NovelToon NovelToon
The Bride Of Vengeance

The Bride Of Vengeance

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:510
Nilai: 5
Nama Author: fatayaa

Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.

Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali dari Perang

Pesta kemenangan untuk menyambut pasukan yang berhasil menumpas monster semakin dekat. Marquess menyuruh Ravenna pergi ke butik untuk membuat gaun baru yang akan dikenakan dalam pesta kemenangan.

Kereta kuda yang ditumpangi Ravenna melaju lebih lambat setelah jalanan yang mereka gunakan untuk pulang dari butik terlalu ramai oleh orang-orang.

“Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?” tanya Ravenna seraya menerawang kearah luar jendela. Gadis itu heran, mengapa orang-orang banyak yang turun ke jalanan, padahal sebelum ia pergi ke butik, jalanannya tidak sepadat ini.

“Sepertinya itu iring-iringan pasukan kesatria kekaisaran yang baru kembali dari wilayah utara, nona” tanggap Lily.

“Pasukan kesatria kekaisaran?” Ravenna mengernyitkan keningnya. Gadis itu kemudian menyuruh sang kusir untuk berhenti lalu bergegas turun dari kereta kudanya, disusul Lily yang sedikit terkejut karena nonanya itu tiba-tiba keluar.

“Duke Valdemar benar-benar hebat, setiap pasukan yang ia pimpin selalu kembali dengan kemenangan,” ucap perempuan muda bersurai ikal, berjalan santai melewati Ravenna.

“Benar. Ayo, kita kesana. Kapan lagi kita bisa melihat wajah Duke kalau tidak sekarang,” timpal temannya, mereka berdua kemudian bergegas pergi ke pinggir jalan, menunggu pasukan kesatria kekaisaran lewat.

“Nona, kenapa anda tiba-tiba turun?” tanya Lily heran.

“Aku mau melihat iring-iringan, Lily ayo kita kesana!” tanpa menunggu Lily berkomentar, Ravenna melangkah pergi menuju kerumunan orang di pinggir jalan.

“Eh, tapi nona…tunggu saya!” Lily bergegas mengejar Ravenna.

Dari kejauhan, Ravenna dapat melihat bendera-bendera merah dengan lambang kekaisaran berkibar diantara pasukan berkuda. Terdengar pula sorak sorai dari rakyat saat melihat pasukan istana berjalan mendekat.

Pasukan berkuda dengan seragam militer lengkap itu terlihat senang dengan sambutan yang meriah dari rakyat, beberapa kesatria muda melambaikan tangan mereka kearah kerumunan, beberapa yang lain berusaha menjaga image mereka dengan bersikap tenang.

Diantara sorak sorai suka cita dari arah kerumunan, seorang gadis muda menatap dengan sorot mata kebencian kearah salah satu orang yang akan melintas di depannya itu. Ravenna menatap tajam kearah seorang pria muda bersurai hitam pada barisan paling depan, orang yang selama ini ia benci, Alister Valdemar.

“Lihat, itu Duke Valdemar. Dia tampan sekali!” celetuk salah satu gadis didekat Ravenna.

“Iya, siapapun yang jadi istrinya nanti, pasti beruntung,” tanggap temannya menatap kagum kearah Alister.

Surai hitam pria itu bergerak pelan saat angin sepoi menerpa wajahnya. Pria itu terlihat tenang namun aura dingin masih terpancar ditubuhnya, mata tajam berwarna kuning keemasan itu menatap lurus ke depan tanpa menanggapi para wanita yang menyerukan namanya dari arah kerumunan.

Ravenna menggengam tangannya kuat-kuat, sorot matanya yang tajam seolah mengatakan ingin membunuh pria itu saat ini juga, namun ia tidak bisa dengan gegabah melakukannya sekarang.

“Nona, syukurlah saya menemukan anda, seharusnya anda tidak langsung pergi tadi,” ujar Lily terlihat lega, sedari tadi ia mencari Ravenna yang berlari kearah kerumunan.

“Aku sudah selesai sekarang, ayo kita pulang,” ujar Ravenna kemudian.

“Eh? Apa anda tidak akan menonton sampai selesai?” tanya Lily heran, bukankah nona nya itu tadi bersemangat ingin menonton iring-iringan.

