadis itu yang selalu menyempat kan diri untuk mengunjungi salah satu panti di setiap hari libur tiba. Dan itu bukan lah hal yang baru untuk vixi yang sering melihat selaah ke sana, sebab jaraknya yang tak begitu jauh dari gedung apartemen yang mereka tempati.
Selaah sedikit menunduk kan kepala tanda ingin pamit dari sana, namun sebelum itu terjadi.
Vixi sudah lebih dulu terjatuh ke lantai akibat dorongan kuat pria yang dari tadi ia peluk lengannya, dan itu membuat selaah serta pria bernama rob langsung membulat kan mata karna kaget.
"Ikut aku." Kata drako yang tanpa basi basi langsung menarik lengan selaah begitu saja untuk menjauh dari sana, tanpa memperduli kan kondisi wanita yang ia dorong dengan kuat beberapa saat lalu.
"Lepas, apa apaan kau ini ha? Kau tidak lihat kak vixi terluka karna kau dorong. Kau gila, bagaimana bisa kau mendorong calon istri mu." Sentak selaah tajam saat mereka sudah berada di sudut ruangan yang cukup jauh dari vixi dan juga rob berada.
Nafas selaah naik turun, merasa kan emosi yang tumpah saat drako menariknya menjauh meninggalkan tetangganya yang sedang terluka.
Belum lagi sebuah status yang sebelumnya tidak pernah ia sangka akan datang juga, dan itu sudah atau sangat cukup membuatnya merasa kaget.
Bab ini masih part selaah sama drako, dan bab selanjutnya kita balik lagi ke flor dan stanley.
"Apa maksud mu? Calon istri siapa yang kau maksud?." Drako mengerut kan alis beberapa saat kala mendengar ucapan selaah barusan.
"Ck, sudah lah. Bagaiamana pun tidak akan ada lagi yang akan terganggu untuk itu, dan aku hanya ingin mengata kan 'selamat'. Semoga pernikahan kalian nanti di lancar kan, dan untuk kane. Ku rasa, dia pasti senang mendengar berita ini. Jika daddy nya akan segera menikah, dan itu berarti dia akan memiliki dua mommy walau pun mommy yang paling ia sayangi tetap lah aku." Tekan selaah manatap tak kalah tajam ke arah drako.
"Cukup. Jangan membuat ku kehabisan kesabaran mendengar omong kosong mu ini, kau tidak lihat jika wanita gila itu lah yang tiba tiba saja menempel dan mengata kan hal yang aneh." Selaah memaling kan wajah mendengar itu, karna dia yang tidak melihat kejadian dari awal, namun siapa sangka jika pria yang di cerita kan vixi selama ini adalah drako.
Pria yang sengaja ia hindari selama bertahun tahun lamanya, dan kini adalah pertama kalinya mereka saling berbicara setelah sekian lamanya selaah menghindar.
"Sudah lah, jangan mengelak lagi. Aku tau hidup ini terus berjalan, dan begitu pun kehidupan kita masing masing terutama menyangkut hal pasangan. Maka dari itu karna kau sudah menentukan semuanya walau pun di anatara kita belum ada kata perpisahan, maka aku juga akan melakukannya tanpa merasa tidak nyaman dengan status hubungan kita yang masih terjalin walau pun tidak pernah lagi saling bicara."
"Kau yang menghindar lea." Potong drako dengan penekanan yang mutlak, membuat selaah berhenti mengutara kan ucapannya sesaat. "Kau yang menghindari ku, kau yang pergi tanpa mengata kan apa apa. Padahal sedari awal kau lah yang membuat hubungan ini terasa asing, seakan akan hanya aku lah yang bersalah di sini."
"Jadi aku yang salah? Salah karna mencurigai sesuatu yang benar, walau pun itu adalah bagian dari masa lalu." Air mata selaah tumpah juga, merasa getir dengan keadaan yang ada.
Dia sudah berusaha keras untuk melupa kan sosok laki laki di depannya ini, bahkan ia diam diam pernah mencoba untuk menjalin hubungan dengan pria lain dan berharap akan segera menghapus nama drako di hatinya.
