Raden Nandana Rahandika duda tanpa anak yang di jebak oleh seseorang mengakibatkan sebuah tragedi satu malam terjadi. Raden yang dijebak, harus merenggut kesucian gadis asing yang tidak dia kenal.
Apa yang akan Raden lakukan setelah tanpa sadar mengambil paksa kesucian seorang gadis yang tak dia kenal? ikuti kisahnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang
"Lihatlah Celine, malam ini aku akan membuatmu mengakui kalau aku yang hebat di banding baji*gan itu !!"
Raden membelai pipi Elin membuat Elin berusaha memalingkan muka.
Melihat sikap Elin, Raden pun dengan kasar mencengkram rahang Elin. "Kau yang baik*gan sial*n!!" umpatan Elin barusan membuat Raden meradang.
"Apa katamu tadi, hemmm? Coba kamu katakan sekali lagi, kau bilang aku yang baji*gan !! Bahkan kau yang selingkuh dari ku bang*at!!"
"Tapi aku buka Caline. Lepas !! Tuan, anda mabuk!!" Elin mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman Laki-laki yang saat ini mengungkung tubuh nya.
Terlihat keringat sudah membasahi sekujur tubuh Raden. Bahkan dia masih berusaha untuk memfokuskan pandangannya. Dia menangkupkan kedua tangannya di pipi Elin. Lalu dia benamkan bibir nya di permukaan bibir Elin.
Elin yang baru pertama kalinya merasakan hal itu di buat terkejut dan spontan matanya melebar, tubuh nya terasa lemas seperti jelly.
Raden menggigit bibir bawah Elin yang masih tertutup dan tak merespon apa yang dia lakukan.
Ehhhhmmmmm...
Elin berusaha untuk menolak ci*man itu namun Raden terus memberikan sentuhan demi sentuhan di bagian sensitif di tubuh Elin.
Srekk...srekkkk...
Raden merobek blus yang di pakai Elin hingga menampilkan bagian depan gadis itu.
Bibir Raden mengeksplore setiap jengkal tubuh mul*s Elin. Raden yang sudah meminum minuman yang sudah di beri obat perang*ang itu pun semakin liar menjelajah nirwana yang sudah lama tidak dia rasakan.
Terlihat Elin yang ada dalam kungkungan Raden mulai terbuai dengan apa yang Raden berikan. Bahkan saat ini Elin sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Raden.
Raden kembali membenamkan bibirnya di bibir Elin dan sekarang bahkan melum*t nya dengan rakus. Elin yang baru pertama kalinya merasakan hal itu, nalurinya pun iku terbawa. Dia terlihat mulai membalas apa yang di lakukan Raden padanya. Terasa kaku memang, tapi Raden tak mempermasalahkan hal itu. Cuma dalam keadaan tak sadar sepenuhnya dia bahkan merasa dapat moment yang berbeda.
"Ssssttthhh..agghhh.." suara des*han Elin pun mulai tak terelakkan saat Raden melepas tautan bibir mereka dan mulai berselancar ke bagian sensitif Elin lainnya.
Raden terlihat memberikan gigitan-gigitan kecil di bagian leher jenjang Elin. Lalu dia beralih ke bahu putih mul*s Elin dan mengec*pnya.
Raden semakin tak terkendali. Tangannya sudah bergerilya ke tempat-tempat sensitif milik Elin. Raden sudah hilang akal. Dia tak peduli siapa yang ada dalam kungkungan nya saat ini. Ada bau harum khas gadis yang ada di dalam kungkungan nya saat ini.
Raden semakin memfokuskan diri nya pada wanita yang ada di bawah kendalinya saat ini. Dia menggelengkan kepalanya pelan, kesabarannya yang setengah menghilang kini sudah meyakinkan diri nya jika perempuan yang ada di dalam dekapan nya saat ini bukanlah Celine seperti bayangannya saat pertama kali melihat sosok Elin.
Mau berhenti pun sudah kepalang tanggung. Ibarat sudah terlanjur basah , mandi saja sekalian.
