NovelToon NovelToon
Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa / Pembantu
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dr. Tristan Aurelio Mahesa, seorang dokter jenius sekaligus miliarder pemilik rumah sakit terbesar, dikenal dingin, tegas, dan perfeksionis. Hidupnya hanya berputar di sekitar ruang operasi, perusahaan farmasi, dan penelitian. Ia menolak kedekatan dengan wanita mana pun, bahkan sekadar teman dekat pun hampir tak ada.

Di sisi lain, ada Tiwi Putri Wiranto, gadis ceria berusia 21 tahun yang baru saja resign karena bos cabul yang mencoba melecehkannya. Walau anak tunggal dari keluarga pemilik restoran terkenal, Tiwi memilih mandiri dan bekerja keras. Tak sengaja, ia mendapat kesempatan menjadi ART untuk Tristan dengan syarat unik, ia hanya boleh bekerja siang hari, pulang sebelum Tristan tiba, dan tidak boleh menginap.

Sejak hari pertama, Tiwi meninggalkan catatan-catatan kecil untuk sang majikan, pesan singkat penuh perhatian, lucu, kadang menyindir, kadang menasehati. Tristan yang awalnya cuek mulai penasaran, bahkan diam-diam menanti setiap catatan itu. Hingga akhirnya bertemu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Sore itu, langit Jakarta berwarna jingga keemasan. Jalanan depan rumah keluarga Wiranto mulai padat dengan mobil-mobil pulang kerja, tapi suasana di dalam rumah berbeda: tenang, hangat, dengan aroma masakan khas Nusantara dari dapur.

Tiwi baru saja pulang, menenteng tote bag berisi celemek kelincinya. Rambutnya diikat seadanya, wajahnya segar meski seharian tadi mondar-mandir di rumah besar milik dokter dingin itu. Ia masuk sambil bersenandung, lalu langsung menjatuhkan tubuh ke sofa empuk ruang keluarga.

“Alhamdulillah, pulang juga. Rasanya kayak abis syuting sinetron 120 episode tanpa cut!” Tiwi mengangkat tangan ke atas, lalu merebahkan diri dengan gaya lebay.

Mama Rani, yang duduk di kursi dengan tablet di tangannya, langsung menatap dengan sorot mata khas seorang ibu yang penuh khawatir. “Tiwi, Mama mau tanya serius. Kamu nggak capek apa kerja kayak gitu? Anak tunggal, perempuan pula, lulusan luar negeri… malah jadi asisten rumah tangga? Mama sama Papa rasanya nggak rela.”

Papa Tian menatap putrinya dengan tajam. “Betul. Dari kecil kamu kita sekolahkan yang terbaik. Sampai dapat gelar arsitek top. Sekarang kamu mau banting setir, jadi pembantu di rumah orang? Itu yang bikin Papa nggak habis pikir. Bukan papa merendahkan art tapi aneh aja liat kelakuan kamu ini”

Tiwi yang tadinya rebahan, langsung duduk tegak. Ia meraih bantal sofa dan memeluknya. “Pa, Ma, kalian salah paham deh. Aku ini bukan ‘cuma’ ART. Aku itu ART spesial edition! Limited edition! Sekalian magang jadi ‘dokter penghangat suasana’ buat pasien paling dingin se-Indonesia.”

Mama Rani menepuk kening. “Astaga, ini anak… ngomong apa sih? ART limited edition? Ada-ada aja.”

Tante Anggun yang duduk di samping, sejak tadi tersenyum simpul. “Eh, justru aku penasaran lho, Wi. Gimana rasanya kerja di rumah Tristan? Kamu masih betah?”

Tiwi langsung terkekeh, wajahnya penuh semangat. “Betah dong! Seru banget malah. Rumahnya gede, aura dinginnya kayak kulkas 20 pintu. Tapi aku berhasil bikin dapurnya kayak panggung konser mini. Aku masak sambil nyanyi, Tante. Sampai ayam panggang pun jadi joget!”

