 
                            Bukannya mendapat ucapan selamat dan pujian, karena telah berhasil menyelesaikan study nya. Kayvaran Cano Xavier malah langsung diberikan misi penting oleh papahnya untuk menyelesaikan masalah di salah satu cabang perusahaan yang ada di Negara X, lebih tepatnya Kota Xennor. Akan tetapi, ini bukan masalah bisnis melainkan persaingan wilayah dengan beberapa klan mafia yang ada di sana.
Namun, bukan itu letak permasalahan utamanya untuk Kay. Melainkan sang adik Axelion Cano Xavier yang masih berusia 8 tahun yang diam-diam menyelinap naik ke pesawat yang akan mengantarnya ke Kota Xennor tanpa diketahui oleh siapapun. Kay menyadari keberadaan sang adik saat pesawat sudah hampir setengah perjalanan.
“Eeeh … orang utusan Tuan Luca ternyata Papah muda! Lihat, anaknya menggemaskan sekali!”
Setibanya di perusahaan dia malah dikira sebagai karyawan biasa dan bahkan dibilang Papah muda karena Axel memanggilnya Papa?
Apakah Kay bisa menyelesaikan misinya sembari menjaga sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Salah Paham Levi
“Dan kau tahu bahwa kami tidak akan tinggal diam saja, bukan?” Kay juga memberikan peringatannya.
“Tentu saja, karena disitulah letak keseruannya.”
Siapa sangka Spencer malah semakin menantang Kay dengan santainya seolah dia telah mempersiapkan dan memperkirakan bahwa keluarga Xavier tidak akan tinggal diam jika dia dan anak buahnya semain berbuat ulah di Kota Xennor.
“Kita lihat siapa yang pada akhirnya tetap menguasai Kota ini,” ujar Spencer sebelum benar-benar meninggalkan Kay dan Axlyn begitu saja.
Setelah memastikan Spencer benar-benar pergi, Kay baru menunjukkan ekspresi sakit atas luka dibahunya. Bahkan dapat dia rasakan pakaiannya yang sudah basah dengan darah yang terus keluar dari lukanya. Namun, Kay harus segera mencabut belati tersebut dari bahunya sebelum Axel atau yang lainnya melihat keadaannya.
“Ughh ….” Kay merintih menahan sakit saat mencabut belati dari bahunya.
“Apa kau sudah gila? Kenapa kau mencabutnya begitu saja, Hah? Astaga, kita harus ke rumah sakit sekarang!”
Bagaimana Axlyn tidak panik melihat Kay yang nekad mencabut belatinya sendiri tepat di depan matanya. Alhasil, darah semakin banyak mengalir keluar sampai berhasil membuatnya ketakutan. Axlyn kembali menghampiri sepeda motor yang sebelumnya dia kendarai. Tanpa buang waktu, dia menyalakan sepeda motor tersebut dan kembali mengemudikannya untuk membawa Kay ke rumah sakit terdekat.
“Ayo, cepat naik sebelum pendarahan pada lukamu semakin parah!” ujar Axlyn dengan raut wajah khawatir dan penuh ketakutan.
“Kau yakin tidak akan menjatuhkan aku lagi dari atas motor ini.” Masih sempat-sempatnya Kay bercanda disaat tubuhnya mulai melemah.
“Apa ini waktu yang tepat untuk bercanda? Apa kau benar-benar ingin mati seperti ini? Cepat naik sekarang, Kayvaran!” bentak Axlyn frustasi, matanya sudah berkaca-kaca menahan air mata yang kapan pun bisa tumpah begitu saja.
“Baiklah, tapi jangan tunjukkan tatapan seperti itu lagi padaku.”
Kay tersentak melihat tatapan yang ditunjukkan Axlyn padanya saat itu. Tatapan yang mengingatkan dirinya pada tatapan khawatir sang Mamah yang selalu Ashlyn tunjukkan setiap dirinya sedang jatuh sakit. Kay pun akhirnya naik ke motor itu dengan patuh, tapi sebelum Axlyn melajukan motornya dia meraih kedua tangan Kay untuk memeluknya dari belakang.
“Tetap seperti ini sampai kita tiba di rumah sakit. Aku takut kau tidak sadarkan diri di tengah jalan begitu saja,” ucap Axlyn dengan nada bicara yang terdengar sedikit bergetar seolah sedang menahan suara tangisnya.
“Jangan menangis! Kau tenang saja, ini hanya luka kecil dan aku akan baik-baik saja,” ucap Kay terdengar seperti berbisik di telinga Axlyn.
Kali ini Axlyn memilih diam tak menanggapi ucapan Kay sama sekali. Dia langsung saja tancap gas meninggalkan tempat itu untuk pergi ke rumah sakit terdekat. Tanpa Kay dan Axlyn sadar, Spencer benar-benar tidak pergi dari sana. Dia masih memperhatikan keduanya dari kejauhan sampai keduanya tidak terlihat lagi.
Spencer lantas menatap luka tembakan Kay dibahunya yang kini juga sudah basah dengan darah, “Hahahaa … Siapa sangka kali ini berakhir seri! Aku pikir dia tidak akan bisa melukaiku seperti ini, setelah mengorbankan diri melindungi wanita itu. Sepertinya dia tertarik dengan detektif wanita itu. Ini akan jadi semakin menarik untuk kedepannya.”