Raden semakin kalap, kedua nya saat ini sudah sama-sama seperti bayi yang baru saja lahir. Elin begitu terbuai dengan apa yang di lakukan Raden. Menyesal karena melakukan suatu tindakan yang tidak di perbolehkan membuat hati Elin gamang. Namun, dia ingin memberontak pun percuma. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga laki-laki yang mengungkungnya saat ini.
Elin melirik kearah bawah tubuhnya. Terlihat Raden sibuk membuka jalan untuk jendral miliknya masuk ke dalam markas yang begitu membuatnya takjub.
Elin menutup matanya dan tak berani menatap ke arah di mana di bawah sana sang jendral sudah siap tempur. Raden mengkomando supaya sang Jendral masuk ke dalam markas. Namun jalan ke dalam markas begitu sulit di tembus. "Aaaaakhhh...sa_sakit..ssstttt.." suara ringisan Elin membuat Raden menghentikan aksinya. Dia menatap Elin yang memejamkan matanya. Raden bisa melihat ada air mata yang keluar dari sudut mata gadis itu.
"Tenanglah, aku akan melakukan nya dengan perlahan." Raden membisikkan kata-kata itu pada Elin dan mengalungkan kedua tangan Elin di lehernya.
Sang jendral pun dengan keras menerobos masuk ke dalam markas dan membuat tubuh Elin terlihat meliuk ke atas dan sedikit menegang. "Relaks.." bisikan Raden saat Raden merasakan jika Jendral nya terasa di cengkram kuat membuat senyum menyeringai.
Jendral yang sudah lama tidak berperang pun semakin di buat bersemangat untuk melawan musuh. Sampai Elin sudah tak sanggup untuk membuat jendral Raden bertekuk lutut padanya.
Bahkan Elin tanpa ragu memberikan tanda di punggung Raden.
Malam panjang bagi dia insan yang ada didalam kamar hotel itu, jam tiga dini hari Raden baru melepaskan Elin karena memang sudah Raden sudah merasa cukup dan kasihan dengan tubuh Elin yang begitu candu untuk dirinya.
Keduanya kini tertidur pulas di atas tempat tidur yang sama dengan hanya berselimut tebal guna mengusir rasa dingin yang kian mendera.
Pagi hari, Elin mulai menggerakkan tubuhnya mencari kenyamanan. Rasanya kepalanya begitu pusing dan tubuhnya serasa remuk.
Elin terlihat kembali mencari kehangatan dan kenyamanan yang tadi dia rasakan. "Hemmm...nyaman banget," dalam batinnya merasa jika dirinya enggan membuka matanya. Dia ingin merasakan kenyamanan yang tak pernah dia rasakan.
Ehemmm....
Suara deheman membuat Elin mengerutkan keningnya dengan mata yang masih tertutup.
"Bangunlah, mau sampai kapan kamu tidur di dalam pelukan ku, hemm?" Elin spontan langsung membuka matanya dan hal pertama yang dia lihat adalah wajah Raden yang menatap dirinya dengan tatapan mendamba.
"Aaaaa....!!" Elin melebarkan matanya lalu berteriak saat melihat dengan jelas orang yang saat ini ada di sampingnya.
Mendengar teriakan Elin, Raden pun segera memeluk tubuh Elin dan membekap mulutnya agar Elin berhenti berteriak. "Diamlah, kenapa kamu teriak-teriak, hah!!" Elin pun mengangguk, lalu Raden pun melepas tangannya yang menutupi mulut Elin.
Raden pun perlahan memisahkan diri dan Raden beranjak dari tempat tidur dengan hanya memakai celana kolornya saja membuat Elin menutup matanya dan membenamkan wajahnya ke dalam bantal.
Raden yang melihat tingkah Elin hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lalu laki-laki itu pun langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara Elin yang tadi sempat syok dengan pemandangan pagi ini, kini termenung mengingat apa yang terjadi semalam. Perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya. Menyesal, tentu saja...tapi, nasi sudah menjadi bubur. Dia harus memikirkan bagaimana kedepannya nanti. Kini, kesucian nya sudah di renggut paksa oleh orang asing yang tak pernah dia kenal. Bagaimana dengan masa depan nya jika hal terburuk terjadi dalam hidupnya setelah ini.
Bersambung
orang orang sekeliling memank harus ekstra sabar...
jangan sampe Elin pergi jauh baru kamu nyesal Raden