Papa Tian mendengus, setengah sebal setengah geli. “Tiwi, ini bukan main-main. Kalau kamu lelah atau merasa diperlakukan tidak baik, lebih baik berhenti. Bukan karena kamu tidak mampu, tapi karena Papa dan Mama tidak rela. Kita punya restoran besar, cabangnya sudah ada di mana-mana. Kamu bisa mengurus restoran keluarga kalau mau bekerja, bukan ngurusin rumah dokter dingin.”

Tiwi mengerucutkan bibir, lalu menatap ayah dan ibunya dengan wajah dramatis. “Pa, Ma… kalian ini terlalu protektif. Aku kan bukan anak umur lima tahun yang nggak boleh main hujan. Aku sudah dewasa, aku bisa jaga diri. Lagian, kerja ini tuh tantangan. Aku pengen buktiin kalau aku bisa adaptasi di dunia apa pun. Mau itu kantor arsitek, mau restoran bintang lima, bahkan dapurnya dokter dingin sekalipun.”

Tante Anggun mencondongkan tubuh, matanya berbinar. “Jadi kamu nggak ada niat berhenti?”

Tiwi langsung mengangkat dua jari ala pramuka. “Nggak ada, Tante! Aku ini tipe kalau udah ambil misi, harus diselesaikan sampai tamat. Mau seganas apa pun bosnya, aku nggak bakal mundur, kecuali jika bosnya cabul. Sekalian biar Tante nggak kena semprot Tante Tina gara-gara gagal nyari ART.”

Semua yang ada di ruang keluarga terdiam beberapa detik, lalu… Papa Tian akhirnya tersenyum kecil meski wajahnya masih serius. “Dasar anak ini… kalau sudah keras kepala, siapa pun nggak bisa melarang.”

Mama Rani mendesah panjang. “Ya Tuhan, lindungi anakku yang barbar ini. Jangan sampai bikin masalah untuk dirinya sendiri.”

Tiwi langsung memeluk mamanya erat-erat. “Awww Mamaaa… tenang aja. Aku nggak akan bikin masakah. Justru aku bakal bikin sejarah! ART Nusantara pertama yang bisa bikin dokter es batu meleleh. Tuh kan, keren banget judulnya.”

Tante Anggun langsung ngakak, sementara Mama Rani hanya bisa menepuk bahu anaknya.

----

Beberapa hari berikutnya, Tiwi semakin terbiasa dengan rutinitas barunya. Datang pagi, bersih-bersih sebentar, lalu fokus memasak makan siang sehat untuk Tristan. Tapi ada satu hal yang jadi kebiasaannya: menggambar.

Saat masakannya sudah selesai dan rumah terasa terlalu sepi, ia sering duduk di teras samping, membuka sketchbook kecil yang selalu ia bawa. Tangannya lincah menggambar wajah orang, suasana rumah, bahkan kadang menu masakan yang baru ia buat.

Suatu kali, ia menggambar Tristan bukan dengan wajah dingin, tapi dengan ekspresi tersenyum tipis, lengkap dengan sticky note berwarna di sekitarnya.

“Hihihi, coba beneran kayak gini mukanya. Pasti pasien pada sembuh lebih cepat,” gumam Tiwi sambil tertawa kecil.

Ia tidak sadar, dari balik jendela lantai dua, Tristan memperhatikan. Wajahnya tetap datar, tapi matanya menajam. Ada rasa ingin tahu, juga sedikit hangat yang muncul setiap kali melihat gadis itu.

----

Hari hari terus berlanjut, saat makan malam, suasana kembali ramai. Papa Tian sudah menyiapkan daftar topik serius, tapi Tiwi berhasil memecahkannya dengan tingkah konyol.

“Wi, Papa mau tanya sekali lagi. Kamu beneran nggak ada niat berhenti?” suara Papa Tian terdengar berat.

Tiwi mengangkat sendok bakwan jagung, lalu menunjuk dengan gaya seperti pidato. “Papa… kalau aku berhenti sekarang, artinya aku gagal di level satu. Mana bisa gamer sejati berhenti sebelum tamat? Lagian, aku udah punya strategi. Bikin dokter dingin itu luluh pakai sticky note plus bekal cantik. Ini misi penting, Pa!”

