Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Sakit
" Sial! sial! sial. " Seorang gadis bernama Vanya mengumpat kesal setelah memergoki kekasih dan kakak tirinya kini tengah mengunjungi rumah sakit bersama. Perselingkuhan yang terjadi diantara mereka, kini tidak bisa lagi Vanya bantah. Kekasih yang dulu begitu ia percaya dan selalu ia bela, kini nampak jelas belangnya.
Kakak tiri yang selalu merebut miliknya, kini juga telah merebut kekasihnya. Vanya semakin dibuat meradang saat terus melihat pasangan selingkuh itu mengunjungi dokter kandungan. Bagaimana dan kapan penghianatan ini dimulai? hanya mereka yang tahu.
Dalam amarah, Vanya terus saja melangkah hingga tak sadar jarak mereka begitu dekat. Vanya memutar tubuhnya ke arah lain saat kekasihnya Tristan tak sengaja melihat ke arahnya. Tristan menajamkan matanya memperhatikan tubuh wanita dai belakang yang nampak familiar batinnya.
Tristan merasa penasaran juga gugup. Perlahan dia mencoba untuk berjalan mendekat ke arah Vanya.
Jangan! jangan mendekat! walaupun kau yang berselingkuh, tapi aku gugup sekarang. Vanya mengepalkan tangan seiring kaki Tristan melangkah. Tidak! aku harus kabur!
" Tunggu! " Tristan yang menyadari jika itu Vanya, mencoba untuk berlari mengejar.
Aku yakin itu Vanya. Bagaimana jika ini benar? aku belum siap untuk semua ini.
Tristan terus mencari dengan tatapannya. Berlari kesana kemari untuk menemukan Vanya.
" Oh ya ampun. Aku lelah. Kakiku pegal. " Vanya yang berhasil menyelinap masuk ke sebuah ruangan kini tengah membungkuk memegangi kedua lututnya dengan nafas yang terengah-engah. " Aku ini bodoh atau apa? kenapa aku berlari? aku adalah korbannya kan? argh.....!!! aku sangat marah hingga gugup sendiri.
Vanya melihat sebuah sofa dipinggiran ruangan yang nampak sepi dan memutuskan untuk singgah beberapa menit saja. Hanya ada seorang pria terbaring dengan begitu banyak alat yang terpasang ditubuhnya. Vanya terus memikirkan apa yang terjadi hari ini. Semakin dipikirkan, Vanya hanya terbakar oleh api kemarahan. Sedari kecil, kakak tiri nya lah yang terus di bangga-banggakan oleh Ayahnya. Selalu dianggap benar dan Vanya yang salah.
Mata Vanya tak sengaja melihat ke arah seorang pria yang saat ini tak sadarkan diri itu. Vanya berjalan mendekat dan menatap wajah Pria yang nampak sangat tampan.
" Heh....,?! sayang sekali, wajah setampan dirimu akan menghilang dari muka bumi ini. " Ujar Vanya yang sebelum berhasil menyelinap, dia sempat mendengar para suster berbicara. Pria yang terbujur tak berdaya ini, kemungkinan tidak akan bertahan lama lagi.
Vanya terus menatap wajah tampan yang tak bosan dipandang meski matanya tertutup.
" Kau tahu? hari ini, aku bukan hanya membenci Ayahku yang selalu membela kakak tiri ku. Tapi juga semua orang yang berpura-pura baik padaku. Seperti kekasihku. Kami sudah bersama selama lima tahun. Tapi, dia berselingkuh bersama kakak tiri ku. ck! dunia ini sangat kejam bukan? " Entah mengapa, Vanya yang biasanya tertutup tentang urusan pribadi, kini justru asyik berceloteh kesana kemari.
Vanya menghela nafasnya saat kembali menatap wajah Pria itu. Vanya kemudian melihat papan nama yang bertuliskan nama Nathan.
" Jadi namamu Nathan? salam kenal namaku Vanya. " Vanya menyentuh jemari Nathan dan membuatnya menjadi sebuah jabatan tangan. Vanya tersenyum dan menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah. Benar-benar membuatnya seperti sedang berjabat tangan. Hingga sesuatu yang ajaib terjadi. Vanya merasa jari Nathan seperti bergerak. Vanya mengerutkan dahinya sembari menatap Nathan. " Apa kau merespon ku? apa kau bisa mendengar ku?
