NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kamu akan jatuh cinta padaku

“Pergi sana! Itu kasur milikku! Aku paling benci kalau ada orang lain yang tidur di atasnya,” kata Ferdi sambil melotot.

Amira rebahan santai, malah selonjoran. “Bodo amat, weee,” jawabnya sambil menjulurkan lidah.

“Pergi nggak?” suara Ferdi mulai naik.

“Enggak,” Amira menjawab singkat.

“Pergi!”

“Enggak… enggak… enggak… nggak!” Amira menirukan gaya anak kecil ngeyel.

Ferdi memijat pelipis. “Astaga, ini kasurku! Sehari dua kali seprei diganti, bantalnya dirapikan, aromanya harus wangi. Kasur ini suci, nggak pernah ditempati orang lain!”

“Terus kenapa kalau gue tidur di sini?” Amira membalik badan, wajahnya menempel bantal.

“Karena kamu cuma istri kontrak! Jangan sok merasa istri asli. Dasar nggak tahu diri!” Ferdi menunjuk-nunjuk.

Amira mendengus. “Astaga, Tuan Ferdi Sambo…”

“Ferdi Baskara! Jangan ngawur!” Ferdi langsung menyela dengan urat leher tegang.

“Ya ya, itulah pokoknya. Denger baik-baik, lu punya telinga kan? Gue ini nggak kenal sama lu, terus tiba-tiba harus nikah kontrak. Lu pikir gampang? Emang lu tipe gue? Bukan!” Amira menepuk-nepuk kasur.

“Lah terus tipe kamu apa?” Ferdi melipat tangan di dada, menantang.

Amira berdiri, mengangkat dagu. “Tipe gue tuh… Joker.”

“Joker? Badut gila itu?” Ferdi melongo.

“Ya iyalah! Lu ngerti nggak sih? Misterius, keren, sedikit bahaya. Lah, sekarang bandingin sama lu… lu tuh mirip Upin Ipin! Mana bisa standar gue nggak anjlok? Dari Joker ke Upin Ipin, coba bayangin. Turun kelas parah.”

Ferdi bengong, lalu refleks menepuk dahinya. “Aku? Upin Ipin?!”

Amira nyengir. “Ya iyalah. Favorit lu aja kartun bocah botak. Mana ngerti Joker. Harusnya lu hargai pengorbanan gue, tahu!”

“Pengorbanan apaan? Kamu itu dibayar. Aku tahu kok, ibu yang ngatur semua ini.” Ferdi berdecak.

Amira menepuk dada dramatis. “Astaga… bayaran segitu receh, sebut pengorbanan? Nih ya, coba bayangin kalau nggak ada gue. Mau ditaruh di mana muka keluarga lu? Pernikahan kontrak ini tuh bikin citra keluarga lu aman, ngerti nggak? Sekarang gue cuma tidur di kasur aja udah masalah besar. Apa gue bilang aja ke semua orang kalau gue ini istri kontrak, biar malu sekalian?”

Ferdi langsung terperanjat. “Hei! Jangan berani-berani!”

Amira tersenyum licik, menggulung-gulung selimut Ferdi. “Tuh kan… takut juga. Jadi kesimpulannya… gue tidur di kasur, lu di sofa. Deal?”

Ferdi mendesah keras, kayak habis kalah perang. “Ini rumahku… kamarku… kasurku… tapi aku disuruh tidur di sofa?”

Amira menepuk bahu Ferdi sok iba. “Sabar, Upin. Hidup emang nggak adil.”

Ferdi menatap langit-langit kamar sambil menahan emosi. Dalam hati ia berteriak: Astaga, kenapa ibu pilih wanita absurd ini jadi istriku?!

“Hey… hey…” Amira mengibaskan tangannya di depan wajah Ferdi.

“Astaga! Kenapa kamu tiba-tiba ada di depan ku?!” Ferdi kaget dia sedang larut dalam lamunannya memikirkan nasibnya jadi tragis gara-gara ibunya mencarikan pengantin pengganti model wanita setengah vampir.

“Hahaha… terpesona ya?” Ucap Amira nyengir dia benar-benar senang menggoda Ferdi.

“terpesona apanya, kamu itu mimpi buruk bagiku” jawab Ferdi kesal sekaligus prustasi.

Bukannya marah Amira malah nyengir..dengan lembut dia berkata "suamiku tidur bareng yu" ajak Amira.

“Kenapa lagi?” Ferdi menatap curiga.

“Aku nggak bisa tidur kalau nggak megang telinga orang,” ucap Amira dengan nada polos, matanya berbinar seolah permintaannya wajar.

“Enggak! Enggak. Aku nggak mau. Nggak sembarangan orang bisa menyentuhku!” sahut Ferdi frustrasi. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri, seolah malam ini akan menjadi malam paling menyebalkan dalam hidupnya.

“Ya ampun… cuma pegang telinga doang kok. Pelit banget sih. Masa sama istri sendiri aja perhitungan?” Amira manyun, bibirnya maju seperti anak kecil.

Ferdi mendengus. “Awalnya pegang telinga, terus pegang yang lain. Ih! Aku harus operasi telinga kalau sudah kena pegang kamu. Kamu itu banyak virusnya!”

