Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Pesta Dansa
Pagi ini Maura sudah bersiap dan menunggu Liam di alamat yang telah mereka sepakati. Di sebuah toko roti tua dekat kota.
Entah mengapa sejak pertemuan terakhir dengan Yura di rumah sakit, Danny sering menghilang. Entah apa yang sebenarnya direncanakan oleh pria itu. Ia memang selalu misterius.
"Nona, kau sangat cantik dengan gaun pemberianku. Tidak kusangka ukurannya pun sangat pas," puji Liam.
Maura sedikit tersenyum. Lalu beranjak bangkit dari tempat duduknya.
"Apakah sudah waktunya? Lagi pula aku takut terlambat pulang. Mari kita berangkat," ajak Maura.
Liam tersenyum. "Kau terburu-buru, tidak ingin minum teh dan makan roti di sini dulu?"
"Mungkin lain kali," tolak Maura dengan suara lirih.
Senyum dari wajah Liam pun perlahan memudar. Dari caranya menatap, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu. Seperti sedang berduka, wajahnya nyaris tidak pernah tersenyum, hal itu benar-benar membuat Liam penasaran.
***
Entah berapa lama mereka berkendara dalam diam. Saat di dalam mobil keduanya tak saling bicara, seperti orang yang benar-benar asing.
Berulangkali Liam justru tertangkap basah sedang mencuri pandang ke arah perempuan berparas cantik itu. Meski begitu, Maura tidak menegurnya.
Setelah mereka sampai, beberapa orang terlihat sabuk membukakan pintu untuk mereka.
Dari cara mereka memperlakukan Liam, Maura bisa tahu jika pemuda itu bukanlah pria sembarangan. Mungkinkah Liam orang yang Maura cari? Entah.
"Maura, jika kamu merasa kurang nyaman. Bilang saja jangan sungkan. Kita bisa pulang lebih awal," ujar Liam membuka pembicaraan.
Maura hanya sedikit tersenyum. Canggung. Mungkin.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja adikku sedang sakit, jadi aku memikirkannya," cetus Maura.
Liam tersentak. Meski kasar dan dingin, tetapi ia bukanlah pria yang tak punya empati.
"Aku turut bersedih," ungkap Liam seraya berjalan pelan sambil menggandeng tangan Maura.
Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang terlintas di benak Liam yang sangat ingin ia tanyakan. Tetapi sayangnya kali ini waktunya belum tepat.
Di dalam ruangan pesta. Para tamu sudah ramai berdatangan.
Namun, ketika Liam mulai memasuki ruangan ternyata ia justru menjadi pusat perhatian. Bukan karena wajahnya yang tampan dan menawan, melainkan ia menggandeng Maura yang pesonanya benar-benar tak bisa dipungkiri jika ia benar-benar perempuan yang sangat cantik.
Bahkan bisa dibilang paling cantik di ruangan itu.
Maura mulanya berjalan dengan kepala tertunduk. Tetapi Liam memperingati.
"Nona cantik, tidakkah kamu berpura-pura menikmati pestanya? Banyak orang memperhatikan, tampakkan sedikit senyum, aku berjanji akan memberikan hadiah," rayu Liam.
Maura mengangguk setuju, dan perlahan, saat ia mulai memberanikan diri mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangan ke arah para tamu yang datang, betapa terkejutnya perempuan itu.
Ia melihat suaminya berada di antara para tamu di keramaian dan sedang memperhatikannya.
Danny tidak menyapanya. Rupanya suami Maura datang bersama model cantik bernama Elena. Hal itu membuat Maura tersenyum kecut.
'Aku membalasmu, Danny. Dasar buaya,' rutuknya dalam hati.
Menyadari suaminya ada di dalam pesta, Maura semakin berani menunjukkan kemesraan bersama Liam.
"Tuan Liam, kau tadi bilang apa? Hadiah untukku jika aku bisa berpura-pura menjadi kekasihmu bukan?" tanyanya tak percaya.
Liam mengangguk. "Kau bisa berakting, Nona? Aku akan membayarmu mahal."
Maura hanya membalasnya dengan senyuman.
"Kau bisa berdansa, Maura sayang?" tanya Liam dengan suara yang sepertinya sengaja dikeraskan.
Entah apa maksudnya itu.
Semua orang menoleh ke arahnya. Rupanya ia sedang mencari perhatian para tamu.
"Tidak begitu pandai, tapi aku bisa," bisik Maura.
Gadis itu sengaja berbicara berbisik agar bisa menempelkan bibirnya di telinga Liam. Membuat wajah pria di hadapannya bersemu merah.
