Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petualangan pertama Ratu Eliana
Pada malam harinya, rembulan bersinar terang di langit gelap, menyinari istana dengan cahaya perak lembut. Pangeran Sekya melangkah tenang penuh tekad menuju kamar Eliana. Ia datang untuk mengajaknya menemani sebuah perjalanan rahasia yang penuh ketidakpastian serta potensi bahaya. Misi ini hanya bisa mereka berdua hadapi bersama. Di dalam benaknya, Pangeran Sekya merasakan campuran kegembiraan dan sedikit kecemasan mendalam. Ia membayangkan petualangan yang akan datang bersama Eliana, sebuah pengalaman yang ia tahu akan menguji batas kemampuannya sekaligus mempererat ikatan di antara mereka.
Kemudian Pangeran Sekya menjelaskan kepada Eliana dengan suara rendah dan penuh keyakinan. Perjalanan ini hanya akan dilakukan oleh mereka berdua, tanpa pengawal atau siapa pun yang bisa menghalangi langkah mereka. Keduanya akan menyamarkan diri agar identitas asli mereka tidak terungkap kepada siapa pun yang mungkin mereka temui. Ini menjaga kerahasiaan misi penting demi masa depan kerajaan. Eliana pun mendengarkan dengan saksama, matanya berbinar penuh harap. Ia merasakan getaran antisipasi yang sama seperti Pangeran Sekya, seolah-olah sudah lama menantikan momen ini. Ini adalah kesempatan untuk keluar dari rutinitas istana dan merasakan petualangan sejati yang mendebarkan.
"Apakah kau yakin kita bisa melakukannya hanya berdua, Pangeran?" tanya Eliana, suaranya sedikit ragu namun matanya penuh keingintahuan besar. "Perjalanan ini terdengar sangat berbahaya dan penuh risiko." Pangeran Sekya tersenyum tipis, menenangkan kekhawatiran Eliana. "Percayalah padaku, Eliana, dengan penyamaran ini, kita akan melewati bahaya tanpa menarik perhatian siapa pun. Lagipula, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu selama perjalanan ini."
"Tapi, bagaimana jika ada yang mengenali kita?" Eliana bertanya lagi, sedikit cemas. "Penyamaran kadang tidak cukup kuat untuk menipu mata-mata." Pangeran Sekya menggeleng pelan. "Kita akan sangat berhati-hati. Aku sudah mempelajari jalur yang paling aman dan tersembunyi. Tidak akan ada yang menyangka kita pergi berdua."
Dengan tatapan mata yang memancarkan semangat petualangan yang sama, sebuah kilatan di matanya menunjukkan keberanian dan kepercayaan penuh. Tanpa ragu sedikit pun Eliana menyetujui ajakan Pangeran Sekya. Ia menunjukkan kepercayaan penuh pada sang pangeran dan kesiapannya menghadapi segala tantangan yang mungkin datang. Bahkan jika itu berarti harus meninggalkan kenyamanan istana yang selama ini melindunginya. Baginya, ini adalah kesempatan merasakan kebebasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, sebuah janji akan pengalaman baru yang mendebarkan di luar tembok istana.
Keesokan paginya, saat fajar baru saja menyingsing di ufuk timur dan embun masih membasahi dedaunan di taman istana, menciptakan lapisan kilau di atas rumput, mereka berdua berangkat dari istana. Mereka memulai perjalanan dengan langkah mantap dan penuh tekad, meninggalkan kemewahan istana untuk sementara waktu demi tujuan yang lebih besar.
Mereka berdua berjalan menyusuri jalan setapak yang jarang dilewati, sebuah jalur tersembunyi dari pandangan umum. Mereka mengikuti setiap petunjuk yang ada dalam benak Pangeran Sekya, sebuah panduan tak terlihat yang mengarahkan mereka menuju tujuan yang belum diketahui. Mereka melintasi hutan lebat dan perbukitan yang berliku. Setiap langkah terasa seperti bagian dari sebuah tarian yang sempurna, di mana Sekya bergerak melalui medan yang sulit dengan presisi luar biasa. Ini membuat perjalanan terasa lebih mudah dari yang seharusnya, seolah-olah tanah itu sendiri adalah peta yang terbuka di hadapan mereka yang siap dijelajahi.
Di tengah perjalanan yang sunyi dan damai, ketika mereka melewati sebuah area yang rimbun dan tampak tenang, tiba-tiba sekelompok bandit muncul dari balik semak-semak lebat dengan teriakan memekakkan telinga. Mereka menghadang langkah mereka dengan senjata terhunus, mencoba merampas harta benda yang mereka bawa sekaligus mengancam keselamatan keduanya, menciptakan ketegangan yang mendadak. Segera Pangeran Sekya menarik Eliana ke belakangnya, sementara Eliana sendiri sudah bersiap dengan kuda-kuda bertarungnya, menunjukkan insting alami yang tajam serta kesiapannya menghadapi ancaman yang datang tiba-tiba dengan keberanian luar biasa.
"Kau baik-baik saja, Eliana?" tanya Pangeran Sekya setelah bandit terakhir tumbang, napasnya sedikit terengah-engah.