Namun bukannya terhapus, nama itu selalu saja menghantuinya setiap kali ia dan pria itu bertemu. Yang seakan akan dia sedang di awasi dari jarak dekat, padahal nyatanya drako saat itu berada di negara yang berbeda.
"Aku ingin pergi, lepas kan tangan mu itu, tuan." Kata selaah datar sembari mencoba melepas kan cekalan drako pada lengannya.
Bruuukk...
Punggung selaah terbentur ke arah dinding dengan tubuh yang sudah di kukung oleh pria tinggi di depannya, belum lagi kedua tangan yang di tahan di belakang tubuh membuat posisi mereka begitu dekat sampai sampai selaah bisa merasa kan nafas hangat yang keluar dari mulut drako.
"Jangan membuat keadaan semakin keruh lea, kau tau jika selama ini aku tidak pernah berminat sedikit pun untuk dekat dengan wanita mana pun. Dan kau tau itu, lantas sekarang kau malah membenar kan sesuatu yang sebenarnya hanya lah salah paham, dan aku yakin kau melakukan itu semata mata hanya untuk pergi dari ku, kau menghindari ku, bukan begitu nona?." Nafas drako memburu menahan emosi melihat selaah yang memanfaat kan situasi yang vixi cipta kan, dan itu membuatnya kesal bukan main.
Drako semakin mengikis jarak, menatap lurus wajah sembab selaah yang semakin cantik dan dewasa. Mengagumi dalam hati gadis yang dulu tak pernah ia anggap sebagai wanita melain kan gadis remaja ingusan yang butuh perhatian dan kasih sayang.
Jarak di antara wajah mereka semakin mendekat, dan tubuh selaah yang tidak bisa bergerak karna drako tahan semakin tegang untuk kembali berada di situasi seperti ini.
"Dari awal kau sendiri lah yang mengetuk pintu hati ku untuk di buka lea, padahal kau pun tau jika hati ku itu belum bisa atau belum sanggup menerima orang baru bahkan bertahun tahun setelah kema tian larissa. Namun kau sangat keras kepala, melakukan segala hal agar pintu itu bisa terbuka dan kau bisa masuk ke dalam sana. Bahkan kau pun juga berusaha untuk merusak kuncinya karna merasa putus asa tidak bisa membukanya dengan mengorban kan banyak waktu untuk itu, dan saat aku membukanya. Kau pun masuk, membersih kan ruangan beku itu dan mendekorasinya seakan akan kau akan menetap di sana untuk waktu yang tidak bisa di tentu kan."
.
.
.
.
Cup..
Permukaan bibir mereka sudah bertemu, namun drako menahan untuk tidak melakukan gerakan yang berakhir tak terkendali.
Nafas selaah tercekat, membenci sekaligus merindu kan momen int!m seperti ini.
"Hanya saja." Drako berbisik melanjut kan ucapannya. "Baru beberapa minggu kau berada di sana, kau malah meninggalkan tempat itu, meninggalkannya ke tempat yang jauh tanpa kau berpikir jika ruangan itu jika di tinggal kan dengan jangka lama dia akan merasa kehilangan dan tak terawat sampai sampai berdebu, lea!."
"Dan sekarang, pemilik ruangan itu datang untuk menyusul mu. Meminta pertanggung jawaban dari perbuatan mu itu, dan tentu saja tidak akan pernah menerima alasan apa pun termasuk rumah lain yang diam diam kau sewa sebagai tempat istirahat untuk sementara."
Glek...
Netra selaah terangkat lebih tinggi menatap lurus mata drako yang menusuk, dan ucapan perumampaan itu benar benar membuat selaah tak habis pikir.
Dan apa selama ini drako memang mengawasinya? Sebab dari mana pria itu tau jika selaah memang sempat menjalin hubungan dengan pria lain, sebagai pengalihan agar ia bisa melupa kan sosok drako.
Setelah mengata kan itu, pengangan drako pada kedua tangan selaah pun mulai melonggar dan kemudian terlepas seiring langkah kaki yang mulai mendekat ke arah mereka.
