Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak ada sentuhan
Sore yang indah itu terasa terlalu singkat bagi Sekar. Seiring matahari perlahan tenggelam di balik horizon, ia masih duduk di samping Bayu, menikmati ketenangan yang tiba-tiba melingkupi mereka. Meski baru beberapa hari sejak pernikahan mereka, rasanya seperti sudah banyak hal yang terjadi. Perasaan aneh—antara cemas, harap, dan rindu—saling beradu dalam dadanya.
Bayu, yang sejak tadi tampak begitu tenang, akhirnya membuka suara lagi. “Sekar,” panggilnya, suaranya masih lembut, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini, seperti ada beban yang tak terlihat.
Sekar menoleh, menatap wajah suaminya yang kini tampak lebih lelah dari biasanya, meski senyumnya tetap terukir di sana. "Ada apa, Mas?"
Bayu menarik napas panjang, matanya tak lepas dari kolam renang yang kini berkilauan di bawah cahaya bulan. "Aku ingin kita bicara tentang sesuatu. Tentang kita."
Sekar merasakan dadanya berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang berbeda dalam nada Bayu, seperti ada ketegangan yang menyelinap di antara mereka. Ia menahan napas sejenak, berusaha menenangkan dirinya. "Tentang kita?" ulangnya, suara itu terdengar lebih lirih dari yang ia inginkan.
Bayu mengangguk perlahan, matanya tetap terfokus pada air. "Ya. Tentang bagaimana kita berdua berada di sini. Bagaimana aku merasa… jarak yang ada di antara kita. Aku tahu, kamu pasti merasakannya juga."
Sekar terdiam. Perasaannya sudah lama terombang-ambing antara harapan dan kekhawatiran. "Aku… merasa ada sesuatu yang belum aku pahami tentang dirimu, Mas," ujarnya akhirnya, dengan suara yang tak lebih dari bisikan. “Kamu begitu baik, namun kadang aku merasa begitu jauh darimu. Seperti ada tembok yang membatasi kita.”
Bayu tersenyum tipis, namun senyum itu terasa sedikit pahit. "Itu karena aku juga merasa seperti itu. Aku tak ingin menuntutmu terlalu banyak, Sekar. Kita memang baru memulai. Tapi… aku merasa ada bagian dari diriku yang masih belum bisa aku buka untukmu."
Sekar merasa jantungnya serasa tercekat. Apa yang sebenarnya sedang dipendam oleh Bayu? "Apa maksudmu, Mas?"
Bayu menatapnya, kali ini tatapannya tidak bisa lagi disembunyikan. Ada keraguan, ada keresahan. "Aku takut," katanya pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Aku takut jika aku membuka diriku lebih jauh, aku akan mengecewakanmu. Aku takut jika kita terlalu dekat, akan ada sesuatu yang menghalangi kita."
Sekar merasa hatinya berdesir. Ia tidak pernah mengira bahwa Bayu yang terlihat begitu kuat, yang begitu tampak sempurna di mata dunia, ternyata menyimpan rasa takut yang mendalam. Tanpa sadar, ia meraih tangan Bayu, menggenggamnya dengan lembut. "Jangan khawatir, Mas. Kita tidak perlu terburu-buru. Kita bisa mulai perlahan. Aku ingin memahami dirimu lebih dalam, bukan karena kewajiban, tapi karena aku ingin kita benar-benar menjadi pasangan."
Bayu menatap tangan Sekar yang menggenggamnya, lalu matanya beralih ke wajah Sekar yang kini dipenuhi dengan ketulusan. Ada sesuatu dalam tatapan Sekar yang membuat hatinya terasa lebih ringan. Untuk pertama kalinya sejak pernikahan mereka, ia merasa sedikit lebih tenang.
“Terima kasih, Sekar,” bisiknya, suara itu penuh dengan rasa syukur. “Aku terlalu banyak berpikir, hingga melupakan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Aku tak ingin kita hanya sekadar bersama karena kewajiban.”
Sekar tersenyum, mencoba memberi kehangatan yang ia harapkan bisa membuat Bayu merasa lebih nyaman. "Kita bisa saling memberi ruang, Mas. Tapi juga berbagi, jika kita ingin."