“Tidak perlu, aku sudah lelah,” ucap Ravenna.

“baiklah, nona” Mereka berdua keluar dari kerumunan untuk kembali pulang.

***

Pesta kemenangan tinggal menghitung hari, kelas Ravenna bersama Caroline yang awalnya hanya sampai setengah hari kini di perpanjang sampai sore. Mau bagaimana lagi, jadwal kepulangan pasukan penumpas monster lebih cepat dari perkiraan. Caroline terpaksa melatih Ravenna lebih keras lagi sebelum gadis itu debut di pesta kemenangan, ia tidak ingin Ravenna membuat kesalahan di hadapan para bangsawan yang akan membuat posisinya dicurigai.

Hari pesta kemenangan akhirnya tiba. Sore ini, kereta kuda para bangsawan mulai berdatangan memasuki gerbang istana. Tidak terkecuali kereta kuda milik Marquess Everhart. Kereta kuda itu berhenti tepat di depan istana, Marquess turun terlebih dahulu, diikuti Vincent.

Saat Ravenna akan turun, Vincent terlebih dulu mengulurkan telapak tangan terbuka untuk membantunya. Gadis itu meraih tangan kakak laki-lakinya kemudian turun. Hari ini gadis itu terlihat anggun dengan balutan gaun ungu yang warnanya sama dengan bola matanya, gaun dengan bagian bahunya terbuka, memperlihatkan pundaknya yang putih, ditambah rambut yang digulung rapi di belakang, membuat lehernya terlihat jenjang.

Ravenna melangkah masuk ke aula pesta, bersama Marquess dan Vincent. Pandangan para bangsawan tak lepas dari Ravenna sejak gadis itu masuk. Mereka memang sudah dengar, kalau Marquess mengadopsi putri dari salah seorang kerabat dari kerajaan Emberfall, namun baru sekarang mereka melihat langsung Ravenna.

Tak lama kemudian, penjaga pintu mengumumkan kedatangan kaisar, pria paruh baya berambut pirang itu tidak datang sendiri, ia bersama dengan putra mahkota dan putri mahkota. Ravenna menatap wanita muda yang usianya terpaut beberapa tahun lebih tua diatasnya itu dengan tatapan kagum.

Putri mahkota berjalan dengan langkah anggun, beriringan bersama pria bersurai kuning keemasan yang tidak lain adalah putra mahkota, suaminya. Ravenna ingat, dua tahun yang lalu saat mereka menikah, rakyat kekaisaran heboh, karena bagaimanapun juga, pernikahan mereka berhasil menghentikan peperangan antar dua kerajaan yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya.

Setelah Kaisar theron selesai memberi sambutan pada para tamu undangan. Musik dansa di mainkan. Vincent mengajak Ravenna untuk berdansa. Gadis itu tak menolak, walaupun sebenarnya masih ada perasaan gugup karena untuk pertama kalinya ia berdansa di aula pesta, ia tetap ingin mencobanya.

“Lady, apa kau masih mengingat ku? Kita bertemu di butik beberapa hari yang lalu,” seorang gadis muda bermata hijau menghampiri Ravenna dengan senyuman ramah beberapa saat setelah Ravenna selesai berdansa dengan vincent. Gadis itu tak menghampiri Ravenna sendirian, melainkan bersama kedua temannya.

Ravenna membalas senyumannya, “Tentu saja aku masih mengingat mu lady Claudia,”

“Kau hari ini cantik sekali, lihat lah! Sejak tadi para tuan muda di sini menatap kearah mu tanpa berkedip,” ucap Delila, salah satu teman Claudia.

Ravenna tersenyum tipis, “Terima kasih, kalian juga sangat cantik hari ini,” puji Ravenna tulus.

“Aku dengar kau dari kerajaan Emberfall, bisa kah kau menceritakan bagaimana kerajaan itu?” tanya iris, gadis bersurai ikal bersemangat, teman Claudia.

Ravenna mulai menceritakan pada mereka tentang kerajaan Emberfall, sepeti yang ia pelajari bersama dengan nyonya Caroline di kelas. Tiba-tiba saja, seorang gadis bersurai pirang datang, bergabung bersama Ravenna.