Kemudian, dia memutuskan untuk menghubungi Nero dan berkata, “Nero, beritahu yang lainnya untuk mundur sekarang! Kali ini sepertinya sudah cukup untuk pemanasannya.”
Tidak hanya itu, Spencer juga menyuruh semua orang untuk mundur termasuk Nero yang baru saja akan berhadapan langsung dengan Noah. Dia sudah menghadang mobil yang membawa para pejabat yang rencananya akan mereka bunuh untuk menciptakan siasat adu domba. Namun, perintah Tuannya membuat Nero terpaksa mundur sebelum melakukan pertarungan apapun dengan Noah yang memutuskan keluar sendiri untuk menghadapinya.
“Baik, Tuan! Saya mengerti,” ujar Nero sebelum sambungan terputus, “Kau sepertinya sedang beruntung hari ini. Karena Tuanku memintaku untuk berhenti, tapi tidak untuk lain kali.” Lanjutnya yang ditunjukkan kepada Noah yang kini berdiri saling berhadapan.
Mendengar itu, Noah seketika mengangkat alisnya menatap bingung kepergian orang tersebut yang kini berbalik pergi. Padahal tadi mereka mati-matian mengejar dan berhasil menghentikannya, tapi begitu sudah berdiri berhadapan mereka malah memutuskan pergi begitu saja.
Sampai sebuah kesimpulan terlintas di kepalanya Noah, “Apakah dia segitu takutnya berhadapan denganku? Belum juga bertarung, dia malah langsung pergi begitu saja?”
“Brian, beritahu yang lainnya untuk mundur. Ini perintah langsung dari Tuan Spencer.”
Padahal yang sebenarnya terjadi, Nero hanya menjalankan apa yang Tuannya perintahkan. Nero langsung menghubungi Brian Emerson, sang Hacker terbaik klan Death Master yang bertugas memantau pertemuan tersebut sejak awal. Dia juga yang mengendalikan semua alat komunikasi jarak jauh yang sudah dibagikan kepada setiap anggota pertemuan.
Brian pun segera menyampaikan perintah untuk mundur kepada semua orang, termasuk Angela dan yang lainnya. Padahal Angela sudah mulai menguasai pertarungannya dengan sang bocah psikopat—Levi, tapi sayangnya dia harus mundur sesuai dengan arahan yang diberikan.
“Nona, Tuan Spencer meminta kita semua untuk mundur sekarang,” ujar Agnes memberitahu.
“Sial, padahal aku hampir bisa mengalahkannya,” umpat Angela, tapi dia tidak bisa menolak perintah mutlak dari orang yang lebih gila bernama Spencer itu.
Sreettt ….
Angela lengah beberapa saat, hingga Levi dengan mudah melayangkan serangan yang berhasil mengenai wajahnya. Sebuah goresan panjang dan cukup dalam kini menghiasai wajah cantiknya. Darah segar mulai keluar yang begitu kontrak dengan kulit wajahnya yang mulus nan putih bak giok.
“Sialan, beraninya kau melukai wajahku!” teriak Angela tak terima.
“Uuupss … Maaf, sengaja soalnya!” ujar Levi tanpa rasa bersalah sedikitpun, dia malah menyeringai puas dengan hasil karya yang dia ciptakan di wajah Angela itu.
“Kau ….”
“Nona, semuanya sudah mundur sekarang! Jadi, kita juga harus segera pergi dari sini,” ujar Agnes kembali mengingatkan ketika Angela berniat untuk mengamuk pada Levi yang telah merusak wajahnya.
“Sial! Kau … tunggu saja pembalasanku nanti!” seru Angela menunjuk pada Levi yang terus tersenyum puas.
Agnes pun menarik paksa Angela untuk segera masuk ke dalam mobil yang menghampiri mereka. Spontan Levi dan yang lainnya menatap bingung karena musuh mundur begitu saja, sampai akhirnya pandangan Levi dan yang lainya tertuju pada Kay yang tengah membonceng wanita yang dipanggil Mamah oleh Axel keluar dari pelabuhan dengan kecepatan penuh.
“Kay … Kalian juga melihatnya, bukan? Yang barusan saja lewat itu adalah Kay?” Levi bertanya kepada yang lainnya untuk memastikan bahwa dia tidak sedang salah lihat.
“Tunggu, bukankah wanita itu yang dipanggil Mamah oleh Axel tadi? Istri keduanya Luca … Hai, wanita itu tidak sedang menculiknya, bukan?” Levi bertanya pada siapapun yang ada di sekitarnya ketika sebuah pikiran konyol terlintas di kepalanya.
Bersambung ….
Aku yakin sih, Axel pasti ada rencana lain, agar terhindar dari permainan yang dilakukan Spencer itu... 👍
Axlyn tidak salah dirimu minta bantuan sama keluarga Xavier untuk menyelamatkan kakakmu Sherin yang akhirnya berjodoh dengan Noah 🤣🤭
Kamu jangan macam-macam sama anggota keluarga Xavier, kalo mereka udah ngamuk, kamu dan para anak buahmu bakal hancur...