Bayu tersenyum, namun kali ini senyum itu tampak lebih tulus, lebih terbuka. “Aku ingin kita berbagi lebih banyak, Sekar. Aku ingin kita benar-benar mengenal satu sama lain.”
Malam itu, di bawah langit yang dihiasi oleh bintang-bintang yang mulai muncul, mereka duduk bersama, berbicara tentang harapan dan ketakutan, tentang masa lalu yang masih membayang, dan tentang masa depan yang belum bisa mereka pastikan. Tapi satu hal yang mereka tahu—mereka ingin bersama, melalui semua ketegangan, kebahagiaan, dan kesedihan yang mungkin akan datang.
---
Hari berikutnya, suasana rumah Pratama kembali terasa hangat dengan tawa. Sekar membantu ibu Arumi di dapur, sedangkan Bayu sibuk dengan pekerjaannya di ruang tamu. Namun ada satu hal yang terasa berbeda—keheningan yang dulunya menyelimuti mereka kini sudah mulai terpecah.
Sekar dan Bayu mulai berbicara lebih banyak, berbagi hal-hal kecil yang membuat mereka saling mengenal. Dari hobi, hingga impian kecil yang mereka pendam. Meskipun tak banyak kata, mereka merasa semakin dekat. Mereka mulai saling menuntun untuk memahami satu sama lain, tanpa tekanan, tanpa beban.
Namun, meski hari demi hari berlalu dengan lebih hangat, ada sesuatu dalam diri Sekar yang masih mengganjal. Ia merasakan bahwa meskipun Bayu menunjukkan perhatian dan kebaikan, ada masa lalu yang belum sepenuhnya ia buka. Sekar ingin lebih dari sekadar perhatian. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Bayu menjadi dirinya yang sekarang—terlalu tertutup, terlalu terjaga.
Satu malam, setelah makan malam yang sederhana namun menyenangkan, Sekar mengajak Bayu untuk duduk di teras. Suasana malam itu tenang, dengan angin malam yang menyegarkan.
“Mas,” Sekar memulai, dengan suara sedikit gemetar, “ada yang ingin aku tanyakan.”
Bayu menoleh, memberi perhatian penuh padanya. "Apa, Sekar?"
Sekar menarik napas, berusaha untuk tidak tampak ragu. "Kenapa kamu selalu terlihat begitu terjaga? Apa yang membuatmu menutup dirimu seperti ini? Aku… aku ingin tahu."
Bayu terdiam sejenak. Kemudian ia menarik napas panjang, seolah mencari keberanian. “Sekar,” katanya, akhirnya, “Aku tidak pernah mengharapkanmu untuk memahami semua ini dengan cepat. Ada banyak hal dalam hidupku yang membuatku seperti ini. Aku… pernah kehilangan orang yang sangat aku sayangi. Sejak saat itu, aku merasa lebih baik menjaga jarak dengan semua orang. Takut terluka lagi.”
Sekar mendengarkan dengan hati-hati. Perlahan, ia meraih tangan Bayu, memberikan ketenangan yang ia bisa berikan. "Mas… aku tidak akan pergi. Aku di sini. Jika kamu mau, kita bisa menghadapi semuanya bersama-sama."
Bayu menatapnya dalam-dalam, dan untuk pertama kalinya, ia merasa sesuatu yang berbeda—ada harapan, ada penerimaan yang tulus di mata Sekar. "Terima kasih, Sekar. Mungkin aku belum siap sepenuhnya, tapi aku ingin berusaha. Untuk kita."
Sekar tersenyum, dan malam itu mereka duduk bersama, berbicara lebih banyak dari sebelumnya. Tak ada lagi jarak yang tak terjamah, tak ada lagi ketegangan yang menahan mereka. Mereka berbagi kehangatan yang perlahan tumbuh, membuka ruang untuk sesuatu yang lebih indah.
....
Minggu berlalu dengan begitu cepat, namun ada sesuatu yang mulai mengganggu pikiran Sekar. Ia merasa seakan ada sebuah ruang kosong di antara dirinya dan Bayu, meskipun mereka berbagi waktu bersama hampir setiap hari. Meskipun Bayu selalu memperlakukannya dengan penuh perhatian, meskipun ia mendengar kata-kata manis dari suaminya, namun ada satu hal yang sangat terasa hilang: keintiman yang seharusnya menjadi bagian dari hubungan mereka.