Amira terkekeh, semakin menjadi-jadi menggoda. “Tenang saja, Sayang. Hanya telinga, aku janji nggak akan yang lain. Aku ini wanita polos.”

“Polos apanya?! Kamu itu lebih berbahaya dari bom waktu!” geram Ferdi.

Namun tawa Amira mendadak berhenti. Wajahnya berubah serius. “Suamiku… emang gue jelek, ya?”

Ferdi terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba wajahnya menyeringai jahat. “Jelek! Kamu kayak vampir… kayak zombie… kayak kuntilanak! Bahkan lebih menyeramkan dari kuntilanak.”

Alih-alih tersinggung, Amira malah rebahan di pangkuan Ferdi. “Pergi! Jangan tidur di situ!” Ferdi mendorong kepalanya, tapi Amira justru makin nyaman.

Sambil merem, Amira bertanya lembut, “Emang tipe cewek lu kayak apa sih?”

Ferdi menghela napas panjang, mencoba menahan emosi. “Yang jelas bukan kamu.”

“Terus kayak apa?” Amira mengucek mata, sok penasaran.

“Cantik, lembut, tahu sopan santun,” jawab Ferdi mantap.

Amira langsung ngakak. “Hidup lu tuh kayak jalan tol.”

Ferdi mengernyit. “Kenapa emang?”

“Datar! Mulus banget, nggak ada lubangnya. Bosenin,” Amira menepuk pahanya sendiri sambil tertawa puas.

Ferdi membalas dengan senyum sinis. “Iya lah. Hidupmu tuh kayak petasan tahun baru, meledak-ledak nggak jelas.”

Amira menyipitkan mata nakal. “Tapi lu suka kan?”

“Tidak! Tidak akan pernah!” Ferdi buru-buru geleng, seolah kalimat itu perlu digarisbawahi.

Amira tersenyum miring. “Gimana kalau nanti lu jatuh cinta sama gue?”

Ferdi mendongak ke langit-langit kamar. “Sampai langit runtuh pun aku nggak akan suka sama kamu.”

Amira menjentikkan jarinya di depan wajah Ferdi. “Alah, jangan ngomong gitu. Biasanya dari benci jadi cinta.”

Ferdi pura-pura cuek, tapi pipinya memerah. Ia menoleh ke arah lain, takut ketahuan.

Amira tiba-tiba mengelus perut Ferdi pelan. “Nih, udah mulai kan deg-degan?”

Ferdi meloncat kaget. “Astaga! Tanganmu itu taruh di tempat yang bener!”

Amira tertawa sambil tetap selonjoran di pangkuannya. “Ih, muka lu merah tuh. Ngaku aja… darah lu berdesir, kan?”

“Aku nggak berdesir! Pergi sana! Beraninya kamu tidur di pahaku. Di kontrak sudah jelas, kita nggak boleh saling menyentuh, nggak boleh tidur satu kasur, dan nggak boleh ikut campur urusan masing-masing,” ucap Ferdi tegas.

Namun, tak ada jawaban.

Ferdi menoleh, dan ternyata Amira sudah tertidur pulas. “Yeh… malah tidur dia,” gumamnya.

Ia menatap wajah Amira dari dekat. Ada keheningan aneh yang membuat dadanya berdegup. “Cantik juga sih,” lirihnya tanpa sadar.

Tangannya hampir terulur membelai rambut Amira, namun buru-buru ia tarik kembali. “Tidak. Aku tidak akan menyentuhnya,” ucapnya menegaskan pada diri sendiri.

Meski begitu, matanya sulit lepas dari wajah Amira. Helaan napas teratur perempuan itu terasa begitu damai. Ferdi menghirup samar aroma khas wanita yang entah kenapa membuat pikirannya kacau.

Akhirnya, dengan hati-hati ia menggendong Amira dan memindahkannya ke atas kasur. “Aku nggak mau bangun tidur langsung ribut. Malam ini kamu tidur di kasurku,” gumamnya pelan.

...

...

Di luar kamar Amira dan Ferdi, suasana hening. Namun di ruang tamu, Anton—paman Ferdi—sedang menelpon seseorang dengan wajah tegang.

“Ibu… Viona sudah berbohong. Dia mempermainkan pernikahan ini,” ucap Anton dengan suara penuh emosi.

Dari seberang telepon, terdengar suara berat milik Renata, ibu angkat Anton sekaligus nenek Ferdi. “Kenapa, Nton? Jelaskan padaku.”

Anton mengepalkan tangan. “Viona menikahkan Ferdi hanya untuk mendapatkan warisan dari Ibu. Pernikahan itu… hanyalah pernikahan kontrak. Ferdi tidak benar-benar membangun rumah tangga, hanya pura-pura demi harta.”

“Brak!” Renata spontan menggebrak meja kerjanya. Suara dentuman terdengar hingga membuat vas di atas meja bergetar.

Mata tua Renata memerah karena amarah. “Baik. Besok aku akan datang sendiri. Aku ingin lihat sejauh mana kebohongan itu,” ucapnya dingin, sebelum menutup sambungan telepon tanpa basa-basi.

1
Dewi Anggraeni
anjirrrrr pemanas an yg aduhai
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!