NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dendam Kesumat / Tumbal
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Juniar Yasir

“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’


Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.

Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.

Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.



Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu mayat

“Ku mo-mohon, Arghkkkk!!’’ Parjo merasakan sakit tidak terkira saat benda tajam itu menusuk perutnya.

Darah mengalir deras dari perut bagian kiri Parjo. Pria ini melototkan mata saking sakitnya. Tapi jubah hitam tidak iba sama sekali.

“Kau ingat tidak, betapa kejamnya kslian memperlakukan adikku!? Kalian menungganginya tanpa ampun. Padahal saat itu Dia sedang hamil sialan!’’ ucap jubah hitam marah sekali. Lalu tanpa menjeda, jubah hitam menarik kasar ginjal Parjo.

Setelah selesai dengan tugasnya dengan santai jubah hitam pergi dari lokasi begitu saja. Mobilnya berjalan pelan melalui desa Kabut Surem. Padahal korban dalam keadaan sekarat. Tak lama hantu wanita dengan seringaian jahatnya menusuk dada Parjo. Parjo yang memang sudah di ambang kematian, seolah pasrah. Karna mau minta tolong juga sudah tidak bisa dan percuma saja. Hantu wanita langsung menarik kasar jantung Parjo. Pria itu kejang-kejang berakhir meninggal dunia.

💀

Seperti biasa, setiap malam Jum'at para pria dewasa akan mengadakan yasinan dari rumah ke rumah. Tak terkecuali Diki, pak RT RW dan teman sejawatnya. Selesai yasinan mereka tak langsung pulang. Biasanya pasti akan nongkrong dulu di Pos ronda atau warung kopi bude Narti.

“Eh kok malam ini rasanya beda ya. Serem gitu auranya’’ ucap Santo.

“Ya iyalah beda, kan malam wajib untuk perkutut masuk ke sarang menganga’’ celoteh Diki.

“Eh kampret itu mulut! Nggak lihat ini ada yuda.’’ Agus menamplok mulut Diki yang tidak bisa di filter. Sedangkan Yuda hanya tersenyum canggung.

"Mau kemana Kar?’’ tanya Santo melihat Diki yang tiba-tiba saja beranjak.

“Ya mau baiklah. Nggak lihat udah mau jam 1, yang ada nanti malah tidak dapat jatah’’ Diki terbahak dengan ucapannya sendiri.

“Yee, yang menganga saja yang ada di pikiranmu itu!’’ sinis Santo.

Tidak lagi menanggapi, Diki menaiki motornya lalu melanjutkan pulang. Pria ini bersiul memecah kesunyian malam. Hanya terdengar suara motornya saja yang bising karena knalpot sudah bolong. Saat melewatkan tikungan, Dirinya melihat motor yang terparkir di tepi jalan. Lalu Diki berhenti, melihat kiri kanan tidak ada siapa pun.

“Ini kan motor Parjo, kemana tuh orang? Apa buang air?!’’ gumamnya pelan.

Entah karena firasat atau apa, Diki jadi penasaran juga. Setelah 5 menit si empu yang punya motor tidak kunjung menampakkan diri. Takutnya di terkam binatang buas, atau di gigit binatang berbisa. Karena di sini banyak semak dan kebun pastilah banyak sekali binatang buas, pikir Diki.

Diki mengambil senter dari jok Honda lalu mulai berjalan dan mengarahkan senter ke arah semak-semak belukar. Tidak ada ketakutan sama sekali, padahal tempat ini tidak jauh dari kejadian kematian Kardi yang tragis. Entah karena lupa atau memang Diki pemberani. Diki mulai berjalan ke arah kebun cengkeh, di situ tidak terlalu ada semaknya karena sering di ambil rumput untuk makanan ternak. Semakin masuk ke dalam pria ini tercium bau amis luar biasa.

“Hem bau apa ini, Kok amis sih? Tidak mungkinkan amis telor atau pun ikan?’’ monolog Diki.

Perasaannya mulai dilanda takut, apalagi dirinya sendiri. Diki memutuskan untuk pulang saja. Ada rasa menyesal juga karena sudah sok berani begini. Tapi saat akan berbalik, senternya tidak sengaja menyorot sesuatu yang tergantung. Kembali penasaran Diki berjalan pelan mendekati sesuatu yang menggantung. Saat semakin dekat Diki di buat shock bukan main melihat sesosok tubuh yang menggantung terbalik, darah segar sudah mengering di bagian dada. Tapi darah bagian perut kiri masih mengalir deras.

