!!!WARNING:AREA YANG GAK SUKA CERITA CEWEK PUNYA 2 COWOK MINGGIR DULU !!!
Belva Alice Mahardika. Gadis yang berusia 17 tahun dan baru saja duduk dikelas 12 IPA 1 di SMA International Dirgantara. Mempunyai paras yang cantik dengan tubuh yang tinggi semampai, kulit putih, dan jangan lupakan mata hazelnya yang sangat indah dengan dihiasi bulu mata yang lentik.
"Lo pikir hidup gue drama Korea? Yang punya dua cowok, terus gue pilih siapa? Enggak, Kaisar. Ini dunia nyata.
Gue benci perasaan ini biarin gue egois.
Gue nggak mau ninggalin Ardan dan gue nggak mau ninggalin lo juga"Belva.
---
Kaisar galaxy dirgantara. Umurnya menginjak 18 tahun dan duduk di 12 IPS 1 di SMA Internasional Dirgantara. Seorang ketua geng motor bernama Midnight Galaxy.
"Gue Mau Jadi yang Kedua, Tapi Lo Harus Jadi yang Pertama Buat Gue.
Lo tuh kayak magnet buat gue. Dan gue benci itu… tapi gue juga nggak bisa berhenti. sadar gak? lo nggak pernah bener-bener dorong gue pergi?" Kaisar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salia.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Primadona SMA ID
Pagi itu, SMA International Dirgantara dipenuhi riuh suara siswa yang berseliweran. Aroma kopi dari kantin bercampur dengan wangi buku baru, menciptakan suasana khas pagi sekolah yang selalu penuh energi. Dari kejauhan, sosok Belva Alice Mahardika berjalan melewati gerbang dengan langkah yang sudah menjadi ciri khasnya: santai tapi penuh percaya diri, seakan semua orang yang melihatnya otomatis memberi jalan.
Belva, 17 tahun, kelas 12 IPA 1, adalah putri konglomerat Bastian dan Erina Mahardika. Rambut panjangnya yang kecoklatan dibiarkan jatuh alami, kulit putihnya hampir bersinar di bawah sinar matahari pagi, dan mata hazelnya yang indah selalu berhasil menarik perhatian siapa pun, bahkan tanpa sengaja. Tingginya semampai, postur tubuh ideal, ditambah wajah cantik yang bisa bikin banyak cewek iri dan cowok terpana—Belva memang primadona yang sulit dilewatkan begitu saja.
Meski terlihat sempurna, Belva punya reputasi “badas” yang membuatnya berbeda dari gadis-gadis biasa. Dia keras kepala, sedikit bar-bar, dan kadang sarkas sampai bikin guru atau murid lain kaget. Tapi sifat itu tidak membuatnya dibenci, justru, sebagian orang malah mengaguminya karena ia berani menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. Belva bukan tipe gadis yang mengandalkan paras saja—prestasi akademiknya selalu mengharumkan nama sekolah. Dan dia tahu cara memadukan semua sisi itu, sehingga menjadi sosok yang sulit dilupakan.
Di sisi Belva, selalu ada dua sahabat setia: Amel dan Selia. Amel, cerewet, gampang panik tapi sangat loyal, selalu menempel kemana pun Belva pergi. Sedangkan Selia, lebih tenang, sarkas, tapi jenius dalam memberikan komentar yang bikin orang lain berpikir dua kali sebelum melawan Belva. Kemanapun Belva pergi, mereka selalu menjadi tim yang kompak, hampir seperti tameng dan bayangan sekaligus.
Pagi itu, Amel dan Selia tampak berjalan tergesa mengikuti Belva yang sedang menenteng tas sekolahnya.
“Bel, lo nggak takut terlambat lagi?” tanya Amel sambil hampir tersandung sandal.
“Gue nggak terlambat,” jawab Belva santai sambil memutar bola mata. “Lo aja yang panik nggak jelas.”
Selia menatap Belva sambil tersenyum tipis. “Gue nggak ngerti deh, setiap lo lewat, selalu ada yang nunduk ngeliatin. Kayak primadona beneran.”
Belva mendengus. “Ya iyalah. Kalo gue nggak dilirik, siapa lagi yang bakal bikin hari sekolah mereka lebih seru?”
Sambil berjalan menuju kelas, Belva menyadari pemandangan sehari-hari di SMA ID. Para siswa sibuk dengan obrolan mereka—ada yang membahas ujian, ada yang merencanakan hangout, ada pula yang mengintip cantiknya Belva sambil pura-pura fokus pada buku. Semuanya wajar di sekolah elit seperti ini, tapi bagi Belva, itu hanya menjadi background hidupnya. Yang penting, ia tetap bisa jadi dirinya sendiri—badas, lucu, dan sedikit bar-bar.