Helena menatap Ravenna dingin, “Apa kau benar-benar dari kerajaan Emberfall? Atau Marquess sengaja mengadopsi anak yang tidak tahu asal usulnya untuk diangkat jadi putrinya,” celetuk gadis bersurai pirang sinis sembari melipat kedua tangannya.

“Tuan putri,” ucap Claudia. Rupanya gadis itu adalah putri Helena, adik perempuan Leonard.

“Saya memang berasal dari sana, enam bulan yang lalu, ayah dan ibu saya meninggal karena kecelakaan kereta kuda. karena Marquess adalah kerabat terdekat saya yang tersisa, dia mengadopsi saya sebagai putrinya,” jelas Ravenna seraya menunduk, berhasil membuat beberapa gadis di dekatnya bersimpati.

“Siapapun bisa mengaku kalau kau adalah gadis bangsawan, namun bisa saja kau hanyalah orang dari kalangan biasa,” sindir Helena.

“Tidak ada untungnya bagi saya menyamar, lagi pula Marquess tidak mungkin mengambil orang sembarangan sebagai putrinya,” ujar Ravenna berusaha bersikap tenang.

“Entah lah, bukankah hanya kau yang tau tujuan Marquess sebenarnya,” ucap Helena menaikkan salah satu sudut bibirnya.

“Lady, musik sebentar lagi dimainkan, apa kau mau berdansa dengan ku?” tanya seorang pemuda bertubuh tinggi yang baru saja datang menghampiri Ravenna, ia mengulurkan telapak tangan terbuka padanya.

Ravenna tersenyum tipis, “Tentu saja, tuan muda” ia kemudian meraih tangan itu. Sebenarnya gadis itu ingin menolak ajakannya, namun ajakan pemuda ini bisa menjadi alasannya kabur dari berbagai pertanyaan putri Helena yang merepotkan itu. Setelah memintaizin pergi, Ravenna dapat melihat raut tidak suka pada wajah Helena.

Saat berada di lantai dansa, gadis itu tak sepenuhnya fokus. Mata Ravenna sedari tadi menelisik ruangan aula pesta, matanya mencari seseorang yang sejak ia masuk tidak ada pria itu di tempat ini, sebenarnya dimana Alister?

Setelah berdansa dengan beberapa orang, akhirnya Ravenna bisa keluar dari aula pesta setelah ia bilang akan pergi ke toilet. Gadis itu berjalan keluar aula untuk mencari udara segar, sekaligus melihat-lihat bangunan istana yang baru pertama kali ia datangi ini.

“Hah, akhirnya aku bisa meninggalkan mereka” ucap Ravenna menghembuskan nafas lega.

Gadis itu berjalan menyusuri lorong luar istana, seraya melihat lihat sekitar, namun sayangnya, saat ia sedang menuruni beberapa anak tangga untuk pergi ke taman, kakinya tiba-tiba terkilir hingga membuatnya terjatuh ke tanah.

Gadis itu meringis kesakitan sembari memegangi kakinya, “Sepatu menyebalkan ini,” umpat Ravenna yang masih belum terbiasa menggunakan sepatu dengan hak tinggi.

“Apa kau baik-baik saja?” terdengar suara berat pria menanyakan keadaan Ravenna. Pria itu kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Ravenna berdiri.

Tanpa pikir panjang, Gadis itu meraih tangan yang ter ulur padanya untuk kemudian berusaha berdiri. Gadis itu mendongak kearah wajah pria di depannya untuk berterima kasih, namun suara gadis itu tertahan saat mata nya bertemu dengan bola mata kuning keemasan di depannya.

“Kau menjatuhkan ini,” Alister memberikan kipas yang Ravenna jatuhkan setelah mereka bertatapan selama beberapa saat.

Gadis itu menerimanya, “Terima kasih, tuan” ucap Ravenna seraya tersenyum tipis kearah Alister.

Pria itu tidak membalas, ia melenggang pergi meninggalkan Ravenna. Gadis itu berbalik, menatap punggung lebar pria itu dengan sorot mata tajam, sampai sosoknya tak lagi terlihat.

‘Alister, tunggu sampai aku membalaskan kematian mereka’ ujarnya penuh dendam dalam hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!