Mama Rani hampir tersedak mendengar istilah “gamer sejati”. Tante Anggun sampai menutup mulutnya menahan tawa.

“Ya Tuhan, anak ini…” Mama Rani menggeleng pasrah.

Tiwi hanya cengengesan, lalu menyuapkan bakwan jagung ke mulutnya. “Pokoknya, aku tetap lanjut. Doakan aja semoga misi ini sukses. Kalau nanti dokter itu jadi manusia normal dan nggak dingin lagi, berarti aku berhasil menyelamatkan masa depannya”

Papa Tian akhirnya meletakkan cangkir teh nya, lalu menatap putrinya lama. Perlahan, wajahnya melembut. “Baiklah, Wi. Kalau itu maumu, Papa tidak akan menghalangi. Tapi ingat, sekali saja kamu merasa tidak nyaman, berhenti. Jangan memaksakan diri.”

Tiwi langsung mengacungkan jempol. “Deal! Tapi jangan khawatir, Pa. Aku kan cewek barbar tapi sopan. Kuat, tahan banting, tapi tetap cantik dan elegan. Perfect package!”

Semua di meja makan kembali tertawa.

Sementara itu, jauh di rumah besar milik Tristan, pria itu masih memandangi gambar di sketchbook yang Tiwi tinggalkan di meja dapur siang tadi. Gambar seorang dokter dingin dengan senyum hangat.

Dan untuk pertama kalinya… Tristan bertanya pada dirinya sendiri.

“Apakah mungkin aku bisa… benar-benar tersenyum seperti orang lain, kenapa rasanya mulai berbeda?”

Bersambung

1
Cindy
lanjut kak
Su Wanto
next kak 💪💪
Supryatin 123
👍👍👍Tiwi lnjut thor 💪💪
Mineaa
Kalau kamu sampai tau sisi lain ART bar bar mu... .
weezzzzz lah....di jamin tambah termehek-mehek kamu....🤭
Tiara Bella
wow bener² Tiwi diluar prediksi BMKG wkwkwkkw....banyak kepinterannya
Arin
Jikalau suatu saat tau tentang sisi lain dari Tiwi, harusnya di maklumi ya, Dok.
Siapa sih orang nya yang akan diam saja, jika dapat perlakuan tidak baik dari orang lain? Tentunya orang itu juga akan melakukan pembalasan balik.
Supryatin 123
keren sekali tiwi👍👍👍sat set duarr lnjut thor 💪💪
Fransiska Husun
katakan peta katakan peta/Determined/
Mutiara Nisak
cantik sekali permainan nya arina,g cmn wajah nya aja yg cantik,tp....semuanya,makanya dokter dingin makin terjerat masuk pesona art limited edition....langka tp nyata....
Arin
Mantap.......Ternyata Tiwi bergerak dalam senyap. Gak sadarkan Arina, kalau musuh yang ingin kau incar dan akan kau jatuhkan malah duluan bergerak. Malah lebih mantap lagi yang datang kepadamu mereka orang-orang yang suaminya kau rebut🤭🤭🤭
Tiara Bella
wow Tiwi luar biasa ART limited edition....langsung ke intinya jatohin dr.alina
Cindy
lanjut kak
Rohmi Yatun
kereeeennn... kece badai si Tiwi.. suka gayamu😘😘💪
Mineaa
Amazing...ART bar bar.....🌹
Lope lope sekebon Author......🔥🔥🔥🔥🔥
Dewi Nafiah
Tiwi di lawan😍👍
Sribundanya Gifran
lanjut
Supryatin 123
semoga Tiwi bisa jaga diri.lnjut thor 💪💪💪
Mineaa
Siapapun di luar sana....
Tak kan mudah kalian menumbangkan
si bar bar ART.....💪🔥🔥🔥🔥🔥
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
si arina ini gk ada kapoknya ya....mw dibui apa gimana nh orng....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!