Belva melangkah masuk kelas, dan di sana sudah menunggu Ardan Aditama, pacarnya sejak lebih dari setahun lalu. Ketua OSIS yang tampan, cerdas, dan terkenal di seluruh sekolah. Rambutnya selalu rapi, senyumnya menenangkan, dan caranya menatap Belva selalu membuat hatinya hangat. Ardan memang sempurna di mata banyak orang, tapi bagi Belva, dia lebih dari sekadar tampan; dia adalah teman sekaligus partner dalam segala hal.
“Pagi, cantik,” sapa Ardan lembut saat Belva duduk di bangkunya.
“Pagi, ketua OSIS kesayangan semua guru,” Balas Belva sambil mengangkat alis, nada bercanda tapi jelas terselip rasa nyaman.
Ardan tertawa pelan, menundukkan kepala sambil menatap Belva. “Gue ada rapat OSIS nanti siang. Nanti gue ke kelas lo, ya?”
Belva tersenyum tipis. “Siap, tapi jangan datang terlalu dramatis. Gue kan nggak mau semua siswi liat.”
Ardan hanya tersenyum. Hubungan mereka manis, tapi tidak pernah lebay. Keseharian mereka seperti biasa, saling mendukung, dan tetap santai. Tapi meski begitu, beberapa siswi pasti mengamati mereka dengan mata berbinar—karena siapa yang tidak ingin memenangkan hati sang ketua OSIS, apalagi Belva yang sudah jadi primadona?
Sementara itu, Belva juga punya masalah kecil: Mellani, cewek populer yang ambisius, diam-diam ingin merebut perhatian Ardan. Mellani selalu mengamati setiap gerak-gerik Belva, kadang membuat komentar kecil atau pura-pura menabrak Belva di lorong. Meski demikian, Belva selalu tahu cara menanggapinya—dengan senyum tajam atau komentar sarkas yang membuat Mellani dan gengnya, Bella serta Sinta, hanya bisa tersenyum palsu.
“Eh, Bel. PR bahasa inggris gue ada yang belum, nyontek dong” kata Amel sambil menatap Belva serius.
Belva mengangkat bahu. “Nyontek mulu lo. Masih sibuk maraton drakor semaleman? entar dimarahin lagi sama nyokap lo terus yang ada nangis lagi”
Selia menambahkan, “Jangan salah Bel, namanya juga titisan dakjal.”
Belva hanya tertawa. Dia tahu, sekolah ini tidak pernah membosankan, terutama dengan kombinasi teman, saingan, dan aktivitas yang selalu membuatnya berada di pusat perhatian.
Saat jam pelajaran berjalan, Belva tetap menjadi pusat perhatian. Entah karena dia berprestasi, entah karena gaya badasnya yang unik, entah karena wajah cantiknya—Belva selalu berhasil membuat orang-orang di sekitarnya memperhatikan. Tapi di balik semua itu, dia tetap manusia biasa: kadang lelah, kadang ingin kabur dari drama, tapi selalu memilih untuk menghadapi semuanya dengan kepala tegak.
Sore harinya, Belva berjalan keluar kelas ditemani Amel dan Selia, melewati lorong-lorong yang sudah menjadi saksi banyak cerita remaja. Mereka tertawa, bercanda, dan sesekali membicarakan rencana liburan atau tugas sekolah. Suasana remaja SMA yang ramai dan penuh warna sangat terasa, tapi Belva tetap menjadi sosok yang paling mencolok—bukan karena ia ingin, tapi karena dirinya memang berbeda.
Dan meski hari itu terlihat tenang, ada bisikan rumor yang mulai terdengar di antara siswa: tentang geng motor yang terkenal di Jakarta—Midnight Galaxy, yang ketuanya konon anak IPS di sekolah ini. Belva tidak terlalu peduli, karena sejauh ini nama itu hanyalah rumor. Tapi tanpa dia tahu, hidupnya akan segera berubah ketika pertemuan pertamanya dengan geng itu, khususnya Kaisar Galaxy, akan terjadi di masa mendatang.
Belva menghela napas panjang, menatap langit sore yang mulai jingga. Dia tidak tahu, meski hari itu terlihat biasa, semua yang sudah ia kenal—pacar, sahabat, sekolah—akan diuji oleh hal-hal baru yang belum pernah ia temui. Tapi satu hal yang pasti: Belva akan tetap badas, tetap lucu, tetap dirinya sendiri. Dan siap menghadapi apapun
double up dong thor. please tanggung bener. ngeship Belva Kaisar sih. baru pertama dukung perselingkuhan wkwk