Tidak ada sentuhan, tidak ada pelukan, bahkan ciuman di pagi hari yang biasanya menjadi kebiasaan pasangan baru—semuanya terasa seperti hanya formalitas. Sekar merasa asing dengan pernikahannya sendiri, seolah-olah mereka terjebak dalam peran yang sudah ditentukan. Bayu yang selalu tampak baik, selalu menjaga sikap dan tatapan, namun tak pernah benar-benar membuka dirinya.
Hanya sekali, di malam pertama mereka, Bayu memanggilnya “istriku” dengan suara yang lembut, namun terasa begitu jauh. Sejak itu, hubungan mereka berlanjut tanpa adanya kedekatan fisik, tanpa ada tanda bahwa pernikahan mereka memiliki gairah atau kedalaman yang lebih dari sekadar pertemuan dua dunia yang berbeda.
Sekar tak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus berbicara dengan siapa. Ia merasa bingung dan cemas, bertanya-tanya apakah ia yang salah, apakah ia yang terlalu menuntut sesuatu yang tidak wajar dalam pernikahan mereka. Tapi keheningan Bayu, yang dulunya tampak tenang, kini semakin membuatnya cemas. Bayu tidak pernah membicarakan perasaan atau apa yang mengganjal di hatinya.
Suatu hari, Ibu Arumi harus pergi ke luar negeri untuk urusan keluarga. Kepergiannya meninggalkan kekosongan di rumah besar itu, membuat suasana terasa lebih sunyi dari biasanya. Sekar, yang sudah mulai merasa asing dengan rumah barunya, merasa lebih kesepian tanpa kehadiran ibu mertua yang selalu ada untuk memberinya petunjuk dan dukungan.
Malam itu, seperti biasa, Bayu tidak pulang. Sekar sudah mulai terbiasa dengan kebiasaan Bayu yang sering pulang larut, namun entah kenapa, malam itu terasa berbeda. Biasanya, Bayu akan memberitahunya jika ia harus lembur atau ada urusan bisnis, tetapi malam itu, ia hanya pergi tanpa memberi kabar. Hati Sekar terasa gelisah, dan pikirannya mulai melayang pada kemungkinan-kemungkinan yang membuatnya cemas.
Apakah Bayu sedang menyembunyikan sesuatu? Ataukah ia hanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya? Sekar mencoba mengusir kekhawatirannya, tetapi rasa ragu dan cemas semakin menguasai dirinya.
Akhirnya, tanpa banyak berpikir, Sekar memutuskan untuk menghubungi Rama, kakak Bayu, yang tinggal di perumahan seberang. Ia ingin tahu apakah Bayu ada di sana atau jika ada sesuatu yang sedang terjadi pada suaminya. Sekar mengambil ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar dan menekan nomor Rama.
Beberapa detik kemudian, telepon tersambung, dan suara Rama terdengar di ujung sana, ceria seperti biasa. “Halo, Sekar! Ada apa?”
Sekar menarik napas panjang. “Mas Rama, maaf mengganggu. Aku hanya ingin bertanya… apakah Bayu ada di sini? Aku merasa sedikit khawatir karena dia tidak pulang semalam, dan aku tidak tahu ke mana dia pergi.”
Rama terdiam sejenak, dan Sekar bisa merasakan adanya keheningan yang aneh. "Sekar, Bayu memang tidak memberitahumu?" akhirnya tanya Rama, suaranya kini terdengar sedikit cemas.
“Tidak, Mas. Aku baru saja menyadari dia pergi tanpa memberi kabar. Aku hanya ingin tahu apakah semuanya baik-baik saja,” jawab Sekar, berusaha terdengar tenang meski hatinya berdebar-debar.
“Sekar… aku tidak ingin membuatmu khawatir, tapi… sebenarnya aku juga tidak tahu ke mana Bayu pergi. Tapi kalau aku jujur, dia memang beberapa kali keluar malam ini untuk urusan pekerjaan yang tidak terlalu jelas. Aku sudah coba tanya, tapi dia tidak banyak bicara. Sepertinya ada sesuatu yang sedang mengganggunya.”