"Baiklah," sahut Liam.
Seorang pemandu acara akhirnya membuka acara, dan kemudian pesta dansapun dimulai.
Liam menarik pinggang ramping Maura, membuat tubuh keduanya semakin berdekatan.
Liam mulai menatapnya, sementara Maura, sudut matanya mengekor memperhatikan suaminya yang bermesraan dengan model terkenal di sampingnya.
Lalu Maura membalas tatapan tajam Liam yang mulai terbuai alunan musik. Pria itu hanyut, dan mulai mendekatkan wajahnya.
"Kau sangat cantik, menjadi pacar aslimupun aku tidak akan menolak," bisik Liam.
Napas Maura terpacu hebat. Ia paham benar siapa Danny. Jika apa yang dilakukan Liam pasti akan mengundang emosinya.
Liam mendaratkan kecupan di bibirnya. Gila memang, pria itu terlalu berani bermesraan di depan umum.
Sehingga membuat darah Lionel Danny mendidih.
Dan benar saja, di riuhnya kerumunan, Danny menarik pistol dari balik setelan mahalnya, Maura terbelalak saat menyadarinya.
Siapa sangka jika Danny dengan sengaja mengarahkan benda berbahaya itu ke arah belakang kepala Liam. Dengan gerakan cepat, Maura memutar posisi tubuhnya.
DOR!
Tembakan meletus tak terelakkan.
Maura tersungkur. Liam terhenyak, lalu suasana semakin kacau. Semua orang berlarian ke sana ke mari. Membuat Liam kesulitan mencari pelaku sebenarnya.
"Cari pelakunya!" perintah Liam setengah berteriak.
Lalu ia mengangkat tubuh Maura, dan membawanya pergi. Di waktu bersamaan, gadis itu samar-samar melihat ada banyak orang berpakaian hitam berlari menyebar. Beberapa di antara mereka mengitari Liam, seolah memberikan perlindungan.
Dan menit setelahnya Maura pingsan.
Menyadari istrinya dibawa pergi pemuda tampan. Danny sangat murka. Ia berlari pergi meninggalkan pesta. Dan sang model Entah ke mana. Tetapi yang jelas Danny tak lagi peduli padanya.
Di sepanjang jalan Liam merutuki kebodohannya.
****
Maura membuka matanya perlahan. Ia terkejut ketika terbangun dan berada di kamar yang sangat mewah dan luas. Dindingnya dicat serba putih. Sangat kontras dengan kamar Lionel Danny yang serba hitam dan menyeramkan.
"Aku di mana?" tanya Maura sambil mencoba bangkit.
Namun, Liam cepat-cepat menahan tubuh Maura.
"Kamu di kamarku, Nona Maura. Malam ini, kau akan istirahat dan bermalam di kamarku sampai sembuh," terang Liam yang terdengar sebagai perintah.
Mendengarnya, membuat sepasang mata Maura terbelalak. Bagaimana tidak, ia sudah menjadi istri seseorang sekarang, dan malah ditahan di kamar pria asing yang baru dikenalnya.
"Tuan Liam, kau sangat baik tapi...."
Ucapan Maura terhenti saat Liam kembali mendaratkan kecupan di bibirnya.
"Kamu tamuku, Maura. Aku yang menyebabkan kamu terluka. Dan aku bukanlah pria yang tidak bertanggung jawab. Apapun risikonya, biar aku yang menunggunya," terang Liam.
Maura membeku, lalu ia terkejut saat menyadari tubuhnya hanya bergelung selimut tebal.
"Kau...."
Maura nyaris menuduh Liam jika saja seorang pelayan dengan usia paruh baya tidak cepat datang.
"Seorang dokter wanita yang membukanya, Nona. Anda terkena luka tembak. Beruntung pelurunya meleset. Meski begitu, luka tetaplah luka. Beristirahatlah. Tuan Liam sangat baik, jadi jangan membuatnya kecewa. Atau Nona akan menyesal nantinya."
Liam menggeleng sambil tersenyum.
"Bibi ini, ada-ada saja. Jangan membuatnya takut, nanti dia tidak bisa tidur nyenyak. Letakkan saja baju perempuan yang kupesan di sofa. Lalu pergilah. Dia harus beristirahat."
Pikiran Maura terpecah ke mana-mana. Ia bahkan tidak mendengarkan obrolan sang maid dengan majikannya. Ia justru memikirkan Danny sekarang.
'Danny, mungkinkah kau juga akan membunuhku seperti keluargaku?' Batin Maura bertanya-tanya.
Bersambung....
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...