NovelToon NovelToon
Kau Sakiti Kakakku, Ku Ambil Putrimu

Kau Sakiti Kakakku, Ku Ambil Putrimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Harem / Angst
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Nayla Marissa berpikir jika pria yang dikenalnya tanpa sengaja adalah orang yang tulus. Pria itu memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa sehingga Nayla bersedia menerima ajakan menikah dari pria yang baru berkenalan dengannya beberapa hari.

Setelah mereka menikah, Nayla baru sadar jika dirinya telah dibohongi. Sikap lembut dan penuh kasih yang diberikan suaminya perlahan memudar. Nayla ternyata alat buat membalas dendam.

Mampukah Nayla bertahan dan menyadarkan suaminya jika ia tak harus dilibatkan dalam dendam pribadi suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 1

Nayla Marissa, 21 tahun, gadis cantik nan manja. Hidupnya selalu bergelimang harta dan kemewahan. Apapun yang dimintanya selalu dituruti, bagi Andreas dan Yuna putrinya itu adalah permata dan tak ada yang boleh menyakitinya.

Nayla, bukan gadis yang pintar dan sombong tapi dia cukup populer. Dia memiliki banyak teman karena royal dengan uang sehingga banyak yang memanfaatkan keluguannya.

"Ma, aku dan temanku mau jalan-jalan ke luar kota. Apa aku boleh minta uang buat ongkos mereka?" pinta Nayla ketika dirinya dan kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan pagi.

"Boleh dong, sayang. Apapun yang kamu minta akan kami berikan, kebahagiaan kamu itu adalah paling utama untuk kami," ucap Yuna, 45 tahun.

"Berapa yang kamu butuhkan, Nak?" tanya Andreas, 48 tahun.

"Lima belas juta, Pa." Jawab Nayla dengan semangat.

"Papa nanti kirimkan," kata Andreas.

"Kapan kamu akan berangkat, sayang?" tanya Yuna dengan nada lembut.

"Lusa, Ma. Kemungkinan kami mau berangkat menggunakan bus khusus," jawab Nayla.

"Kenapa tidak naik pesawat saja, sayang?" tanya Yuna.

"Kalau naik pesawat cepat sekali sampai tujuan, Ma. Menggunakan bus, kami bisa singgah di beberapa tempat," jawab Nayla menjelaskan bahwa dirinya dan teman-temannya ingin berswafoto di pantai-pantai yang akan dilewatinya.

"Baiklah, jika itu mau kamu. Dita harus ikut juga, ya, biar kamu ada yang menjaga," kata Andreas.

"Baiklah, Pa. Aku mau!" Nayla setuju dengan saran papanya.

Selesai sarapan, Nayla berpamitan kepada kedua orang tuanya. Nayla berangkat ke kampus diantar sopir pribadi. Belum sampai kampus, tiba-tiba mobil yang membawa Nayla mogok.

"Kenapa, Pak?" tanya Nayla dengan lembut.

"Tidak tahu, Nona. Sepertinya kita akan terlambat ke kampus," jawab pria paruh baya itu yang merupakan ayahnya Dita.

"Aku naik taksi saja," kata Nayla. "Bawa saja mobilnya ke bengkel," lanjutnya memberikan perintah.

"Nona Nayla yakin mau naik taksi?" tanya Pak Irwan.

"Iya, Pak. Tidak masalah, saya berani," jawab Nayla tersenyum kemudian membuka pintu mobil dan keluar.

Nayla lalu berjalan beberapa langkah dan menghentikan salah satu taksi yang melintas. Nayla kemudian masuk dan meminta sopir mengantarkannya ke kampus.

Sesampainya di kampus, Nayla kemudian menyodorkan selembar uang berwarna merah kepada sopir yang masih fokus menatap ke arah depan. "Ambil saja kembaliannya!"

Pria yang menjadi sopir taksi itu menoleh ke belakang dan menerima uang pemberian Nayla. "Ini kebanyakan, Nona!"

"Tidak apa-apa, saya ikhlas!" ucap Nayla tersenyum.

"Saya tidak bisa menerima sisanya, Nona." Tolak sang sopir taksi memegang dan memandangi selembar uang kertas itu.

"Kenapa? Apa kurang?" tanya Nayla heran karena tak biasanya ada seseorang yang menolak sisa kembalian upah darinya.

"Bukan begitu, Nona. Ongkos taksi cuma separuh dan ini kebanyakan," jawab pria muda itu lagi.

"Ya sudah, kalau begitu kamu kembalikan saja," ucap Nayla dengan suara lembut.

"Saya tidak punya uang kembaliannya, Nona." Kata pria itu beralasan.

"Saya juga tidak punya uang pas," ucap Nayla lagi.

"Nona, pulang dari kampus jam berapa?" tanya sang sopir.

"Jam satu," jawab Nayla.