Sekar merasa hatinya seperti dijatuhi batu besar. “Apa yang sedang mengganggunya, Mas? Aku… aku merasa ada yang salah, tapi aku tidak tahu harus bertanya apa lagi.”
Rama menghela napas panjang, suaranya kali ini lebih serius. "Sekar, aku tidak tahu apakah kamu sudah tahu atau belum, tapi… Bayu tidak mudah untuk terbuka, apalagi tentang hal-hal pribadi. Dia sering menutup-nutupi banyak hal, dan kadang aku merasa dia menyembunyikan sesuatu yang besar. Tapi aku tidak ingin kamu terlalu khawatir. Mungkin lebih baik kalau kamu bicara langsung dengan Bayu, kalau dia sudah pulang."
Sekar terdiam. Ada keraguan yang terus menghantui pikirannya. Apakah ini semua hanya tentang pekerjaan, atau ada hal lain yang lebih besar di balik sikap Bayu yang tiba-tiba menjauh? “Terima kasih, Mas Rama. Aku… akan coba bicara dengan Bayu.”
Saat itu, Sekar merasa sedikit lega karena setidaknya ia mendapatkan sedikit penjelasan, meskipun tak sepenuhnya memuaskan. Ia ingin percaya bahwa Bayu akan segera pulang dan menjelaskan semuanya, tetapi ada rasa tidak nyaman yang terus merayap di dalam hatinya.
Malam itu, setelah panggilan selesai, Sekar duduk termenung di ruang tamu, menunggu Bayu pulang. Tetapi semakin lama menunggu, semakin ia merasa terjebak dalam kekosongan yang mendalam. Tidak ada suara langkah kaki, tidak ada pesan singkat dari Bayu. Hanya sunyi yang menemaninya.
Tiba-tiba, pintu depan terbuka dengan suara gemerisik pelan, dan Bayu masuk ke dalam rumah. Sekar segera berdiri, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Bayu tampak lelah, wajahnya terlihat lebih lelah dari biasanya, dan ada sesuatu yang berbeda dalam caranya menatapnya—sebuah jarak yang lebih jauh dari sebelumnya.
“Mas Bayu, kamu pulang…” Sekar berkata pelan, mencoba untuk tetap tenang meski hatinya dipenuhi kecemasan.
Bayu menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Maaf, Sekar. Aku terlambat pulang. Ada banyak hal yang harus aku selesaikan."
Sekar menatapnya tajam, mencari jawaban lebih dari sekadar alasan yang terdengar biasa. "Aku khawatir, Mas. Kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya?"
Bayu menghela napas, berjalan ke ruang tamu dan duduk di kursi dekat jendela. "Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan, dan aku tidak ingin melibatkanmu. Aku… aku butuh waktu sendiri."
Sekar merasa hati itu terhimpit. Ia mencoba menahan air mata, meskipun semuanya terasa sangat berat. “Mas, aku hanya ingin tahu apa yang sedang terjadi. Kenapa kamu tidak bisa terbuka padaku? Aku istrimu, Bayu.”
Bayu terdiam, dan untuk pertama kalinya, ada ekspresi yang jauh di matanya—sebuah rasa sakit yang begitu dalam. Ia menatap Sekar dengan mata yang seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahnya terasa kelu.
“Sekar,” ucapnya akhirnya, suara itu berat dan penuh penyesalan. “Aku… aku takut kalau aku membuka semuanya, aku akan menghancurkan apa yang kita miliki. Tapi aku juga tahu aku tidak bisa terus seperti ini. Maafkan aku.”
Sekar menatapnya dengan penuh harapan, meski hatinya masih penuh tanya. "Aku ingin mendengarnya, Mas. Semua yang kamu sembunyikan. Jangan biarkan ada jarak di antara kita."