"Mm...maaf lea, dan tuan?." Vixi sedikit gugup, karna tak menyangka jika laki laki yang ia jadi kan tameng untuk menolak rob ternyata memiliki kedekatan dengan tetangganya, apa lagi selama ini ia tidak pernah melihat sosok drako berkunjung ke apartemen milik selaah selama ia mengenal gadis itu dan tinggal di apartemen yang sama, jadi ia pikir drako hanya lah pria random yang kebetulan datang ke gedung itu untuk menemui seseorang.
"Tidak masalah kak, aku permisi." Kata selaah, lalu pergi dari sana tanpa menoleh ke arah drako sedikit pun.
Dan seperginya selaah, drako juga berlalu dari sana ke arah unitnya tanpa menoleh ke arah wanita yang sudah membuat hubungannya dengan selaah malah semakin jauh.
Hari libur pun telah usai, dan pagi ini flor kembali menginjak kan kakinya ke halaman sekolah.
"Hai flor?!." Sapa seorang pemuda yang selama ini terus saja mendekatinya, padahal flor sendiri sudah memberi kan kode jika ia tidak tertarik pada pemuda tampan itu.
"Hm, hai juga ranov." Sapa flor kembali, sekedar memberi kan balasan kecil agar pemuda itu tidak bertanya macam macam, sebab hari ini suasana hatinya sedang tidak baik baik saja.
Mengingat pagi ini bagaimana sikap stanley yang di luar dugaannya, dan itu membuat mood nya jadi berantakan.
Awalnya flor berpikir jika stanley akan merasa canggung dan sedikit tak nyaman saat melihat sikapnya kemarin yang begitu lancang mengecup pipi laki laki dewasa itu. Namun ternyata, stanley malah ikut mengikuti perannya sebagai seorang ayah untuk flor.
Dan tentu saja itu memuak kan bagi flor sendiri, di mana seakan akan rencana yang ia pikir kan akan berjalan dengan baik baik saja, kini malah cacat saat baru saja di mulai.
"Flor.....!!" Teriak remika dari arah lain, dan itu membuat florencia dan juga ranov langsung menoleh ke arah sumber suara.
Dan di sana, ia melihat remika sedang tersenyum lebar sembari memegang sebuah paper bag di tangannya, dan tentu saja gadis itu tidak sendiri. Dia datang bersama daisy yang menyungging kan senyum tipis ke arah mereka, dan tak lupa di dalam mobil hitam yang ada di belakang dua gadis itu, terlihat ayah daisy yang juga sedikit tersenyum ke arahnya dan dan juga ranov.
Tak lama dari itu, remika dan daisy pun mulai melangkah untuk menyusul flor dan juga ranov. Di mana kelas mereka yang memang berdekatan, dan tentu saja itu adalah hal yang biasa mereka lakukan yaitu saling beriringan saat hendak memasuki kelas.
Bahkan ranov, pemuda itu entah bagaimana ia selalu datang di saat flor juga baru tiba di sekolah. Dan hal itu lah yang membuat beberapa siswi mulai bergosip, jika keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang akan datang ke sekolah bersama sama meski pun tidak mengguna kan kendaraan yang sama atau di dalam kendaraan yang sama.
"Apa itu?." Flor bertanya merasa penasaran dengan isi paper bag yang remika bawa.
"Oh itu, itu adalah hadiah dari ayah ku flor. Ayah ku kemarin baru saja datang dari luar kota, dan dia membawa banyak oleh oleh untuk ku tanpa aku minta lebih dulu, dan dia juga memberi kan kau dan mika hadiah kecil. Dan yang di pegang oleh mika itu adalah hadiah untuk mu, semoga kau suka karna aku melihatnya tadi, sebuah sepatu dan aku yakin kau pasti akan suka." Jawab daisy, memberi kan penjelasan yang sangat detail membuat flor hanya tersenyum kecil dan sedikit mengangguk.
Sementara remika, flor tak sengaja melihat wajah gadis itu yang tampak merona membuat flor menyipit kan mata curiga.
"Remika. Bagaimana dengan kau, Apa hadiah yang kau dapat kan dari paman levi?. Apa kah sepatu juga seperti ku, atau mungkin tas mewah seperti kebanyakan hadiah yang daisy dapat kan."
Terkejut, remika tampak menelan ludah gugup saat mendengar ucapan flor barusan.