"Bagaimana kalau saya jemput dan Nona tidak perlu lagi memberikan saya upah?" pria itu memberikan saran.

Nayla sejenak diam dan berpikir.

"Perkenalkan nama saya Dhana, ini nomor telepon saya!" sopir itu memberikan satu buah kartu nama.

Nayla mengambilnya dan tersenyum, "Baiklah, kamu bisa menjemputku. Kebetulan mobilku lagi di bengkel."

"Uang ini saya ambil, ya. Sebelum jam satu saya akan menunggu di sini!" kata Dhana menunjukkan uang pemberian Nayla kepadanya.

"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa nanti!" Nayla bergegas keluar dari taksi.

-

Tepat jam 1 siang, ketika Nayla keluar dari kelasnya matanya tertuju kepada seorang pria sedang berdiri dekat taksi yang membawanya tadi pagi. Namun, pakaian yang digunakan sang sopir berbeda.

Dhana mendekati Nayla yang berjalan lambat ke arahnya, "Nona, mari kita pulang."

"Kamu Dhana?" Nayla masih tak percaya karena sosok yang ditemuinya siang ini begitu tampan tak seperti seorang sopir.

"Iya, saya Dhana. Kebetulan tidak memakai seragam perusahaan," kata Dhana menjelaskan.

"Kenapa?" tanya Nayla dengan polosnya.

"Karena pakaian seragam saya kotor kena tumpahan kopi," jawab Dhana beralasan.

"Oh, begitu!" Nayla manggut-manggut paham.

"Mari saya antar pulang!" kata Dhana.

Nayla lalu mengiyakan, Dhana lebih dulu melangkah ia kemudian membukakan pintu dan mempersilakan Nayla masuk.

"Terima kasih!" ucap Nayla kemudian masuk dan duduk di belakang.

"Nona, tidak ingin ke mana-mana lagi?" tanya Dhana sebelum menyalakan mesin mobilnya

"Sebenarnya saya ingin ke toko pakaian, tapi....." jawab Nayla terhenti. Ia bingung harus menjelaskannya.

"Saya bisa mengantarkan Nona. Jangan khawatir, Nona tidak perlu menambah ongkos lagi," ucap Dhana.

"Memangnya kamu bersedia menunggu saya memilih pakaian. Saya kalau belanja sangat lama, pasti kamu akan bosan," kata Nayla. Biasanya sopir pribadi keluarganya akan menunggu di luar toko sembari minum kopi dan mengobrol dengan orang-orang sekitar.

"Bahkan, saya bersedia menemani Nona memilih pakaian," ucap Dhana lagi.

"Benarkah? Bukankah pria biasanya tidak suka berbelanja?" tanya Nayla dengan pelan dan lembut.

"Saya suka menemani ibu dan kakak berbelanja. Menyenangkan hati mereka membuat saya merasa senang dan bahagia," jawab Dhana.

"Dia memang pria yang berbeda. Jarang sekali ada pria sepertinya," batin Nayla memuji.

"Apa Nona bersedia saya temani?" tanya Dhana.

"Ya, bolehlah," jawab Nayla kemudian menyebutkan nama toko serta alamatnya.

Taksi yang dikendarai Dhana pun meluncur ke toko pakaian tujuan. Sesampainya di sana, Dhana pun membukakan pintu Nayla. Mereka lalu sama-sama memasuki toko.

"Kamu boleh menunggu saya diluar. Saya tidak apa-apa berbelanja sendiri," kata Nayla supaya Dhana tak bosan menemaninya.

"Saya akan tetap temani Nona," ucap Dhana.

"Hmm, baiklah!" kata Nayla tersenyum tipis.

Keduanya pun berjalan mengelilingi toko seperti pasangan kekasih. Dhana menanyakan pakaian yang diinginkan Nayla, ia pun memberikan masukan kepada gadis itu mana yang cocok dan pantas digunakan.

"Nona lebih pantas memakai pakaian yang sedikit tertutup. Apalagi Nona akan mengadakan liburan ke luar kota," kata Dhana menjelaskan mengapa dirinya begitu cerewet memilih pakaian yang cocok buat Nayla.

"Baru kali ini saya menemukan seseorang yang perhatian dengan cara berpakaian saya. Kedua orang tua saya tidak pernah memperdulikannya," ujar Nayla.

"Cantik itu tak harus terbuka. Pria yang buruk pun juga akan memilih pasangannya yang tidak suka mengumbar tubuhnya," jelas Dhana.

Mendengar penjelasan Dhana yang baru dikenalnya belum 24 jam membuat Nayla begitu kagum. Ia malah jatuh hati kepadanya.

"Apa lusa kamu mempunyai waktu?" tanya Nayla.

"Seperti biasa Nona, saya akan bekerja menjadi sopir taksi," jawab Dhana.

"Apa kamu mau menemani saya berlibur ke luar kota dua hari saja?" pinta Nayla.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!