Bayu menunduk, dan untuk pertama kalinya sejak mereka menikah, Sekar merasa sedikit lebih dekat dengan suaminya—meskipun masih ada banyak rahasia yang harus mereka pecahkan bersama.
untung ada pak Joni yg bantu Bayu pulang 🥲🥲
duhh ternyata Bayu dahh tau Sekar kerja di toko 🥲🥲
pak Joni yg ksh tau Sekar kerja di toko 🥲🥲
duhhh meskipun hati nya merasa sakit, Sekar msh perhatian dg Bayu 🥲🥲
dokter periksa Bayu dongggg 🥲🥲.
knp tuhh Bayu gk mau di opname 🥲🥲
meskipun Bayu lagi sakit, dia msh perhatian dong sama Sekar, sampai minta Sekar pulang lebih awal🥲🥲
waduhhh kira² Bayu bakal cerita ke Sekar gk yaa tentang Alira si Pelakor stress itu??
penasaran....
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan quuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🤗🥰🥰💪💪
Arifal pun melihat perubahan Sekar...
duhhh Pak Tarman jemput Sekar dong...
Bagus tuh Bayu hrs tegas dong jgn mau di manfaatkan Alira si Pelakor Stress 😡😡
jahat banget sih Alira taruh Racun ke kopi Bayu 😡😡😡
dasar Pelakor Stress Alira 😡😡😡
penasaran dg lanjut nyaaa
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu
tetap semangat terus Sayyy 🤗🤗🥰🥰💪💪
jgn tegang gitu Sekar kan sama suami sendiri 😄😄
duhh seperti nya Bayu sudah tau Sekar diam² pergi kmn dan Sekar msh terus berbohong 🥲
klo Bayu sudah tau, Bayu tau dari siapa? 🥲🥲
bener banget, Bayu pun juga sering berbohong dg Sekar🥲🥲
penasaran dg lanjut nyaaa
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
Benar tuh apa kata Pak Tarman hrs nya Sekar jujur dg Bayu klo kerja di toko roti nya Arifal..
bnr juga kata pak Tarman Sekar seharusnya tidak di antar Arifal, jika Bayu tau gmn??
duhhh Sekar kaget dong Bayu plg lebih awal..
waduhhh Sekar berbohong lagi ke Bayu blg ke rumah tante nya, Bayu pun blg klo Sekar hrs ijin dulu..
ehmmm tiba tiba Bayu ajak Dinner / Makan malam Sekar gk tuhh 😄😄😄
Sekar sampai bingung tiba-tiba Bayu ajak Dinner / makan malam biasanya gk pernah 😄😄
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus Sayyy quuu🥰🤗💪
kasihan Bayu di tekan Alira pkai ancaman 🥲🥲
Bayuuu qm hrs tegas dong sama Alira jgn lemah takut ancaman pengen tak banting HP tapi syg 🤣🤣🤣
Alira ciuman pula sama Masaru dahhh makin curiga Bayu 😆😆😆
seandainya Sekar tau pasti hati nya makin terluka 🥲🥲
untung ada Arifal yang siap jadi benteng buat Sekar 🥲🥲
yukk Sekar semangat tetap kuat 🥲🥲
duhhh Arifal mau antar Sekar pulang 😄😄
gpp deh Arifal jadi saingan Bayu nnt Sekar bakal bingung mau pilih Bayu atau Arifal 😄😄😄..
makin seru sajaaa
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus Sayyy quuu 🥰🤗💪💪
waduhh gawat tante nya Sekar datang Ehmm ternyata mau kembalikan kalung.
benar kata Tante nya Sekar kali ini, Sekar sudah nikah harusnya jangan jalan sama laki-laki.
Duhh Arifal baik banget mau bantu Sekar 😁😁
wadawww Arila rayain Ultah ma Bayu? dasar Pelakor Stresss 😡😡😡
duhhh Bayu dan Arifal ketemu dong Ehmmm kira kira jika Sekar tau msh semangat dan kuat gk ya Sekar? kasihan Sekar klo tau 🥲🥲
Penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuuu tetap semangat Sayyy quuu 🤗🤗🥰🥰💪💪
begitu tenang Sekar meskipun hati nya sakit 🥲🥲.