Vanya meletakkan kembali tangan Nathan dengan hati-hati. " Benar, kau akan tiada. Mungkin, aku adalah orang pertama yang mengajakmu berkenalan disaat begini. Tapi kau tenang saja, aku akan mengingatmu Ok? "
Vanya tersenyum sembari menyentuh tangan Nathan. Lagi-lagi, Vanya merasakan jari Nathan sedikit bergerak. " Kau pasti senang berkenalan denganku.
Vanya semakin senang memandangi wajah Nathan hingga tanpa sadar, Vanya terus mendekatkan wajahnya ke wajah Nathan. Vanya terbuai dengan tampannya Nathan saat dilihat dari jarak yang begitu dekat. Vanya membelai wajah Nathan.
" Kau, benar-benar sangat tampan.
Vanya yang entah mengapa kehilangan kendali, dia mulai menggerayangi tubuh Nathan. Perlahan tangan Vanya terus menuju ke bawah.
" Dia? " Vanya terkejut saat tak sadar menyentuh area sensitif Nathan yang bereaksi meski ia tengah koma. " Kau? apa kau? " Vanya menelan ludahnya sendiri saat melihat area itu.
" Dengar Nathan, aku minta maaf untuk ini. Lagi pula, kau akan tiada kan? dan lagi, ini adalah yang pertama bagiku. Lebih baik aku memberikannya padamu.
Agh.....!
Vanya menutup bibirnya rapat agar tak mengeluarkan suara. Entah apa yang membuat Vanya begitu berani. Mungkin saja kekaguman? atau mungkin karena kecewa yang mendalam hingga dia melakukan pelampiasan semacam ini?
Satu jam kemudian. Vanya membenahi pakaian dan penampilannya yang berantakan. Malu bercampur kesal pada dirinya sendiri. Kenapa bisa melakukan hal yang tidak terpikirkan oleh orang normal? apakah memang tak normal? apakah ini pemerkosaan? meskipun Vanya lah yang paling rugi dalam hal ini, tapi tetap saja ini memalukan batinnya.
" Nathan, maafkan aku. Jangan menghantuiku saat kau sudah tiada nanti ya? aku hanya manusia bodoh yang kurang waras. Aku, aku menodai laki-laki. Aku memang pantas dihukum, tapi sungguh. Maafkan aku. Aku akan selalu mengingatmu. " Vanya mengatupkan kedua telapak tangannya. Ia benar-benar berharap agar Nathan tak akan marah atas perbuatan gilanya itu.
Vanya mendekatkan wajahnya lagi dan mencium pipi Nathan. " Ini, anggap saja ciuman perpisahan dariku. Dengar Nathan, sebagai manusia, aku harap ada keajaiban dan kau bisa sembuh. Tapi sebagai tersangka, aku takut saat kau bangun. Tapi, jika kau bangun, tolong jangan mengingat ini. Aku janji. Aku akan bersikap baik padamu. Dengar Nathan, jangan mengingat kejadian ini ya?.
Vanya pergi meninggalkan ruangan Nathan dan berlari keluar untuk mencari taksi.
" Ya ampun. Untung saja Tristan dan Rina tidak ada lagi. " Ujar Vanya setelah duduk dikursi penumpang setelah berhasil memberhentikan taksi. " Semoga aku mendapat keberuntungan setelah ini dan dijauhkan dari orang-orang sial yang hanya membuatku menderita.
" Amin. " Sopir taksi tersenyum mendengar seorang gadis dengan polosnya berdoa seperti anak-anak.
Vanya membalasnya dengan senyum ketir. Malu sekali rasanya, hari ini benar-benar adalah hari yang ekstrim bagi Vanya. Semoga saja Vanya dapat melupakan kejadian ini secepatnya. Begitu pula dengan Nathan
Vanya benar-benar tidak akan datang lagi kerumah sakit itu. Rumah sakit yang membuatnya menjadi seekor singa tanpa belas kasih. Vanya terus saja memaki dirinya sendiri. Betapa bodoh dan gilanya dia. Pria yang koma pun dia tega melakukanya.
Vanya menepuk-nepuk pelan kepalanya. Mengusir jauh ingatan-ingatan pahit hari ini. " tidak! tidak! ini bukan hanya salah ku. Ini juga salah nya. Kenapa juga itunya bereaksi?
To Be Continued