NovelToon NovelToon
THE BROTHER'S SECRET DESIRE

THE BROTHER'S SECRET DESIRE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Keluarga / Romansa / Pembantu / Bercocok tanam
Popularitas:294.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Area khusus Dewasa

Di mansion kediaman keluarga Corris terdapat peraturan yang melarang para pelayan bertatapan mata dengan anak majikan, tiga kakak beradik berwajah tampan.

Ansel adalah anak sulung yang mengelola perusahaan fashion terbesar di Paris, terkenal paling menakutkan di antara kedua saudaranya. Basten, putra kedua yang merupakan jaksa terkenal. Memiliki sifat pendiam dan susah di tebak. Dan Pierre, putra bungsu yang sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Sifatnya sombong dan suka main perempuan.

Edelleanor yang tahun ini akan memasuki usia dua puluh tahun memasuki mansion itu sebagai pelayan. Sebenarnya Edel adalah seorang gadis keturunan Indonesia yang diculik dan di jual menjadi wanita penghibur.

Beruntung Edel berhasil kabur namun ia malah kecelakaan dan hilang ingatan, lalu berakhir sebagai pembantu di rumah keluarga Corris.

Saat Edell bertatapan dengan ketiga kakak beradik tersebut, permainan terlarang pun di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obati aku

Pria itu menatap Edel dari jarak yang sangat dekat. Nafasnya teratur, wajahnya tenang, terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja kedatangan tamu tak di undang di ruang pribadinya. Sorot matanya seperti pisau yang bisa menguliti jiwamu tanpa menyentuh kulit.

"Apa kau selalu masuk ke tempat asing tanpa izin?" tanyanya pelan, tapi nada suaranya berat dan mengintimidasi.

"A-Aku ... aku hanya penasaran ...," jawab Edel gugup, mencoba menarik pergelangan tangannya, tapi genggaman pria itu terlalu kuat.

"Penasaran," gumam pria itu, seperti mengecap kata itu seolah menguji maknanya. Ia menurunkan pandangan ke tangan Edel, lalu melepaskannya.

Edel tersenyum kaku. Jantungnya berdegup cepat karena merasa terintimidasi hanya dengan tatapan laki-laki itu. Meskipun begitu, ia masih sempat-sempatnya mengamati penampilan pria itu.

Mulai dari wajahnya yang tampan paripurna, garis rahangnya yang tegas, iris matanya tajam bak elang, hidung mancung serta rambut hitam legam yang disisir rapi ke belakang, memberikan kesan dingin dan berwibawa. Pria itu tampak seperti seseorang yang terbiasa memegang kendali, tidak hanya dalam percakapan, tapi juga dalam ruangan dan suasana.

Edel mundur setengah langkah, berusaha menciptakan jarak, meskipun punggungnya hampir menyentuh rak buku di belakangnya. Ia merasa seperti sedang disorot lampu panggung, hanya saja sinarnya datang dari sepasang mata yang terlalu tajam untuk dihindari.

Saat pria itu membelakanginya, otaknya langsung bekerja. Tiba-tiba ia teringat film-film horor dan thriller yang biasanya memiliki memiliki kesan sangat dark. Dan apa yang dia hadapi saat ini mirip sekali dengan adegan-adegan di film. Yang terpikirkan dalam otaknya sekarang adalah melarikan diri. Bisa saja laki-laki itu adalah seorang pembunuh sadis.

Bagaimana kalau tiba-tiba pria itu berbalik menghadapnya lagi dan melancarkan aksinya menghabisinya. Ruangan ini saja sudah menakutkan, di tambah dengan tatapan membunuh pria itu ...

Perlahan tapi pasti Edel melangkah mundur ke arah tangga. Ia berusaha sekeras mungkin agar langkah kakinya tidak berbunyi. Dalam hati ia terus merapalkan doa supaya laki-laki yang sedang berdiri membelakanginya itu tidak berbalik.

Jangan berbalik, jangan berbalik.

Edel terus menerus menyebut kata-kata itu dalam hatinya. Dan saat ia mencapai tangga, gadis itu berbalik. Namun sebelum ia berhasil melangkah di anak tangga pertama, baju bagian belakangnya sudah di tarik lebih dulu. Pelakunya pastinya adalah laki-laki itu.

Edel yang panik pun refleks memukuli pria itu dengan membabi buta. Ia memukul dengan panik, tinjunya mendarat tanpa arah, ke dada, bahu, bahkan sempat menghantam dagu pria itu. Tapi sekeras apa pun ia berusaha melawan, tangan laki-laki itu tetap kokoh menarik kerah bajunya, menghentikan pelariannya seketika.

"Berhenti." kata pria itu datar, suaranya dalam dan membelah keheningan seperti petir.

Edel terdiam, terengah-engah, tubuhnya gemetar. Ia menatap pria itu dengan mata membulat, napas tersengal, seperti rusa yang terpojok oleh pemangsa. Sementara itu, pria tersebut tetap berdiri tegap, sedikit meringis sambil menyentuh dagunya yang sempat terkena pukulan Edel.

Baru saja pria itu maju selangkah, Edel yang masih parno segera melompat ke tubuh pria itu, melingkarkan kakinya di kedua pinggang si tampan dan menggigit bahunya kuat hingga lelaki mundur dan terduduk di sofa panjang dalam ruangan tersebut.

Pria itu mengerang pelan, bukan karena kesakitan, tapi lebih karena terkejut. Gigitan Edel memang menyakitkan, tapi tidak cukup untuk menjatuhkannya. Namun aksi mendadak gadis itu benar-benar di luar nalar.

Dengan tubuh Edel masih menggantung di tubuhnya seperti koala yang kalap, pria itu akhirnya menyandarkan punggungnya ke sofa, satu tangan memegangi bahu yang di gigit, satu lagi menahan punggung Edel agar tidak jatuh ke belakang.