Bayu melihat perubahan Sekar🥲
tapi Bayu knp gk Peka sihhh
bikin Bayu jatuh cinta sama Sekar donggggg 😁😁
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap semangat yaa Sayyy quuu 🥰🥰💪💪🤗🤗
kasihan Sekar melihat Bayu Dan Alira di toko Roti berdua 🥲🥲
duhhh Arifal akhirnya tau apa yang terjadi Dan berusaha menahan diri 🥲🥲
Sekar menangis dong di toilet🥲🥲
untung Ada Arifal mencoba tenangkan Sekar Dan kasih Sekar semangat 🥲🥲
semangat Sekar harus kuat gk boleh nyerah🥲🥲
gara² Cinta, Sekar tersenyum kembali 😁😁
penasaran dg lanjutannyaaa
di tunggu update nya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy quuu 💪💪🥰🥰🤗🤗
meskipun Bayu selalu bohongin Sekar, Sekar msh peduli dg Bayu 🥲
Sekar hrs nya juga cerita ke Bayu klo Alira dtg ke rumah 🥲🥲
duhhh Arifal jemput Sekar dong 🤗🤗
Sekar mencoba tersenyum di depan Arifal 🤗🤗
Sekar mencoba tersenyum kpd Arifal dong... 🤗🤗
gmn tuh klo Bayu tau Sekar kerja di toko nya Arifal 😁😁
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
Duhh Arifal semakin perhatian sama Sekar 🤗🤗
Arifal tau Sekar banyak beban tapi Sekar gk mau cerita kpd Arif 🥲
duhhhh Sekar nungguin Bayu balik donggg meskipun Sekar msh merasa kecewa dg Bayu 🥲🥲
Bayu pun pulang namun tetap berbohong kpd Sekar 🥲🥲
penasaran dg lanjutan nya..
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus ya Sayyy quuu🥰🥰🤗🤗💪💪
waduhhh Pelakor Stress si Alira ngajak ketemuan tuh sehingga membuat Bayu terpaksa berbohong lagi sama Sekar 😡😡😡 dasar Pelakor Stress deketin Bayu mulu apa sih mau nya 😡😡
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn klo Bayu tau yaa...
Sekar masih berharap Bayu menghubungi nya dong ada notifikasi dari Bayu namun tidak ada 🥲
Sekar masih teringat Alira dong 🥲
Sekar merasa Bayu lbh bahagia bersama Alira🥲
penasaran dg lanjutannya🤗🤗
di tunggu updatenya author kesayangan kuuuu tetap semangat terus ya Sayyy lanjut kan Karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
duhhh Bayu mau saja dtg ke kantor temui Alira 😡😡
dasar stresss apa tuh Alira ksh sesuatu ke Bayu lagi sampai Bayu nurut ke Pelakor stress 😡😡
untung ada Rama tapi Rama curiga sama Alira dan Bayu
harusnya Bayu jujur dong ke Rama..
duhh Bayu pingsan dong 🥲🥲
ngapain tuh Alira Pelakor stress minta Bayu ketemu ke tempat biasa 😡😡
greget sama Alira Pelakor stress 😡😡
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu...
tetap semangat terus ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu
🥰🥰🤗🤗💪💪
duhhh itu Karyawan bisik² lihat Arifal selalu bertemu dengan Sekar 😆😆
duhh Bayu berharap Pak Hasan cepat sadar. semoga Pak Hasan cepat sadar yaa kasihan Bayu harus berbohong sama Mamanya tentang Sekar 🥲🥲🥲
gmn yaa reaksi Mamanya jika Mamanya tau yang sebenarnya🥲🥲
gmn reaksi nya Bayu jika Bayu tau Sekar kerja di toko Roti??
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjut kan karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
akhirnya Bayu sudah pulang tapi sikapnya tetap sama ke Sekar namun Sekar tetap melayani Bayu...
duhh knp sih Bayu masih teringat Pelakor stress itu si Alira sampai Sekar mau buka dasi nya Sekar pun di tepis Bayu...
duhh Bayu melihat Sekar sedikit berbeda dong apalagi Sekar sudah siapkan sarapan.
gmn yaa jika nnt Bayu tau Alira ke rumahnya Bayu dan temui Sekar? apalagi jika Bayu tau Sekar kerja di toko roti nya Arifal.
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy quuu lanjut kan Karya mu semangat💪💪🤗🤗🥰🥰