“Ya Allah! Par-Parjo?!’’ Diki mundur dan terduduk lemas.

Sempat diam terpaku, akhirnya Diki kembali tersadar. Segera dirinya merogoh saku mengeluarkan ponsel. Dengan gemeteran Dirinya mencari kontak Santo. Setelah menemukan nomer yang di cari Diki langsung menghubunginya.

“Ha-hallo’’

........

“Ada ma-mayat. Cepat bawa Pak lurah dan yang lain kesini.

........

“Eh monyet, aku serius. Untuk apa juga mengerjai kalian, apalagi bawa-bawa Pak lurah!’’

..........

“Di Kebun cengkeh Pak lek Sardi’’

Tuuuut..

.

“Diki masih gemeteran saat ini. Bagaimana tidak, didalam gelap begini Dirinya hanya sendirian bertemankan mayat Parjo. Mana mayatnya melotot lagi. Bagian mulut juga mengeluarkan darah. Siapapun pasti akan takut dalam posisi ini. Apa lagi malam hari, ini saja Diki berusaha berani meski dalam hati takut sekali. Untung saja laki-laki yang melihat, jika perempuan mungkin akan langsung pingsan. Tumini saja sudah seminggu kasih demam, padahal Dia menjumpai mayat Kardi saat siang hari.

Ini saja Diki rasanya sudah mau mengompol, tapi sebisa mungkin di tahannya. Sangat tidak lucu nanti apabila teman-temannya akan tahu masa orang setengah baya ini harus mengompol segala.

“Aduu! Kemana sih orang-orang kok Yo lama sekali ini’’ gumam Diki semakin merinding saja. Dia merasa di awasi saat ini.

.

Tak lama para rombongan pak Lurah dan yang lainnya datang. Semua terpelangah melihat mayat yang menggantung terbalik. Agus saja sampai menutup mulut saking shock nya.

“Tadi sebelum aku ke warung kopi sempat bertemu Dia di depan peron sawit, sepertinya memang mau pulang. Kok bisa-bisanya Dia sudah meninggal begini. Ya Allah!’’ Agus menggeleng tak percaya. Agus adalah warga RW lain. Memang sering nongkrong di RW sini. kebetulan juga Parjo bekerja di RW Agus tinggal.

“Namanya juga nyawa tidak ada yang tau.’’ timpal pak lurah sambil melihat ponsel.

Pria ini langsung menghubungi pihak berwajib. Sedangkan pak RT pergi ke rumah Erna, untuk memberitahu secara langsung. Takutnya jika diberi tahu melalui telepon, maka akan semakin shock. Karena Erna sendirian dirumah, sedang anaknya mondok di pesantren.

Tiba dihalaman rumah Erna, Pak RT langsung memarkirkan motonya di halaman samping. Dia langsung berjalan menuju pintu dan mengetuknya.

“Assalamu'alaikum’’ ucap Pak RT agak ragu juga. Entah bagaimana mau mengatakan kabar duka ini.

“Wa'alaikum salam’’ terdengar suara dari dalam dan membuka pintu.

“Eh pak RT. Ada apa pak?’’ tanya Erna heran juga. Hatinya sudah tidak enak, karena tumben sekali pak RT datang tengah malam begini.

“Begini Er, tapi kamu sing sabar. Beristighfar dulu, takut nya nanti kamu malah tantrum ini. Saya sendirian, jadinya jika kamu mengamuk saya tidak ada temannya mengurus kamu’’ pak RT malah bicara kemana-mana saking groginya.

Meski bertambah heran, Erna mengikuti juga kata RT. Dirinya beristighfar.

“Sudah pak’’ ucap Erna sudah tidak sabar.

“Parjo ditemukan meninggal dunia Er’’ akhirnya kalimat keramat itu keluar dari mulut pak RT. Dirinya merasa lega, bukan tidak simpati tapi memberi kabar duka pada keluarga bukanlah hal yang mudah.

“Apa?!’’

.

.

Jangan lupa like subscribe dan komentarnya 🙏

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!