"Ck, kau tau flor? Remika itu benar benar membuat ku kesal, sungguh. Dia tidak ingin memberitahu ku apa hadiah yang ayah ku beri kan untuknya, bahkan dia juga meminta ayah untuk merahasia kan hadiah apa yang dia beri kan untuk mika dengan alasan jika itu privasi gadis centil ini." Seru daisy lagi, yang memang merasa kesal saat remika malah tidak memberitahu isi paper bag yang di beri kan oleh ayah nya.
"Oh ya? Aku ikut penasaran untuk itu, apa mungkin hadiahnya adalah sesuatu yang menakut kan?. Mengingat kau yang tidak menyukai hal hal yang berbau menyeram kan bukan?, sedang kan remika dia menyukainya."
Mendengar itu, remika langsung menghela nafas dengan lega merasa kali ini flor telah membantunya untuk lepas dari pertanyaan dan tingkah penasaran dari calon anak tirinya itu.
Calon anak tiri?.
Ya, itu lah sebutan yang remika semat kan untuk daisy. Dan tentu saja sebutan itu hanya ia guna kan saat sendiri atau tidak di depan florencia saja, dan itu sudah berlangsung sejak lama tanpa di ketahui oleh daisy sendiri.
"Benar kah begitu mika? Kalau memang iya, mengapa tidak bilang saja. Untungnya aku tidak memaksa mu untuk membuka hadiah mu itu, menyebal kan sekali kau ini." Daisy cemberut, menyilang kan kedua tangannya karna merasa kesal dengan remika.
"Oh ya ampun, bayi ku sedang kesal. Bagaimana jika aku dandani saja, hm? Bukan kah lusa kau akan pergi ke pesta bersama ayah mu itu." Suara remika terdengar, merayu daisy yang sedang marah.
Dan benar saja, wajah daisy langsung berbinar. Sebab selera make up yang ia sukai adalah hasil dari tangan seorang remika.
Flor menggeleng, lalu tersenyum kecil melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu. Yang saat bertengkar, itu tidak akan memakan waktu lebih lama, karna setelahnya mereka berdua akan kembali berbaikan.
Dan pemandangan itu, tak luput dari mata ranov yang semakin hari semakin terpesona saja dengan kecantikan seorang florencia.
Tak terasa, jam istirahat pun telah tiba.
Dan kini ketiga sahabat itu tengah berada di toilet sekolah untuk memperbaiki penampilan mereka, termasuk daisy tentunya. Yang ibarat kata, gadis itu tidak bisa lepas dari yang namanya cermin, ia begitu terobsesi untuk melihat pantulan wajahnya 1 jam sekali.
"Sebentar, aku akan kembali girls." Seru daisy, keluar dari toilet sembari mengangkat telfon di tangannya.
"Adq apa?." Flor bertanya setelah selesai membuat sedikit sampah pada tubuhnya.
Remika mengedip kan bahu, pertanda tak tau dengan pasti.
Setelah membersih kan tangannya di wastafel, flor pun menolek ke arah remika yang sedang memakai lipbalm pada bibirnya.
"Jawab aku mika, apa yang kau sembunyi kan? Maksud ku, hadiah apa yang membuat mu tidak ingin aku dan daisy mengetahuinya." Flor bertanya, dengan nada penasaran.
Sebelum menjawab, remika lebih dulu berjalan ke arah pintu keluar lalu mengunci pintu itu karna tidak ingin ada orang lain yang mendengar percakapannya bersama florencia.
"Hm, begini flor. Aku akan jujur ke pada mu, dan tentu saja tidak akan ada yang aku tutup tutupi tentang apa pun itu termasuk hubungan ku dengan paman levi." Kata remika sedikit gugup, dan itu membuat flor merasa semakin penasaran.
"Apa maksud mu? Hubungan apa mika, jangan bilang......... kau sudah berhasil mendapat kan paman levi?." Tanya flor menerka, namun mendengar ucapan remika barusan. Flor merasa jika apa yang ia kira itu adalah hal yang benar, dan benar saja.
Remika mengangguk, yang membuat mulut flor menganga tak percaya.
"Oh my god."