"Sudah selesai?" tanyanya pelan, nada suaranya masih terdengar tenang walau ada riak kesal yang samar.

Edel membeku. Ia baru menyadari betapa absurd posisi mereka sekarang. Wajahnya nyaris menempel di leher pria itu, napasnya masih berat, tubuhnya gemetar, dan kedua kakinya masih melingkar erat di pinggang pria asing itu. Satu-satunya yang terdengar di ruangan kini hanyalah deru napas mereka berdua yang membaur dalam keheningan mencekam.

Edel yang sadar pun langsung melepaskan dirinya, lompat menjauh seperti seseorang yang baru sadar telah duduk di atas bara. Ia nyaris tersandung saat mendarat, tapi berhasil berdiri meski dengan napas memburu dan wajah merah padam.

Pria itu menatapnya beberapa detik, lalu tersenyum miring. Awalnya dia sudah bersiap-siap untuk marah. Tapi begitu melihat wajah polos itu ketakutan, ia tidak jadi marah. Ia baru lihat wajah gadis itu. Dan wajah itu menarik di matanya. Di lihat dari pakaian yang gadis itu kenakan, pria itu langsung mengetahui kalau gadis itu adalah pelayan di kediaman ini.

"Gigimu tajam juga, ya," gumam pria itu kemudian, sambil memeriksa bekas gigitan di bahunya.

Edel menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak kabur atau pingsan saking malunya.

"Maaf, ta-tadi aku kira kamu akan membunuhku." ucapnya jujur. Pandangannya jatuh ke bahu pria itu.

Apakah gigitannya menyebabkan luka? Edel bertanya-tanya dalam hati. Lalu melihat pria itu mencibir sembari menatapnya.

Sesaat kemudian lelaki itu melepaskan kemejanya tepat di depan Edel. Mata Edel berkedip-kedip. Ia mematung di tempatnya. Pandangannya fokus ke perut kotak-kotak yang terlihat sangat indah di hadapannya. Otot-otot keras itu, seksi sekali. Ya ampun, kenapa makhluk Tuhan di depannya ini seksi sekali?

"Obati aku." suara maskulin dari si tampan terkenal. Edel masih mematung.

"Ah?" Hanya itu yang keluar dari mulutnya sekarang.

"Kau yang menggigitku, sekarang obati aku."

Edel menelan ludah, matanya tak bisa berpaling dari tubuh pria itu yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya, tanpa kemeja, tanpa malu, tanpa belas kasihan pada jantung gadis malang yang berdetak tak karuan. Bekas gigitan itu memang terlihat. Sedikit merah, sedikit membekas, dan sangat… memalukan.

"Aku... aku gak bawa obat," gumamnya gugup, menunduk agar tidak terus-terusan memandangi perut kotak-kotak itu. Tapi godaan itu terlalu besar, dan matanya tetap mencuri-curi pandang.

"Ada di sana."

"Hah?"

"Kotak obatnya."

Lama-lama ketakutan Edel berubah jadi jengkel saking iritnya laki-laki itu berbicara.

Dengan langkah ragu, Edel berbalik ke arah yang ditunjuk. Di atas meja kayu kecil di sudut ruangan, tergeletak sebuah kotak logam berwarna putih dengan tanda palang merah di atasnya. Ia berjalan mendekat, membuka kotak itu perlahan, dan menemukan isinya cukup lengkap, antiseptik, kapas, perban, salep luka.

Tangannya sedikit gemetar saat mengambil kapas dan botol antiseptik. Saat ia kembali menghampiri pria itu, ia duduk di sampingnya dan mulai mengobati hasil dari gigitannya.

Edel meringis. Ternyata gigitannya cukup tajam. Sampai bahu pria itu terluka. Gadis itu menggosokkan salep luka. Tapi ia merasa tidak leluasa berada sedekat ini dengan laki-laki yang belum jelas asal-usulnya. Terlalu tampan, terlalu dingin, dan tatapannya terlalu menusuk. Siapa sebenarnya pria ini? Tukang kebun?

1
aroem
bagus
Ita rahmawati
ayolah edek,,jgn diem aja,,lebih baik kamu cerita ke basten dn dianpasti akn membantumu
Setetes Embun💝
Jangan samakan edel sama ruby ya kak othor gak sat set menyimpan ketakutan sendirian😉
Sani Srimulyani
harusnya kamu jujur tentang wanita itu, siapa tau dia bisa memecahkan kasusmu. dia kan jaksa yang cerdas
phity
edel cerita sj ke basten klo wanita itu mau membunuhmu biar basten selidiki untukmu ya...spy kmu aman
nyaks 💜
-----
Sleepyhead
Memang Pak Jaksa ini kuar biasa yah, auranya memancarkan aura singin
Sleepyhead
Dan Basten kucing garongnya wkwkkk
Syavira Vira
lanjuy
Syavira Vira
lanjut
Mutia
Ayo Edel ngaku siapa yg ingin membunuhmu
Anonim
Edel percaya tidak percaya kamu mesti cerita sama Basten kalau mau di bunuh sama si penculik Lucinda apa ya namanya
Rita
maju kena mundur kena
Rita
good Basten jgn ksh cela tegas
Rita
😅😅😅😅😅
lestari saja💕
jujur donk....jgn suudzon sulu
lestari saja💕
tikus kone....ragane kucing garong...
nonoyy
kalian cocok tau ansel dan edel
Rina Triningtyas
sangat sangat bagus thor, lanjut
Miss Typo
berharap Edel jujur dgn Basten knpa dia sembunyi, apa blm waktunya semua terbongkar ya, apa msh lama? kasian Edel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!