Eliana mengangguk, menyeka sedikit keringat di dahinya. "Aku baik, Pangeran. Tapi, itu tadi... luar biasa, gerakanmu sangat cepat dan tak terduga."
Pangeran Sekya hanya tersenyum tipis, dalam hati ia merasa puas dengan kemampuan yang ia tunjukkan dalam situasi berbahaya ini.
"Mereka tidak akan menyangka kita bisa melawan sekuat ini," kata Eliana, menatap para bandit yang tergeletak. "Penyamaran kita cukup meyakinkan, tapi kemampuan bertarung kita yang sebenarnya pasti mengejutkan mereka."
Pangeran Sekya mengangguk setuju. "Itulah gunanya kejutan, Eliana. Membuat musuh lengah adalah kunci kemenangan."
Dengan sigap dan tanpa komando, Sekya dan Eliana bergerak bersama untuk mengalahkan para bandit itu. Gerakan mereka begitu padu dan efisien, seolah sudah berlatih bersama selama bertahun-tahun. Mereka menunjukkan koordinasi luar biasa dalam menghadapi ancaman, mengalahkan setiap lawan dengan cepat dan tanpa cela. Pangeran Sekya bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, melumpuhkan musuh dengan pukulan telak. Sementara Eliana memanfaatkan kelincahan dan keahlian bertarung yang ia miliki, menghindari serangan dan menemukan celah. Keduanya menciptakan kombinasi mematikan bagi para penyerang, membuat bandit-bandit itu kocar-kacir dan melarikan diri dalam ketakutan yang luar biasa.
Namun, di tengah pertarungan sengit yang terjadi, ketika Eliana melakukan gerakan cepat untuk menghindari serangan pedang yang mengarah padanya, penyamarannya sedikit terbuka. Sebuah detail kecil ini tidak luput dari pandangan mata-mata Pangeran Dion yang kebetulan berada di dekat sana, bersembunyi di balik pepohonan.
Dengan cepat dilaporkanlah kejadian itu kepada tuannya, membawa kabar penting tentang keberadaan Eliana dan Pangeran Sekya yang kini terungkap. Sebuah jepit rambut yang terlepas atau sehelai kain yang tersingkap sudah cukup menunjukkan identitas aslinya. Ini adalah sebuah kesalahan kecil yang berakibat besar dan mengubah jalannya takdir.
Di markas rahasianya, mata-mata itu segera melaporkan kepada Pangeran Dion. "Yang Mulia, saya melihat Eliana! Dia bersama Pangeran Sekya, dan mereka menyamar. Penyamarannya sempat terbuka saat mereka melawan bandit."
Mata-mata itu menambahkan, "Mereka hanya berdua, Yang Mulia, tidak ada pengawal yang menyertai mereka."
Pangeran Dion mengernyitkan dahi, sebuah senyum licik terukir di bibirnya. "Eliana? Bersama Pangeran Sekya? Menarik sekali. Terus awasi mereka, jangan sampai kehilangan jejak mereka sedikit pun."
"Apakah ada hal lain yang mencurigakan, atau hanya penyamaran yang terbuka?" tanya Dion, nadanya tajam.
Mata-mata itu berpikir sejenak. "Tidak ada, Yang Mulia. Mereka terlihat seperti pedagang biasa, hanya saja kemampuan bertarung mereka... di luar dugaan."
Dion tertawa kecil, sebuah tawa yang dingin. "Bagus. Itu berarti mereka belum tahu kita mengawasi. Rencanaku akan berjalan lancar."
Setelah pertarungan usai, Sekya dan Eliana masih sibuk membereskan sisa-sisa kekacauan. Mereka mengikat para bandit dan melucuti senjata mereka, memastikan tidak ada lagi ancaman. Namun, tanpa mereka sadari, bahaya baru telah mengintai dari kejauhan. Dari balik bayangan gelap, mereka sedang diawasi, sebuah ancaman tak terlihat yang siap menyerang kapan saja. Mereka berdua merasa lega setelah pertarungan usai, saling bertukar senyum kemenangan, tanpa tahu bahwa mata-mata Dion telah mengamati setiap gerakan mereka dengan seksama, mencatat setiap detail penting untuk rencana jahatnya.
Setelah menerima laporan lengkap dari mata-matanya yang tepercaya, yang menjelaskan secara rinci tentang pertarungan dan terungkapnya identitas Eliana, Pangeran Dion segera menyusun rencana matang dan licik untuk menyerang mereka. Tujuannya adalah merebut Eliana dan mungkin juga Pangeran Sekya, memanfaatkan momen ketidaksadaran mereka akan pengawasan yang terjadi. Ini adalah sebuah rencana yang bisa mengubah segalanya.
Dalam benaknya, Dion sudah membayangkan bagaimana ia akan mendapatkan Eliana kembali, dan bagaimana ia akan menunjukkan kekuatannya kepada Pangeran Sekya yang dianggapnya telah lancang. Ini adalah sebuah ambisi yang membara di dalam hatinya yang haus kekuasaan.
"Eliana akan kembali padaku," gumam Dion, mengepalkan tangannya dengan kuat, "dan Pangeran Sekya akan menyesali perbuatannya karena telah berani mengambil apa yang menjadi milikku."