Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Kedatangan Cathleen di mansion Giorgio langsung disambut oleh pelayan.
“Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa dibantu?” sapa pelayan itu. Dia belum mempersilahkan tamu untuk masuk sebelum mengetahui secara jelas tujuan kedatangan ke sana.
“Aku ingin bertemu Tuan dan Nyonya Giorgio, apakah mereka ada?” jelas Cathleen dengan ramah. Seketika itu kesedihan yang sempat melandanya pun musnah dan berganti wajah manis penutup lara.
“Ada, silahkan masuk.” Pelayan tersebut baru memberikan izin pada Cathleen untuk duduk di ruang tamu.
“Maaf, nama Nona siapa?” tanya pelayan.
“Evanthe Cathleen Pattinson, panggil saja Cathleen.”
“Baik, Nona Cathleen. Tunggu sebentar, saya panggilkan Tuan dan Nyonya.” Pelayan pamit undur diri. Dia segera masuk ke dalam mencari pemilik mansion Giorgio.
Cathleen yang sedang menunggu pun menyempatkan diri untuk melihat dekorasi di sekeliling. Banyak sekali foto yang terpajang di sana. Bahkan dia sangat tertarik mendekat pada bingkai yang membungkus potret Nyonya Giorgio ketika hamil dan berpose bersama dua orang pria. “Pria ini siapa, kenapa aku tak pernah melihat?” gumamnya sangat lirih.
“Itu Papa Marvel, suami Mommyku yang pertama.”
Tiba-tiba ada suara yang memberi tahu Cathleen tentang orang yang tengah diamati. Ia reflek membalikkan tubuh dan melihat sosok perempuan seumurannya yang tak lain adalah Geraldine.
Cathleen menyengir karena tak enak hati ketahuan penasaran dengan potret yang sudah berumur lebih dari dua puluh tahun lalu. “Maaf,” ucapnya seraya kembali duduk di sofa.
“Santai, Papa Marvel sudah meninggal setelah beberapa bulan kakakku lahir,” jelas Geraldine. Karena melihat wajah Cathleen yang terlihat merasa bersalah sudah lancang, dia pun tertarik untuk menceritakan sedikit masa lalu keluarganya. Toh dirinya sudah tahu siapa Cathleen, yang tak lain adalah adik ipar dari sepupunya. Sekaligus wanita itu teman seangkatan dan orang yang sudah dia repotkan ketika pesta lajang lebih dari satu tahun silam.
Geraldine yang hendak pergi bekerja pun mengurungkan niat sejenak untuk duduk menemani Cathleen di sana. Lagi pula masih lama juga jam masuk kantor. “Ada apa kau mencari orang tuaku?” tanyanya setelah duduk di sofa yang berhadapan dengan Cathleen.
“Ada sesuatu yang aku ingin bicarakan pada mereka,” jawab Cathleen. Ia menunjukkan mimik wajah seperti orang yang sedang terpukul pikirannya.
Geraldine bisa menangkap bahwa ada sesuatu yang sedang tak baik-baik saja dialami oleh Cathleen. “Apakah ini menyangkut keluargaku?”
Cathleen menjawab dengan anggukan. Tentu saja membuat Geraldine penasaran.
“Apa?” tanya Geraldine dengan sedikit mendesak.
Tapi, belum sempat dijawab, Tuan dan Nyonya Giorgio pun duduk bergabung di ruang tamu.
“Kau mencari kami?” tanya Tuan Giorgio yang sejak muda hingga berumur lebih dari enam puluh tahun pun masih memancarkan aura dingin.
Cathleen mengangguk. Sebisa mungkin menunjukkan wajah sedih dan terpukul. “Aku minta maaf jika lancang datang ke mari. Tapi, tidak ada pilihan lain.” Dia menjelaskan dengan suara yang terdengar sedikit tercekat di tenggorokan.
Tentu hal tersebut membuat Geraldine, Mommy Gabby, dan Daddy George menatap bingung ditambah penasaran.
“Maksudmu? Coba jelaskan pada kami, kenapa kau sampai datang ke sini,” pinta Mommy Gabby.
Cathleen menundukkan kepala, lalu tangan menyusup ke dalam tas untuk mengambil ponsel di dalam sana. Ia membuka kunci layar dan memilih galeri. Wanita itu menunjukkan foto sedikit bercak darah di atas ranjang, dan pakaiannya yang sobek.
“Maaf jika aku tidak sopan. Tapi, aku ingin memberi tahu pada kalian jika kemarin malam Gerald telah menodaiku,” ucap Cathleen.
...*****...
Author said, “bohong dosa Cath, gaboleh kaya gitu. Insap Cath insap. Inget neraka woy!”
Cathleen said, “jangan sok suci deh lu Thor. Dah macem pasti masuk surga aje lu! Ini salah siapa bikin nasib gue begini amat? Emang dasar author akhlakless.”
Author tersenyum sinis. “Salahin Ceena noh, dia sih ngambil Ayang Dariushku.”
aq sering kyk gitu.. merem tp gk tidur, dan itu kenyataan