Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Menyedihkan untuk Edward
"Apa?!! Tidak mungkin??!", teriak Edward yang kemudian menjatuhkan ponselnya dan terduduk di kursi kebesarannya.
Sekretaris Fian pun menghampiri Edward dengan penuh kepanikan.
"Ada apa tuan muda? Apa yang sedang terjadi?!", tanya sekretaris Fian panik.
"Fian! Apa sekarang aku sedang bermimpi?! Katakan Fian!!", teriak Edward dengan memegang kerah baju sekretarisnya.
"Tuan tenang dulu! Apa yang terjadi?!", tanya sekretaris Fian yang mencoba melepaskan tangan Edward.
"Kakek sudah.....", ucap Edward terpotong karena ia tak kuasa melanjutkan ucapannya.
"Tuan Muda! Sebaiknya kita segera ke rumah saja untuk mengetahui yang sebenarnya!!", balas sekretaris Fian yang mengerti dengan maksud Tuan Mudanya.
Tanpa berkata, Edward yang sedari tadi terduduk lemas di kursi kebesarannya pun berdiri dan berjalan mendahului sekretarisnya. Fian pun berjalan mengekor dibelakang Edward.
Jalan raya yang seharusnya lumayan padat seketika menjadi sepi. Edward tidak heran dengan kondisi seperti ini, karena sudah pasti ini adalah ulah sekretarisnya. Mobil pun melaju kencang hingga hanya menempuh sepuluh menit perjalanan.
Edward melangkahkan kakinya kedalam kamar pribadi sang Kakek tersebut dengan penuh harapan bahwa berita itu tidak benar adanya.
Tanpa mengetuk pintu, Edward melihat sang kakek yang sudah terbujur kaku dan tertutup kain putih. Edward menjatuhkan badannya bersimpuh di hadapan sang kakek dengan berderai air mata.
Hubungan antara kakek dan cucu ini memang sangatlah erat, Edward yang sedari kecil sudah ditinggal pergi oleh sang ayah, harus kehilangan sosok kakek yang berarti baginya.
"Kakek!! Bangun!!", teriak Edward dengan menggoyang tubuh renta sang kakek.
Tidak ada yang berani melarang sang Tuan muda sampai akhirnya sang mama, Voni menghentikannya.
"Edward sudah stop! Yang tenang sayang!", ucap Voni dengan memegang lengan anaknya lalu membantunya berdiri.
"Fian, tolong bantu urus semua pemakaman Kakek.!", titah Voni kepada sekertaris Fian.
"Baik Nyonya.!", jawab tegas sekertaris Fian.
"Liburkan semua karyawan!", titah Voni kembali.
"Baik Nyonya!", jawab Fian menunduk.
Semenjak ditinggal mati oleh sang ayah, ia dibesarkan oleh kakeknya. Dia pun mengikuti pola hidup sang kakek yang terkenal dingin dan tidak segan segan menyakiti musuhnya. Namun dibalik itu semua, sebenarnya dia mempunyai hati yang rapuh.
Setiap yang bernyawa akan kembali kepada sang pencipta. Begitupula saat ini, kakek Edward telah meninggalkan dunia karena sakit yang telah di deritanya. Bertahun tahun kakek Dwi bertahan untuk sang cucu, namun saat ini ia telah menyerahkan seluruh kehidupannya kepada sang pencipta.
Banyak rekan bisnis, kolega bisnis, bahkan para karyawan hadir dalam proses pemakaman kakek Dwi untuk memberikan penghormatan terakhir kepada beliau.
Meskipun terkenal dingin, namun Tuan Besar Dwi adalah pemimpin yang baik. Yang memberikan kesejahteraan kepada semua karyawan yang bekerja di perusahaannya, yaitu Baskoro Grup.
"Tuan muda, kami turut berduka cita atas meninggalnya pimpinan.", ucap salah satu kolega bisnis sang kakek.
"Terima kasih.", balas singkat Edward.
Sedari tadi Edward berdiri disamping peti mati sang kakek . Dia tak memindahkan tubuhnya sedikitpun sari peti mati itu seakan menjaga sang Kakek untuk yang terakhir kalinya. Meskipun hatinya kini tersayat, namun Edward berusaha untuk tidak menitihkan air matanya seperti sebelumya.
Pemuka agama yang telah disiapkan oleh sekertaris Fian pun telah sampai di kediaman Edward.
"Pak sebentar! Apa bisa kita menunggu kepulangan kedua anak saya? Mereka sedang ada dalam perjalanan menuju kemari.", ujar Voni yang berbisik kepada pemuka agama tersebut.
"Baik Bu.", balas pemuka agama tersebut dengan sopan.
"Edward, mama harap kamu bisa menjadi contoh yang baik untuk kedua adikmu.", ucap sang mama yang menepuk lengan Edward.
Sebuah mobil Alphard hitam terparkir di halaman kediaman Edward. Dua anak muda berlarian dengan menitihkan air matanya berteriak memanggil nama sang kakek.
"Kakek!!!", teriak kedua adik Edward, Megan dan Radit.
Mereka berlari menuju peti mati sang kakek.
"Kak Ed..", panggil Megan kepada Edward dengan sendu.
Tidak ada jawaban dari Edward. Dia hanya melihat sorot mata kedua adiknya seakan memberi kode bahwa mereka harus kuat.
"Permisi Bu, gimana? Apa sudah bisa dimulai untuk proses pemakamannya?", tanya pemuka agama dengan hati hati.
"Iya Pak." , jawab Voni singkat.
Jenazah sang kakek pun dibawa oleh sebuah mobil ambulance menuju sebuah tempat pemakaman yang tidak jauh dari kediaman Edward.
Sirine polisi, dan beberapa patwal yang ikut mengiringi mobil ambulance itu ramai terdengar. Banyak wartawan dan para pencari berita yang juga turut mengiringi mobil ambulance yang membawa jenazah pimpinan salah satu perusahaan terbesar itu.
"Mama minta kepada kalian semua untuk tidak menangis nanti.", ujar Voni kepada ketiga anaknya.
"Iya Ma..", ucap kedua anaknya.
Berbeda dengan Megan dan Radit, Edward memilih diam dan menatap jalan raya yang terlihat sepi.
Para rombongan pengantar jenazah pimpinan besar pun telah sampai di tempat pemakaman. Para wartawan, reporter dan pencari berita yang sudah berada di tempat itu bersiap untuk meliput proses pemakaman pimpinan besar itu.
Siapa yang tak kenal pimpinan besar itu. Orang yang sangat berpengaruh di Negara Akasia. Banyak sekali perusahan yang bernaung didalam Baskoro Grup. Wajar bila kematiannya diliput oleh berbagai media dan siarkan di berbagai Chanel tv di berbagai belahan dunia.
Proses pemakaman itu telah selesai. Edward yang menyembunyikan mata sembabnya di dalam kacamata hitamnya tampak menunduk memperhatikan gundukan tanah yang telah dipenuhi taburan bunga.
"Selamat jalan kakek! Aku berjanji akan menjaga keluargaku seperti kakek menjagaku dan keluargaku. Aku juga berjanji akan menjaga semua peninggalan kakek dengan baik", batin Edward dalam hati.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